Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pengaruh Konseling dan Alat Bantu Pengingat Pengobatan terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Outcome Klinik Pasien Diabetes Melitus dan Hipertensi Much Ilham Novalisa Aji Wibowo; Didik Setiawan; Nindya Dwi Ikhwaniati; Fitria Amalia Sukma
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 18 No 2 (2020): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/jifi.v18i2.761

Abstract

The World Health Organization declares Diabetes Mellitus and Hypertension as one of the health emergencies. Adherence to medication is an important factor in controlling this disease. Research is needed to find out the combination of counseling and treatment reminder aids will aff ect adherence and clinical outcomes. Pretest-posttest design was conducted in February 2019 - May 2019. Sample population was Prolanis patients at Puskesmas Kembaran I, Purwokerto Timur II and Sumbang I. The inclusion criteria were 66 patients with type 2 diabetes and 72 patients with hypertension. The determination of the pretest-posttest group was by simple random sampling. The adherence instrument used MARS, counseling and medication reminder tools according to pharmaceutical counseling guidelines. The respondents were women, low education, normal BMI, didn’t work, combination of Diabetes medication and single medication for Hypertension. The pretest group was categorized as non-adherent, but experienced an increase after the intervention. The interventions given also had an eff ect on improving medication adherence and controlling the clinical outcome of type 2 DM patients and hypertensive patients at the Puskesmas (p-value 0,000 <0.05). The combination of pharmacist counseling interventions with medication reminders is more eff ective in increasing medication adherence in patients with type 2 Diabetes mellitus and Hypertension.
Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Apoteker Pada Layanan Kefarmasian Di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, Dan Kedungbanteng Hening Pratiwi; Ika Mustikaningtias; Fajri Rifki Widyartika; Didik Setiawan; Khafidz Nasrudin; Leony Julietta
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.33 KB) | DOI: 10.20961/jpscr.v5i1.39273

Abstract

Semakin tingginya tuntutan masyarakat dan semakin berkembangnya pelayanan yang diberikan menuntut apoteker harus mampu memenuhi keinginan dan tuntutan masyarakat yang beragam. Penilaian kualitas layanan kefarmasian dapat dilakukan dengan cara mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan yang sudah diterima dalam pemenuhan harapan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran (general awareness), persepsi, harapan, dan pengalaman masyarakat terhadap peran apoteker dalam memberikan layanan kefarmasian di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, dan Kedungbanteng. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan metode observasional. Penentuan apotek sebagai lokasi penelitian dilakukan stratified random sampling pada 23 apotek dan pengambilan sampel responden dengan accidental sampling kepada 110 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang selanjutnya dilakukan skoring dan analisis univariat secara deskriptif. Kemudian dilakukan kategorisasi dengan berdasarkan nilai median. Analisis persepsi masyarakat terhadap peran apoteker di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, dan Kedungbanteng memperoleh hasil diantaranya adalah sebanyak 65,45% masyarakat memiliki kesadaran (general awareness) yang baik, 63,64% memiliki persepsi baik, 59,09% memiliki harapan yang baik, dan 50% memiliki pengalaman yang baik terhadap peran apoteker pada layanan kefarmasian di apotek. Dapat disimpulkan bahwa kesadaran (general awareness), persepsi, harapan, dan pengalaman masyarakat terhadap peran apoteker di Apotek Kecamatan Sokaraja, Baturraden, Sumbang, dan Kedungbanteng cukup baik. Apoteker perlu menggunakan atribut praktik apoteker (jas atau name tag) di apotek untuk memudahkan masyarakat mengenali apoteker.
PELAKSANAAN PENYIMPANAN OBAT DAN PELAYANAN INFORMASI OBAT KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS DI KOTA PURWOKERTO Agus Priyanto; Moeslich Hasanmihardja; Didik Setiawan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 03 Desember 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i3.582

Abstract

ABSTRAK Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat (drug oriented) ke orientasi pasien (patient oriented). Sebagai konsekuensinya, tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Penyimpanan obat dan pelayanan informasi obat merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian. Hal ini mengakibatkan baik prosedur penyimpanan obat maupun pelayanan informasi obat menjadi hal yang sangat penting dan saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan pelayanan kefarmasian yang lebih komprehensif. Penyimpanan obat merupakan mata rantai yang penting dalam proses pengelolaan obat secara keseluruhan. Sistem penyimpanan harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi mutu obat dan mutu pelayanan. Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode analisis deskriptif yang menggambarkan tata cara penyimpanan obat dan pelayanan obat pada pelayanan informasi dan konsultasi obatnya kepada pasien dengan menggunakan kuisioner dan observasi langsung dengan pasien dan petugas pengelola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi penyimpanan obat, dilihat dari sarana penyimpanan atau tempat penyimpanan, penyimpanan vaksin, dan penyimpanan alat kesehatan umumnya sudah sesuai dengan tata cara penyimpanannya. Sistem penyimpanan yang masih kurang diperhatikan hanya beberapa komponen dari kondisi fisik yaitu tidak adanya ventilasi udara maupun kurangnya sirkulasi didalam ruangan penyimpanan obat. Sedangkan dari segi pelayanan obat tidak semua informasi obat dilakukan secara rutin. Hanya jenis informasi tertentu saja yang sering diberikan oleh petugas farmasi dan diterima oleh pasien pada saat pelayanan informasi obat, yaitu informasi tentang dosis penggunaan obat, waktu pemakaian obat, dan cara pemakaian Kata kunci : . Sistem penyimpanan obat, puskesmas, purwokerto
KEAMANAN OBAT ANTI PSIKOTIK BAGI PENDERITA SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS TAHUN 2009 Melike Christiani; Sudarso Sudarso; Didik Setiawan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 01 April 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.541

Abstract

ABSTRAK Pemberian obat pada pasien sebaiknya memastikan dulu kemungkinan tidak terjadi interaksi. Hal ini dimaksudkan agar dalam mengkonsumsi obat, seorang pasien terhindar dari efek samping yang merugikan bagi pasien itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian obat antipsikotik pada pasien skizofrenia dan keamanan obat antipsikotik pada pasien skizofrenia ditinjau dari aspek interaksi antar obat. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan metode pengumpulan data secara restrospektif. Bahan yang digunakan adalah data pasien yang diberi obat antipsikotik di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas pada bulan April tahun 2009. Data pasien yang diambil sebanyak 38 pasien yang memenuhi kriteria dianalisis secara deskriptif analitik. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan pemberian obat antipsikotik pada pasien skizofrenia sebagian besar adalah obat golongan antikolinergika yaitu Trihexyphenidyl 2 mg dan keamanan obat antipsikotik ditinjau pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas ditinjau dari aspek interaksi antar obat adalah : interaksi antara Amitripilin + Haloperidol pada grade 5, Amitripilin + Chloropromazine pada grade 5, Carbamazepine + Haloperidol pada grade 2, Chloropromazine + Haloperidol pada grade 4 dan Chloropromazine + Trihexyphenidyl pada grade 2. Kata Kunci : Keamanan ,Obat, Antipsikotik, Skizofrenia. ABSTRACT It’s better to make sure in consuming medicine that there is no possibility to be interaction. This means that in consuming medicine, a patient will be avoided from the side effect which gives disadvantages for that patient himself. The purpose of this research is to find out the giving of antipsychotic medicine for schizoprenia’s patient and the safety of antipsychotic medicine for schizoprenia’s patient, which is observed by interaction medicine aspect. This research includes analytic descriptive by using of data collection method in retrospective. The material used in this research is data contains the patient given antipsychotic medicine in “Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas” on 2009. The data’s patient which was taken are 38 patients, who have criteria to be analyzed in analytical descriptive research. Based on this research result, it can be concluded that the giving of antipsychotic medicine to the patient of schizoprenia’s mostly includes the group of anticolinergyca medicine, this is Trihexyphenidyl 2 mg. Moreover, the safety of antipsychotic medicine is observed on the patient of schizoprenia’s in “Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas” which is also observed from interaction medicine aspect. Those are : interaction between Amitriplin + Haloperidol in 5th grade, Carbamazepine in 4th grade and Chloropromazine + Trihexyphenidyl in 2nd grade. Keyword : Safety, Medicine, Antipsychotic, Schizophrenias.
PERBANDINGAN INTERAKSI OBAT DAN PERMASALAHAN DOSIS PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS DI DUA RUMAH SAKIT Riska Octaviana; Didik Setiawan; Susanti Susanti
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 10 No. 01 Juli 2013
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v10i1.792

Abstract

ABSTRAK Osteoarthritis lebih banyak dialami pada pasien dengan usia lanjut. Hal ini disebabkan karena pasien dengan usia lanjut dapat mengalami penyakit komplikasi sehingga memerlukan banyak obat untuk mengatasinya. Penggunaan obat yang terlalu banyak kemungkinan besar dapat menyebabkan terjadinya interaksi obat dan permasalahan dosis. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat kejadian interaksi obat dan permasalahan dosis pada pengobatan osteoarthritis di dua rumah sakit. Jenis penelitian ini merupakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional dan metode pengambilan data secara retrospektif dari rekam medik pasien. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan chi square test menggunakan program SPSS. Hasil statistik chi square test menunjukan bahwa kejadian interaksi obat terdapat perbedaan yang bermakna antara RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dan RS Wijaya Kusuma (p=0,021), sedangkan pada permasalahan dosis tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dan RS Wijaya Kusuma (p=0,140). Tingkat kejadian interaksi obat terdapat perbedaan antara di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dan RS Wijaya Kusuma, sedangkan kejadian permasalahan dosis tidak terdapat perbedaan antara RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dan RS Wijaya Kusuma. Kata kunci: osteoarthritis, interaksi obat, dosis, dua rumah sakit. ABSTRACT Osteoarthritis disease is more common in geriatric patients, whom can suffer complications that require many medication to overcome. Too much medicine used is likely to lead to drug interactions and dosage problems. This research was done to study drug interaction and dosing problems of osteoarthritis patient in two hospital. The method of this research was analytic observational through cross sectional design and retrospective data finding from patient medical record. Researcher used chi square test in bivariate analysis with SPSS. Statistical results showed that the incidence of drug interactions were significantly difference between RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto and RS Wijaya Kusuma (p=0.021), while in dosage problems, there weren’t significant differences between RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dan RS Wijaya Kusuma (p=0.140). The incidence of drug interactions were significantly difference between RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto and RS Wijaya Kusuma, in contrast to the incidence of dosage problems. Key words: osteoarthritis, drug interaction, dosage, two hospital.
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS Desta Kurniawan; Moeslich Hasanmihardja; Didik Setiawan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 06 No. 03 Desember 2009
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v6i3.431

Abstract

Perilaku penggunaan obat oleh pasien, sangat dipengaruhi oleh informasi yang diterima pasien mengenai obat-obat yang digunakannya. Oleh karena itu kualitas informasi yang mengiringi penggunaan suatu obat sama pentingnya dengan kualitas obat itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pasien peserta Jamkesmas rawat inap di RSU Banyumas merasa puas terhadap pelayanan informasi obat yang diberikan. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan model pendekatan secara observasional. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui survey yaitu dengan penyebaran kuisioner kepada 88 reponden dengan cara mengambil seluruh populasi peserta jamkesmas rawat inap dibangsal penyakit dalam RSU Banyumas pada tanggal 1 April sampai dengan 20 Mei 2009. Data dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi linier. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas pelayanan informasi obat terhadap kepuasan pasien peserta jamkesmas rawat inap di RSU Banyumas dengan nilai korelasi sebesar 0,308. Hal ini berarti semakin positif kualitas pelayanan informasi obat, maka akan diiringi dengan meningkatnya kepuasan pasien peserta jamkesmas rawat inap. Kata kunci : Kualitas pelayanan informasi obat, kepuasan pasien peserta jamkesmas rawat inap, RSU Banyumas.
PENGARUH PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN PASIEN JAMKESMAS DI BANGSAL NON BEDAH RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO DALAM MENGGUNAKAN OBAT PER ORAL PADA TAHUN 2009 Widya Prilansari; Moeslich Hasanmihardja; Didik Setiawan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 02 Agustus 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.556

Abstract

ABSTRAK Penggunaan obat oleh pasien dipengaruhi oleh informasi yang diterima pasien mengenai obat yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pelayanan informasi obat terhadap kepatuhan pasien jamkesmas di bangsal non bedah di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto dalam menggunakan obat per oral. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan model observasional. Data dianalisis menggunakan analisis korelasi spearman rank. Hasil penelitian diperoleh dengan nilai korelasi yaitu -0,018 dengan jumlah 121 responden. Selanjutnya dilakukan uji signifikan dan hasil yang diperoleh t hitung lebih kecil dari t tabel (-0,19
PROFIL DISOLUSI IN VITRO TABLET LEVOFLOKSASIN GENERIK DAN LEVOFLOKSASIN NON GENERIK Frisky Almuksiti; Ika Yuni Astuti; Didik Setiawan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 01 April 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.543

Abstract

ABSTRAK Levofloksasin merupakan antibiotik berspektrum luas golongan kuinolon. Levofloksasin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri yang terjadi di saluran pernafasan, saluran kencing dan kulit. Hingga saat ini Levofloksasin belum terdaftar dalam monografi USP, sehingga belum memiliki metode disolusi yang pasti. Uji disolusi in vitro sangat penting untuk memastikan kualitas suatu produk obat dengan cara melihat profil pelepasan obat dalam medium pembawanya dan untuk memperkirakan profil disolusi obat yang terjadi didalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil disolusi tablet Levofloksasin dalam medium HCl 0,1 N dan dalam medium dapar fosfat pH 7,4, serta untuk membandingkan profil disolusi antara tablet Levofloksasin generik dengan non generik. Uji disolusi menggunakan metode pengaduk tipe dayung, medium HCl 0,1 N atau dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 900 ml, suhu dijaga pada 37±0,5°C, dengan kecepatan perputaran 50 rpm. Sampel diambil (5 ml) pada menit ke 5, 10, 20, 30 dqn 45 dan volume yang diambil digantikan dengan medium yang baru. Sampel kemudian dibaca serapannya dengan spektrofotometer pada λ maksimum. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa konsentrasi obat Levofloksasin yang dilepaskan mencapai lebih dari 80% pada menit ke 45. Profil disolusi Levofloksasin dalam medium HCl 0,1 N lebih baik dari pada profil disolusi Levofloksasin dalam medium dapar fosfat pH 7,4, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tablet Levofloksasin generik dengan non generik. Kata kunci : profil disolusi, in vitro, levofloksasin ABSTRACT Levofloxacine is an antibiotic broad spectrum of quinolon. It has been used to treat bacterial infections in respiratory tract, urinary tract, and skin. Till in this time Levofloxacine no in monograph in USP, hence not yet owned definitive dissolution method. The in vitro dissolution testing very important to ensure quality of drug product with show that drug release in this solvent and to the prediction of in vivo performance. This research was proposed to compare dissolution profile Levofloxacine tablet in HCl 0.1 N medium and Phosphat buffer of pH 7.4, and also to compare profile dissolution of generic Levofloxacine with non generic one. In the dissolution testing used paddle methode. Medium was 900 ml of HCl 0.1 N and Phosphat buffer of pH 7.4 at 37± 0.5°C with a speed 50 rpm. Sample aliquots (5 mL) were withdrawn at 5, 10, 20, 30 and 45 minutes and replaced with equal volumes of fresh medium. Sample was absorbed with spectrophotometrically at λ max. The results of dissolution showed that the drug concenrations of Levofloxacine reaching more than 80% is released over 45 minutes. Dissolution profile of Levofloxacine in HCl 0.1 N medium better than Levofloxacine in Phosphat buffer of pH 7.4 medium and no significantly differences between generic Levofloxacine with non generic Levofloxacine. Key words : dissolution profile, in vitro, levofloxacine.
UJI PRESISI DAN PROFIL DISOLUSI TABLET LOSARTAN INOVATOR DAN COPY PRODUCT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE Wahyunita Yulia Sari; Ika Yuni Astuti; Didik Setiawan
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 07 No. 01 April 2010
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v7i1.548

Abstract

ABSTRAK Uji disolusi in-vitro digunakan untuk meneliti pelepasan obat dan sebagai dasar memperkirakan bioavaibilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presisidari metode yang digunakan dan mengetahui profil disolusi dari sediaan tablet yang mengandung losartan baik yang inovator maupun copy product (A, B, C, dan D). Metode untuk presisi dari metode disolusi dan profil disolusi tablet losartan, dilakukan dengan metode spektrofotometeri ultraviolet-visible. Presisi merupakan salah satu parameter dalam validasi metode disolusi. Uji disolusi tablet losartan inovator dan copy product (A, B, C, dan D) dilakukan pada medium aquabidestilata dengan kecepatan putaran dayung 50 rpm. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada menit ke-0; 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45. Hasil uji diperoleh keseksamaan (nilai KV = 2,0128 %), sedangkan profil disolusi jika dilihat dari nilai f2, menunjukan bahwa tablet losartan copy product B dan D memiliki kesamaan dengan tablet losartan inovator. Namun hasil ini memiliki perbedaan dengan hasil analisis anova, yang memperlihatkan bahwa tablet losartan copy product D memiliki perbedaan dengan tablet losartan inovator. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil analisis menggunakan anova yang dilanjutkan dengan LSD. Kata kunci: losartan; validasi metode; disolusi; inovator; copy product ABSTRACT The examine of dissolution in-vitro is used to research drug releated and for basis of bioavaibility prediction. This research aimed to search for precision from the methode is used and to search for profile of dissolution from losartan tablet of inovator although copy product (A, B, C, and D). A method for precision by dissolution method and profile of dissolution losartan tablet, had been developed using spektrofotometri ultraviolet-visible method. Presicion is one of parameters in validation dissolution method. Test of dissolution inovator and copy product (A, B, C, and D) losartan tablet had been developed using aquabidestilata medium with rapid of paddle rotate is 50 rpm. The time of sample withdrawal had been developed at 0; 5; 10; 15; 20; 25; 30; 35; 40; 45 minutes. The result shown the precision (CV value to 2,0128%), but profile of dissolution mention that copy product B and D losartan tablet have indentically with inovator losartan tablet from the value of f2. But it is difference with result of anova analysis, the mention that copy product D losartan tablet have difference with inovator losartan tablet. This difference can be seen from result of analysis by anova and then with LSD. Key words : losartan; validation of method; dissolutioni; inovator; copy product.
POLA TERAPI PADA PASIEN KANKER NASOFARING DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Laeli Mustajabah; Didik Setiawan; Sudarso Sudarso
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 09 No. 02 Agustus 2012
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pji.v9i2.707

Abstract

ABSTRAK Penanggulangan kanker nasofaring sampai saat ini menjadi suatu masalah, gejala yang tidak spesifik dan letak nasofaring yang tersembunyi mengakibatkan keterlambatan dalam diagnosa yang akan mempengaruhi keberhasilan terapi dan prognosis yang buruk. Keberhasilan terapi yang tinggi dan kelangsungan hidup jangka panjang hanya terjadi pada kanker stadium awal dibandingkan stadium akhir. Memberikan gambaran pola terapi pada pasien kanker nasofaring di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo (RSMS). Mendapatkan gambaran jenis obat kanker yang digunakan pada pasien kanker nasofaring di RSMS. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian adalah cross sectional deskriptif dan metode pengambilan data secara retrospektif melalui rekam medik pasien. Sampel penelitian 199 pasien dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2,6:1, rata-rata umur pasien kanker nasofaring adalah 49,06±1,49 tahun (kisaran : 5-82th). Pasien datang ke RSMS kebanyakan sudah stadium lanjut (III dan IV) (30,1%). Sebanyak 143(71,6%) pasien mendapat terapi kanker dan 56(28,1%) pasien tidak mendapatkan terapi kanker. Terapi yang digunakan pada setiap stadium berbeda. Terdapat 3 jenis terapi yang digunakan di RSMS yaitu radioterapi 89(62,2%), kemoterapi 33(23,1%) dan kemoradiasi 21(14,7%). Golongan obat kanker yang digunakan adalah golongan alkilator, taxan, antibiotik dan alkaloid vinka. Diketahui banyak pasien yang memiliki kelengkapan jumlah siklus dan penyinaran yang rendah. Penyakit penyerta yang paling banyak adalah anemia 11(22,5%) dan golongan obat lain yang paling banyak digunakan adalah golongan analgetik 107(74,6%). Berdasarkan stadium kanker radioterapi adalah terapi yang paling banyak digunakan. Obat yang paling banyak digunakan pada kemoradiasi dan kemoterapi adalah cisplatin. Kata kunci: kanker nasofaring, pola terapi. ABSTRACK Nasopharyngeal cancer prevention until now become a problem, because early symptoms are not spesific and hidden location of nasopharyngeal cause a delay to diagnosis that will affect therapeutic efficacy and poor prognisis. High therapeutic efficacy and long term survival only achieved for patient who have early stage than advanced stage. This research purpose to provide overview a treatment pattern of nasopharyngeal cancer patients in Prof. Dr. Margono Soekarjo hospital (RSMS) and provide overview of cancer drugs types used in patient with nasopharyngeal cancer in RSMS. The research is observational research with descriptive cross sectional research design and retrospective methods of data collection through the medical records of patients. The total study population was 199 patients with a ratio of male and female was 2,6:1, the average age of nasopharyngeal cancer patients was 49.06 ± 1,49 years old (range: 5-82th). Patients come to RSMS have advanced stage (III and IV) (30,1%). 143(71,6) patients received cancer therapy and 56(28,1%) patients without cancer therapy. Therapy used in each stage is different. Three types of therapy used in RSMS. There are radiotherapy 89(62,2%), chemotherapy 33(23,1%) and chemoradiation 21(14,7%). Class of cancer drugs used are alkilator, taxan, antibiotics and alkaloids vinca. The most of patient have low in completed chemotherapy cycle and number of radiotherapy. Patients with comorbidities most anemic 11(22,5%) patients and the drug classes most widely used analgesic 107(74,6%). Based on cancer stage, radiotherapy is more widely used. The most widely used drugs in chemotherapy and chemoradiation is cisplatin. Keywords: nasopharyngeal cancer, the pattern of treatment.