Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Perbedaan Tanda dan Gejala antara Infeksi Dengue Primer dengan Sekunder Salsabila Adinda Rahman; Wida Purbaningsih; Listya Hanum Siswanti
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10515

Abstract

Abstract. Dengue fever infection is caused by the dengue virus flavivirus (DENV). The dengue fever virus can cause primary infection and secondary infection. Primary infection is the first infection by DENV, while secondary infection is the second infection by DENV which can be determined based on serological examination (IgM and IgG). A literature study was conducted to find out the differences in signs and symptoms between primary and secondary dengue fever infections. Researchers used analytical observational methods with a quantitative approach. The population of this study was 1262 dengue fever infection patients in the inpatient unit at Al-Islam Hospital Bandung City in 2022 and 104 data were taken using a simple random sampling technique. Research sampling used secondary data from medical record data. From the research that has been carried out, it was found that patients with secondary infections had more manifestations of bleeding and hepatomegaly than primary infections. The results show that primary dengue infection is milder than secondary infection. In most cases, primary infection shows symptomatic or mild dengue fever, while secondary infection with a different serotype increases the risk of severe dengue fever (Dengue Hemorrhagic Fever, Dengue Shock Syndrome). Abstrak. Infeksi dengue disebabkan oleh flavivirus dengue virus (DENV). Virus dengue bisa menyebabkan infeksi primer dan infeksi sekunder. Infeksi primer adalah infeksi pertama kali oleh DENV, sedangkan infeksi sekunder adalah infeksi kedua oleh DENV yang dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan serologis (IgM dan IgG). Studi literatur dilaksanakan untuk mencari tentang perbedaan tanda dan gejala antara infeksi dengue primer dengan sekunder. Peneliti menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah pasien infeksi dengue unit rawat inap di RS Al-Islam Kota Bandung tahun 2022 yang berjumlah 1262 dan diambil 104 data dengan teknik sampel acak sederhana. Pengambilan sampel penelitian menggunakan data sekunder dari data rekam medis. Dari studi yang telah dilakukan, didapatkan pada pasien infeksi sekunder dengan manifestasi pendarahan dan hepatomegali lebih banyak dibanding infeksi primer. Hasil menunjukkan bahwa infeksi dengue primer lebih ringan dibanding infeksi sekunder. Pada kebanyakan kasus, infeksi primer menunjukan simptomatik atau demam dengue ringan, sedangkan infeksi sekunder dengan serotipe yang berbeda meningkatkan risiko penyakit dengue berat (Demam Berdarah Dengue, Sindrom Syok Dengue).
Studi Literatur: Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 di RSUD Al-Ihsan Muhammad Faris Rizki; Wida Purbaningsih; Ajeng Kartika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11111

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever is a disease caused by the Dengue virus and transmitted by the Aedes Aegypti mosquito. The World Health Organization (WHO) says that this disease generally occurs in areas such as Southeast Asia and the West Pacific. WHO noted that there was an increase in the incidence of dengue fever in Southeast Asia by around 46% from 451,442 cases to 658,301 cases, while the death rate decreased by 2%, namely from 1,584 to 1,555 cases. This study aims to determine the characteristics of adult dengue hemorrhagic fever patients before and during the Covid-19 pandemic. This research is a descriptive observational study with a cross sectional design with a sample size of 100 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Samples were taken using a non-probability sampling technique, namely consecutive sampling, which is a sample selection technique by determining subjects who meet the inclusion criteria and are included in the research for a certain period of time. The results show that ages 20‒39 years are the age group most frequently affected by dengue fever before and during the pandemic and the gender most frequently affected is women. This is because the Aedes aegypti mosquito actively bites during the day, when people are active. There was a decrease in the number of villages affected by dengue fever during the pandemic because some people came from outside the city. It was found that the majority of adult dengue fever patients had fever without bleeding or hepatomegaly and only experienced grade I. This was due to the faster screening process before and during the pandemic so that treatment could be carried out immediately before entering the next degree. Abstrak. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa penyakit ini umumnya terjadi pada daerah seperti Asia Tenggara dan Pasifik Barat. WHO mencatat bahwa ada peningkatan angka kejadian DBD di Asia Tenggara sekitar 46% dari 451.442 kasus menjadi 658.301 kasus, sedangkan tingkat kematiannya mengalami penurunan sebanyak 2% yaitu dari 1.584 menjadi 1.555 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue dewasa sebelum dan selama pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional desain cross sectional dengan jumlah sampel 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu consecutive sampling yang merupakan teknik pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu. Hasil menunjukan bahwa usia 20‒39 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering terkena DBD pada masa sebelum dan pada saat pandemi dan jenis kelamin yang paling sering terkena adalah perempuan. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti aktif menggigit pada siang hari, ketika orang-orang sedang beraktivitas. Terdapat penurunan jumlah desa yang terkena DBD saat pandemi dikarenakan sebagian orang berasal dari luar kota. Didapatkan sebagian besar pasien DBD dewasa mengalami demam tanpa perdarahan ataupun hepatomegali dan hanya mengalami derajat I. Hal ini disebabkan oleh proses skrining lebih cepat pada sebelum dan saat pandemi sehingga dapat dilakukan penanganan segera sebelum memasuki derajat selanjutnya.
Hubungan Antara Jumlah Leukosit dengan Kejadian Syok pada Penderita DBD Anak di RS Al-Islam Fani Amalia Putri; Wida Purbaningsih; Retno Ekowati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11178

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) can be fatal if it turns into SSD or DSS because Fatality Rate DSS can reach 10% or even more. However, if detected early,Fatality Rate can be reduced to less than 1%. So this research aims to find predictors before shock occurs, and the indicator studied is the number of leukocytes. This research is an analytical observational research approach cohort retrospective to analyze the relationship between the number of leukocytes and the incidence of shock in children with Dengue Hemorrhagic Fever. Samples were taken from inpatient medical records at Al-Islam Hospital in the period 1 January 2022 to 28 February 2023. Samples were taken using the total sampling In DHF patients with shock and without shock then analysis was carried out chi-square. On crosstabulation It was found that all 12 children who experienced a decrease in their leukocyte count experienced shock, but of the 55 children who had their leukocyte count within normal limits, 18 children or the equivalent of 32% experienced shock. An alternative analysis is carried out, namely by fisher's exact test because there is value expected count which is not feasible to do uji chi-square and obtained a p value = 0.000 so it can be concluded that there is a relationship between the number of leukocytes and the incidence of shock in pediatric dengue fever patients. Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) bisa berakibat fatal jika berubah menjadi Sindrom Syok Dengue (SSD) atau Dengue Shock Syndrome (DSS) karena Fatality Rate DSS bisa mencapai 10% bahkan lebih. Namun, jika dideteksi sedari dini, Fatality Rate dapat berkurang sampai kurang dari 1%. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari prediktor sebelum terjadinya syok, dan indikator yang diteliti adalah jumlah leukosit. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cohort retrospective untuk menganalisis hubungan jumlah leukosit dengan kejadian syok pada penderita Deman Berdarah Dengue anak. Sampel diambil dari rekam medis rawat inap RS Al-Islam pada periode 1 Januari 2022 sampai 28 Februari 2023. Sampel diambil dengan metode total sampling pada pasien DBD dengan syok dan tanpa syok lalu dilakukan analisis chi-square. Pada crosstabulation didapatkan bahwa 12 anak yang mengalami penurunan jumlah leukosit semuanya mengalami syok, tetapi dari 55 anak yang memiliki jumlah leukosit dalam batas normal terdapat 18 anak atau setara dengan 32% mengalami syok. Dilakukan analisis alternatif yaitu dengan fisher’s exact test karena ada nilai expected count yang tidak memenuhi untuk dilakukan uji chi-square dan didapatkan nilai p = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian syok pada pasien DBD anak.
Gambaran Nilai Hematokrit dan Jumlah Trombosit Pasien Demam Berdarah Dengue di RSUD Al-Ihsan Bandung Sayyidah Fauziyah; Wida Purbaningsih; Annisa Rahmah Furqaani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11303

Abstract

Abstract.. Dengue fever (DHF) is a viral infectious disease transmitted by the Aedes aegypti mosquito and is characterized by fever, thrombocytopenia, and plasma permeation characterized by an increase in hematocrit. One of the important indicators of hematological examination to establish the diagnosis of DHF is platelet count and hematocrit value. This study aims to determine the description of hematocrit value and platelet count of DHF patients. The type of research used is descriptive analytic research using cross-sectional design with sample selection using purposive sampling technique. Data were taken from the medical records of DHF patients with a total sample of 175 patients. The results of the study obtained that the most age was children and adolescents, namely 64% and the most gender was female, namely 52%. Most patients had hematocrit values in the normal category, 73.1% with an average hematocrit value of 40.75%. Most patients had platelet counts <100,000/µL, 52.6% with an average platelet count of 120,880/µL. It can be concluded that the hematocrit value in patients is mostly in the normal level, and the platelet count is mostly in the <100,000/µL category. Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan ditandai dengan adanya demam, trombositopenia, dan perembesan plasma yang ditandai dengan peningkatan hematokrit. Salah satu indikator penting pemeriksaan hematologi untuk menegakkan diagnosis DBD adalah jumlah trombosit dan nilai hematokrit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nilai hematokrit dan jumlah tombosit pasien DBD. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik menggunakan rancangan cross-sectional dengan pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data diambil dari rekam medik pasien DBD dengan jumlah sampel 175 pasien. Hasil penelitian diperoleh umur terbanyak adalah anak dan remaja yaitu 64% dan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 52%. Sebagian besar pasien nilai hematokrit dalam kategori normal yaitu 73,1% dengan rata-rata nilai hematokrit adalah 40,75%. Sebagian besar pasien memiliki jumlah trombosit <100.000/µL yaitu 52,6% dengan rata-rata jumlah trombosit adalah 120.880/µL. Dapat disimpulkan bahwa nilai hematokrit pada pasien paling banyak dalam tingkatan normal, dan jumlah trombosit paling banyak dalam kategori <100.000/µL.
Karakteristik Demografi dan Klinis Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Anak di RSUD Al-Ihsan Tahun 2022 Diyana; Wida Purbaningsih; Miranti Kania Dewi
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12324

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) has remained a significant problem in Indonesia in the last few decades. Data related to the characteristics of children's dengue fever is essential for collecting demographic data and primary material to become a reference for further research. This study aims to determine pediatric dengue fever patients' demographic and clinical characteristics at Al-Ihsan Hospital in 2022. This research is a retrospective descriptive study at Al-Ihsan Hospital on 392 patients. The research subjects were dengue fever sufferers diagnosed and treated from January 2022 to December 2022. Data was obtained from secondary data from medical records in the form of characteristics of age, gender, clinical manifestations, and degree of severity. Data analysis was carried out using descriptive analysis methods. The research results show that most pediatric dengue fever patients at Al-Ihsan Hospital in 2022 are female (50.51%) and aged 5-9 years (40.31%). Based on the characteristics of clinical symptoms, 392 patients (100%) had fever, 91 patients (23.21%) had bleeding manifestations, and 51 patients (13.01%) had signs of shock. Most patients had severe dengue fever with danger signs, totaling 258 patient (65.82%). These results show that school-aged children are a group vulnerable to dengue infection because it spreads easily in school areas where students gather. The high number of patients who come with danger signs shows that many parents already understand the importance of treating dengue fever according to the clinical phase. Abstrak. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Data terkait karakteristik DBD anak merupakan dasar penting untuk pendataan demografi dan bahan dasar untuk menjadi acuan penelitian selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi dan klinis pasien DBD anak di RSUD Al-Ihsan tahun 2022. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif di RSUD Al-Ihsan pada 392 pasien. Subjek penelitian merupakan penderita DBD yang didiagnosis dan dirawat selama bulan Januari–Desember 2022. Data diperoleh dari data sekunder rekam medis berupa karakteristik usia, jenis kelamin, manifestasi klinis dan derajat keparahan. Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan mayoritas pasien DBD anak di RSUD Al-Ihsan tahun 2022 berjenis kelamin perempuan sebanyak 198 pasien (50,51%) dan berusia 5-9 tahun sebanyak 158 pasien (40,31 %). Berdasarkan karakteristik gejala klinisnya, sebanyak 392 pasien (100%) mengalami demam, 91 pasien (23.21%) mengalami manifestasi pendarahan dan 51 pasien (13.01%) mengalami tanda-tanda syok. Mayoritas pasien berada dalam derajat keparahan dengue fever dengan tanda bahaya yaitu berjumlah 258 pasien (65.82%). Hasil ini menunjukan anak usia sekolah merupakan kelompok rawan terkena infeksi dengue karena mudahnya penyebaran di daerah sekolah yang menjadi tempat murid berkumpul. Tingginya angka pasien yang datang dengan tanda bahaya menunjukan banyaknya orang tua yang sudah paham akan pentingnya penanganan DBD sesuai fase klinis. Kata Kunci: Demam Berdarah, Anak, Demografi, Gejala, Rumah Sakit.
Prevalensi dan Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia Bawah Lima Tahun Raihan Zakki; Wida Purbaningsih; Yani Dewi Suryani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12328

Abstract

Abstract. Stunting is a malnutrition problem that is currently becoming a concern as a result of chronic malnutrition. Children under five face many problems, one of which is stunting. This research aims to determine the prevalence and factors associated with stunting among toddlers in West Bandung Regency, Padalarang District, between 2022 and 2023. The research design used in this study is a cross-sectional study. The sample for this research consisted of 100 toddlers using a total sampling method. The study was conducted from April to October 2023. Data collection involved measuring height, conducting interviews using a semi-quantitative FFQ questionnaire. Data analysis was performed using Univariate analysis. The research results indicated that the proportion of respondents with severe stunting was 35%, stunting was 34%, and those with normal TB/U nutrition status were 31%. Statistical tests provided insights into factors contributing to stunting such as birth weight, parental education, gender, exclusive breastfeeding, and family economics. This study suggests that the government, especially healthcare workers, should actively address and combat stunting among toddlers. Additionally, it is recommended for the community to adopt a balanced nutritional diet and access adequate education to improve well-being. Abstrak. Stunting merupakan salah masalah malnutrisi yang saat ini menjadi perhatian sebagai akibat kekurangan gizi kronis. Anak-anak balita menghadapi banyak masalah, salah satunya stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa prevalensi dan apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak balita di Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Padalarang tahun 2022-2023. Disain penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 anak balita dengan metode total sampling. Penelitian ini dikerjakan pada bulan April hingga Oktober 2023. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara lembar kuesioner FFQ semikuantitatif. Analisis data dilakukan menggunakan analisis Univariat. Hasil penelitian ini memberikan proporsi responden yang severe stunting 35%, stunting 34% dan yang memiliki status gizi TB/U normal 31%. Analisis uji statstik memberikan gambaran faktor-faktor terjadinya stunting seperti berat lahir, Pendidikan orang tua, jenis kelamin, pemberian ASI eksklusif, dan ekonomi keluarga. Penelitian ini menyarankan kepada pemerintah khususnya petugas Kesehatan agar aktif dan menanggulangi kejadian stunting pada anak balita. Selain itu juga, diharapkan kepada masyarajat untuk menerapkan pola makan gizi seimbang dan mendapatkkan Pendidikan yang layat untuk meningakatkan kesejahteraan.
Gambaran Penatalaksanaan dan Karakteristik Pasien Penyalahgunaan Narkoba di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Periode 2017-2021 Zikri Resa Hasrian; Wida Purbaningsih; Siti Annisa Devi Trusda
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.12511

Abstract

Abstract. World Drugs Reports (WDR) in 2018 informed that around 269 million people use drugs across the globe. The results of research conducted by the National Narcotics Agency (BNN) stated that the prevalence rate for narcotics reached 3.41 million people (1.80%) in 2019. In the Jakarta area, there were 260,656 people who used drugs. This research aims to determine the description of the management of drug abuse patients at RSKO Jakarta in 2017–2021. The research method used was descriptive observational with a cross-sectional design. This research uses medical record data taken directly from RSKO Jakarta. The results of this research showed that the majority of drug abuse patients at RSKO Jakarta for the 2017-2021 period based on gender characteristics were male. Based on the characteristics, the highest age level is 15-34 years old. Based on the characteristics of the highest region, it is JABODETABEK. Based on the characteristics of the highest job is not working. And there are rehabilitation patients using special programs and primary programs Abstrak. World Drugs Reports (WDR) pada 2018 menginformasikan bahwa sekitar 269 juta orang menggunakan narkoba di penjuru bumi. Hasil penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebutkan bahwa angka prevalensi terhadap narkotika mencapai 3,41 juta jiwa (1,80%) pada tahun 2019. Di wilayah Jakarta, terdapat 260,656 orang yang menggunakan narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penatalaksanaan pasien penyalahgunaan narkoba di RSKO Jakarta tahun 2017–2021. Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan data rekam medis yang di ambil langsung dari RSKO Jakarta. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa Pasien penyalahgunaan narkoba di RSKO Jakarta periode 2017-2021 berdasarkan karakteristik dari jenis kelamin terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan karakteristik dari tingkat usia terbanyak adalah usia 15-34 tahun. Berdasarkan karakteristik dari wilayah tertinggi adalah JABODETABEK. Berdasarkan karakteristik dari pekerjaan tertinggi adalah tidak bekerja. Dan terdapat pasien rehabilitasi menggunakan special program dan primary program.
Pemberdayaan Guru dan Staff Day Care dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan di TPA Shaffana Kecamatan Buah Batu Kota Bandung Nilapsari, Rika; Purbaningsih, Wida; Suryani, Yani Dewi; Triyani, Yani
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara Vol 8 No 2 (2024): Volume 8 Nomor 2 Tahun 2024
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/ja.v8i2.19444

Abstract

Daycare (TPA) provides an alternative for baby and toddler care while parents work by providing standardized educational guidance according to the child's age development with an Islamic approach. However, the positive potential of TPA must be supported by creating a good health environment because toddlers are vulnerable to disease transmission. Based on interviews with school principals and teacher representatives, problems with the transmission of respiratory infection and diarrhea occur quickly in children, especially during the transition period. The purpose of this community service program is to increase the knowledge of teachers and teaching staff about respiratory tract infections which can be highly contagious, as well as how to minimize the occurrence of diseases from outside and increase parenting knowledge in sick children. The implementation method used is counseling, modeling the flow of infection prevention and playing isolation facilities, mentoring teachers and staff regarding implementing infection prevention procedures, and preparing an infection prevention game model. The result of PKM is the dissemination of knowledge to teachers and teaching staff about respiratory tract infections which can be highly contagious, as well as how to minimize the occurrence of diseases from outside, as measured by pre and post-test assessments for each activity.