Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : SPASIAL

SEBARAN LAHAN KRITIS DAN DAMPAKNYA TERHADAP PUSAT KEGIATAN PERKOTAAN KECAMATAN MODOINDING Zachawerus, Kezia Angelita; Kumurur, Veronika; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 5, No 3 (2018)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Wilayah Kecamatan Modoinding memiliki Pusat Kegiatan Perkotaan di Desa Pinasungkulan, Peristiwa bencana banjir pernah terjadi pada Pusat Kegiatan Perkotan pada awal tahun 2017. Kecamatan Modoinding sebagai Kawasan Strategis Agropolitan di Provinsi Sulawesi Utara, dengan komoditas unggulan Hortikultura. Kawasan ini berada di ketinggian lebih dari 1000 meter dpl. Dampak banjir yang terjadi pada Pusat Kegiatan Perkotaan menjadi perhatian karena keberadaan lahan kritis sehingga produktivitas tanah menurun, tidak dapat menyerap air dengan baik bahkan menimbulkan bencana. Untuk mengantisipasi bencana akibat keberadaan lahan kritis maka perlu di analisis persebaran lahan kritis di Kecamatan Modoinding. Adapun metode yang dipakai yaitu analisis keruangan dengan ARC GIS 10.3. Proses analisisnya dengan cara overlay (penampalan peta). Metode ini sangat baik dipergunakan untuk mengadakan kajian keruangan. Data Penutupan Tajuk, Kemiringan Lereng, Erosi, Manajemen Lahan digunakan untuk menganalisis sehingga dapat diketahui lokasi-lokasi yang memiliki kekritisan lahan. Klasifikasi kekritisan lahan berdasarkan jumlah skor parameter kekritisan lahan. Hasil akhir dari penelitian ini mengetahui persebaran lahan kritis di Kecamatan Modoinding yang tersebar di 10 Desa. Luas Kecamatan Modoinding yaitu ±4791,03 Ha dengan sebaran lahan kritis di 10 Desa dengan total luasan ±4789,83 Ha. Desa Mokobang ±931,95 Ha, Desa Wulurmaatus ±324,78 Ha, Desa Palelon ±406,12 Ha, Desa Makaaroyen ±536,49 Ha, Desa Pinasungkulan Utara ±168,87 Ha, Desa Pinasungkulan ±56,57 Ha, Desa Linelean ±603,02 Ha, Desa Kakenturan Barat ±369,44 Ha, Desa Kakenturan ±521,73 Ha, Desa Sinisir ±871,16 Ha. Penggunaan Lahan tertinggi pada Tegalan/Ladang  ±3117,05 Ha. Dampak yang terjadi pada Pusat Kegiatan perkotaan yaitu bencana banjir dengan luasan genangan air ±35,99 m2 atau ±3,56 Ha. Kata Kunci : Lahan Kritis, Kecamatan Modoinding, Dampak di Pusat Kegiatan Perkotaan.
ANALISIS PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP TIPOLOGI EKOSISTEM PERKOTAAN DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Dauhan, Edgard M; Rondonuwu, Dwight M; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan penggunaan lahan kota Manado berdampak pada perubahan ekosistem perkotaan dan eksisting lahan. Kecamatan Mapanget adalah kawasan yang berdekatan dengan pinggiran perkotaan, bila dilihat dari tipologi ekosistem penggunaan lahan di kecamatan Mapanget indentik dengan perkebunan. Tetapi, karena adanya pengaruh perkembangan pada pusat kota maka terjadi perubahan dan penggunaan lahan di kecamatan Mapanget sehingga merubah tipologi ekosistem perkotaan yang ada. Tujuan penelitian ini menganalisis perubahan  dan penggunaan lahan kecamatan Mapanget untuk menentukan tipologi ekosistem perkotaan berdasarkan perubahan dan penggunaan lahan di kecamatan Mapanget. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Untuk dapat menganalisis perubahan lahan dan penggunaan lahan penulis menggunakan software  Arc Gis 10.3 dengan  data-data penunjang yaitu peta citra satelit 2002-2018, peta penggunaan lahan 2007-2016 dan observasi berdasarkan variabel yang diambil dari teori Riddel 1981 sebagai pedoman. Berdasarkan hasil analisis penggunaan lahan terbuka pada tahun 2002 sampai pada tahun 2018 terjadi perkembangan secara signifikan, dengan berkurang penggunaan lahan terbuka hijau, perkebunan dan pertania, berganti menjadi lahan terbangun yaitu penggunaan lahan perumahan dan permukiman, perdagangan dan jasa. Perkembangan yang terjadi terus bertambah sehingga mengambil tempat-tempat yang masih indentik dengan lahan terbuka hijau. Tipologi ekosistem perkotaan kecamatan Mapanget adalah ekosistem absorbsi, produksi dan komposit. Dari ketiga tipologi yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian, ekosistem produksilah yang mendominasi penggunaan lahan di kecamatan Mapanget. Akibat perkembangan pemanfaatan lahan di kota Manado maka terjadi perubahan penggunaan lahan, yang mengakibatkan perubahan tipologi ekosistem, dari  produksi menjadi ekosistem absorbsi, hal ini nampak berubahnya lahan terbuka hijau, perkebunan, dan pertanian menjadi perumahan dan permukiman.Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Tipologi Ekosistem Analisis Gis, Kecamatan Mapanget
PERENCANAAN PARIWISATA HIJAU DI DISTRIK ROON KABUPATEN TELUK WONDAMA, PAPUA BARAT Tingginehe, Amanda M.; Waani, Judy O.; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata di Distrik Roon Kabupaten Teluk Wondama merupakan wisata kepulauan Papua yang masih baru di mekarkan, sehingga Peratuan Pemerintah Kabupaten tentang perencanaan dan penataan kawasan wisata belum maksimal juga tertata dengan baik, padahal wisata kepulauan ini memiliki aspek keindahan dan nilai ekonomi yang besar bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama. Perencanaan yang baik dengan mengutamakan lingkungan diharapkan dapat bermanfaat bukan hanya saat ini tapi di masa yang akan datang. Berdasarkan latar belakang maka masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi potensi dan sarana-prasarana pariwisata di Distrik Roon dan bagaimana strategi perencanaan pariwisata hijau di Distrik Roon. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi dan sarana-prasarana pariwisata yang terdapat di Distrik Roon dan merekomendasikan strategi perencanaan pariwisata hijau di Distrik Roon, adapun manfaat hasil penelitian dapat digunakan sebagai rujukan untuk perencanaan pariwisata di Distrik Roon. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Metode analisis menggunakan analisis SWOT dan ada beberapa strategi perencanaan lainnya. Hasil Penelitian berdasarkan matriks SWOT diketahui faktor internal jumlah bobot x rating lebih besar 3,51 dari faktor eksternal 3,1. Beberapa faktor internal yaitu ; Wisata kepulauan auri, Wisata religi gereja Isne-Jedi, Wisata kebudayaan dln.  Beberapa faktor eksternal yaitu ; Pengelolaan limbah yang belum baik, Infrastruktur pariwisata belum baik dln. Hasil penelitian lainnya ialah infrastruktur pariwisata masih kurang seperti jaringan energi listrik, jaringan telekomunikasi dan jalur transportasi yang hanya bisa diakses melalui jalur laut.Kata Kunci: Perencanaan Pariwisata Hijau, Pariwisata Hijau
ANALISIS KAWASAN MINAPOLITAN DANAU TONDANO DI KABUPATEN MINAHASA Kuhu, Raine Amelia; Wuisang, Cynthia E.V.; Mononimbar, Windy
SPASIAL Vol 6, No 2 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minapolitan merupakan konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan. Terwujudnya kawasan Minapolitan itu sendiri dilihat dari ketersediaan prasarana dan sarana pendukung kawasan. Selain dari ketersediaan prasarana dan sarana, penggunaan lahan/ ruang baik pada perairan maupun pada daerah sempadan harus diperhatikan sesuai dengan standart fisik yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait. Kecamatan Kakas dan Eris, Kabupaten Minahasa, merupakan lokasi yang sudah ditetapkan dalam surat penetapan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia dan pemerintah kabupaten dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa tahun 2014-2034 untuk dijadikan sebagai Kawasan Minapolitan Danau Tondano. Proses pengambilan data dilakukan dalam bentuk wawancara kepada para petani ikan selaku responden, untuk mengetahui ketersediaan prasana dan sarana pendukung kawasan Minapolitan. Sedangkan, untuk penggunaan lahan/ ruang baik pada daerah perairan maupun sempadan, data diolah berdasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa, juga peta citra Kecamatan Eris dan Kakas yang kemudian diolah menggunakan sowftware ArcGis 10.3 untuk melihat luasan penggunaan ruang pada perairan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis spasial. Berdasarkan hasil identifikasi kawasan serta analisis yang dilakukan dengan mengacu pada standart fisik pembangunan, ketersediaan prasarana dan sarana pendukung di Kecamatan Eris dan Kakas tidak memadai. Juga, tidak adanya perhatian tentang limbah terkait aktivitas masyarakat seperti proses pembudidayaan dan permukiman masyarakat yang berada pada sempadan danau. Aktivitas masyarakat tersebut menimbulkan masalah terkait pertumbuhan hama dan pencemaran pada danau yang meningkat dengan pesat. Dengan tidak adanya perhatian pembangunan fisik terkait daerah sekitar ekosistem danau, akan membuat fungsi, kualitas dan kelestariannya menurun.Kata kunci: Kawasan Minapolitan, Prasarana Sarana, Penggunaan Lahan, Danau Tondano
ANALISIS POTENSI WISATA BUDAYA DI KOTA TERNATE DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PARIWISATA PERKOTAAN Hi. Adam, Nurul Farha; Wuisang, Cynthia E.V.; Mandey, Johansen C.
SPASIAL Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Ternate merupakan salah satu kota yang menyimpan sejarah bagi bangsa Indonesia dan memiliki potensial untuk menjadi daya tarik wisata budaya, hal ini dapat dilihat dari beberapa peninggalan bangunan sejarah kolonial maupun keagamaan yang memiliki nilai sejarah dan nilai budaya yang tinggi. Objek Wisata budaya di Kota Ternate yang paling signifikan terlihat terdapat di Kecamatan Ternate Utara. Ternate Utara merupakan kecamatan dengan Jumlah objek wisata budaya berdasarkan karakteristik cagar budaya sebanyak 6 objek diantaranya Kedaton kesultanan Kota Ternate, Taman Dodoku Ali dan Benteng Kota Naka terdapat di Kelurahan Salero, Masjid Kesultanan Terdapat di Kelurahan Soa Sio, Benteng Toloko terdapat di Kelurahan Sangadji, dan Masjid Heku terdapat di Kelurahan Akehuda. Namun, dari beberapa objek yang ada hanya beberapa diantaranya yang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik objek wisata budaya yang ada di Kecamatan Ternate Utara serta menganalisis dan menentukan strategi pengembangan wisata budaya dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian ini yaitu memperoleh potensi tiap objek berdasarkan karakteristik wisata budaya dan arahan pengembangan untuk objek wisata budaya yang ada di Kecamatan Ternate Utara Kata Kunci: Potensi Wisata Budaya, Pariwisata, Kota Ternate
EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BAGIAN INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG KOTA TIDORE KEPULAUAN SEBAGAI KOTA JASA BERBASIS AGROMARINE Mustafa, Anjas Fahmi; Franklin, Papia J. C.; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persiapan pembangunan dari segi fisik infrastruktur prioritas dapat melalui identifikasi potensi dan serta perencanaan induk dalam mendukung pengembangan Kota Tidore Kepulauan sebagai kota jasa berbasis agromarine. Dengan basis Agromarine yang merupakan percepatan dan mengoptimalkan pembangunan dan percepatan pemanfaatan sumber daya potensial dan unggulan di darat maupun di laut yang meliputi sektor perikanan, pariwisata, pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur menjadi faktor utama untuk mendukung terwujudnya Kota Tidore Kepulauan sebagai kota jasa berbasi agromarine, karena pola agromarine di tekankan harus didukung dengan pembangunan infrasktruktur yang memawadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kota Tidore Kepulauan menjadi kota jasa berbasis agromarine dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi 5 bidang pendukung di program infrastruktur.Penelitian ini mengunakan metode analisis Deskrpitif Kualitatif dan evaluatif dengan mengidentifikasi data yang sudah ada di 5 bidang pada program infrastrukutur, dan mengevaluasi menggunakan parameter yang telah di tentukan.Hasil rangkaian analisis yang di lakukan, di peroleh bahwa 5 bidang khususnya program infrastruktur tahun 2016-2018 dari 5 bidang belum semua mencapai target (100%) di antaranya di bidang Petanian 2016, 33% 2017, 33%, 2018, 66%, di bidang perikanan 2016, 50%. 2017, 50%, 2018 50%, di bidang kelauatan 2016, 50%, 2017, 50%, 2018, 50%, di bidang pariwisata 2016, 66%, 2017, 33%, 2018, 66%, di bidang pekerjaan umum 2016, 42%, 2017, 50%, 2018, 65%. 5 bidang pada pogram Infrastruktur banyak yang belum sesuai dengan kebijakan yang di buat oleh pemerintah.Kata Kunci: Agromarine, Program, Infrastruktur, Kota Tidore Kepulauan.
PENGGUNAAN MATERIAL ATAP TERHADAP BEBAN PANAS PADA HUNIAN DI PERUMAHAN SEDERHANA DI KOTA MANADO Dien, Michael Meidy; Kindangen, Jeffrey I; Wuisang, Cynthia E.V.
SPASIAL Vol 8, No 3 (2021)
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini menjelaskan tentang pemilihan material dan tipe konstruksi atap sebagai upaya mengurangi beban panas internal hunian. Merupakan penelitian kuantitaif dengan metode eksplanatori, fokus penelitian pada panas eksternal, beban panas internal, serta material dan tipe konstruksi atap. Bertujuan mengetahui proses perpindahan panas, penyebab panas internal terbesar serta  jenis material dan tipe konstruksi atap yang optimal yang dapat berperan signifikan dalam menurunkan beban panas internal. Penelitian dilakukan di Perumahan Buha Griya Permai Manado, dengan menghitung beban panas internal hunian eksisting, menganalisa material dan tipe konstruksi atap, kemudian memperbaiki tipe konstruksi atap  untuk menurunkan beban panas internal. Hasil penelitian menunjukkan, beban panas internal terbesar berasal dari panas yang masuk melalui atap dengan nilai transmitan tipe konstruksi yang besar, tidak adanya aliran angin dalam ruang, dan kelembaban udara tinggi.Pada kondisi obyek studi, pengurangan beban panas internal dilakukan dengan memberi penambahan insulasi panas jenis Aluminium Foil Bubble pada atap dan plafon, harganya relatif murah, tetapi penggunaannya sudah dapat memenuhi kebutuhan dalam mengurangi nilai transmitan atap sekitar 47% dan mengurangi beban panas internal sebanyak 24%. Penelitian ini bermanfaat mendapat cara mengurangi panas dalam bangunan dengan perbaikan tipe konstruksi atap yang minimal. Kata kunci : Beban Panas, Insulasi Panas Atap, Nilai Transmitan