Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Inovasi Teknik Kimia

EFEKTIVITAS PESTISIDA ORGANIK EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS TERHADAP KEMATIAN JANGKRIK Rudi Firyanto; MF Sri Mulyaningsih; Laura Nisa
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v6i2.5507

Abstract

Pestisida organik adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang bersifat mudah terurai di alam. Salah satu tumbuhan yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan pestisida organik adalah kulit jeruk nipis. Kulit jeruk dapat berpotensi menjadi repellent karena mengandung minyak atsiri dengan komponen limonene, mirsen, linalool, oktanal, decanal, sitronelol, neral, geraniol, valensen dan sinensial. Linalool, sitronelol dan geraniol termasuk senyawa yang bersifat repellent terhadap serangga (arthropoda).  Pengunaan bahan alami dari ekstrak kulit jeruk diharapkan lebih aman jika dibandingkan dengan bahan kimia Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT). Proses pembuatan pestisida organik dilakukan dengan ekstraksi maserasi menggunakan ethanol sebagai pelarut. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel terhadap hasil pengujian pestisida organic terhadap jangkrik. Hasil penelitian menunjukkan pada konsentrasi pestisida organic 5% didapatkan prosentase kematian jangkrik 72%, pada konsentrasi 15% didapatkan prosen kematian jangkrik 80%, dan pada konsentrasi 25% didapatkan prosen kematian jangkrik 88%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh terhadap perbedaan konsentrasi pestisida organic terhadap kematian jangkrik. Kata kunci: jeruk nipis, maserasi, pestisida organik AbstractOrganic pesticides are pesticides whose basic ingredients come from plants that are easily biodegradable in nature. One of the plants that can be used as raw material for making organic pesticides is lime peel. Orange peel can potentially be a repellent because it contains essential oils with components of limonene, mirsen, linalool, octanal, decanal, citronellol, neral, geraniol, valensen and sinensial. Linalool, citronellol and geraniol are compounds that are repellent to insects (arthropoda). The use of natural ingredients from orange peel extract is expected to be safer when compared to the chemical Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT). The process of making organic pesticides is done by maceration extraction using ethanol as a solvent. This study aims to determine the effect of variables on the results of testing organic pesticides on crickets. The results showed that at 5% organic pesticide concentration, 72% of crickets died, at 15%, 80% of crickets died, and at 25%, 88% of crickets died. The results showed that there was an effect on differences in the concentration of organic pesticides on the mortality of crickets.. Keywords: lime, maceration, organic pesticide
PENGARUH KUAT ARUS DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA PLAT BAJA ST 37 DENGAN PROSES ELEKTROPLATING Ahmad Shobib; Rudi Firyanto; Lisdiana Kusuma Ningrum
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v6i1.4507

Abstract

Agar logam Nikel tidak mudah rusak yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan maupun korosi, maka salah satu cara yang digunakan untuk melakukan perlindungan terhadap korosi adalah dengan memberikan lapisan pelindung dari logam. Salah satu cara pelapisan logam yang dapat dilakukan yaitu dengan metode elektroplating. Pelapisan nikel pada plat St 37 dengan proses elektroplating ini metode yang digunakan adalah metode ANOVA 2 sisi dengan menggunakan variabel waktu dan kuat arus. Hasil yang didapatkan bahwa semakin lama waktu pelapisan yang terjadi maka akan semakin besar dan tebal pelapisan nikel pada plat st 37. Sama halnya dengan variabel kuat arus semakin besar kuat arus, maka berat plat st37 makin bertambah hal ini dikarenakan adanya penambahan pelapisan nikel. Pada penelitian yang telah dilakukan yang paling banyak melapisi plat adalah pada saat waktu 15 menit dan kuat arus sebesar 3 Ampere yaitu 0,82 gram. Kata kunci : Elektroplating, kuat arus, Logam, Nikel, Waktu
UJI DAYA ADSORPSI ADSORBEN ARANG BIJI SALAK UNTUK MENJERAP METHYLEN BLUE Retno Ambarwati Sigit Lestari; Rudi Firyanto; Hotmaria Sitompul
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v9i1.10174

Abstract

Zat warna yang sering digunakan pada industri tekstil ialah methylene blue yang merupakan senyawa aromatik heterosiklik kationik. Konsentrasi methylene blue untuk nilai ambang batas yang diperbolehkan dalam perairan sekitar (5 – 10) mg/L. Bila tidak ada proses pengolahan limbah terlebih dahulu, zat warna ini dapat menjadi salah satu zat pencemar berbahaya. Limbah cair tersebut mengandung bahan-bahan berbahaya dan beracun yang keberadaannya dalam perairan dapat menghalangi sinar matahari menembus lingkungan akuatik, sehingga mengganggu proses-proses biologis yang terjadi di dalamnya serta dampak buruk lainnya. Salah satu cara untuk menurunkan konsentrasi pencemar pada air limbah dapat dilakukan dengan cara adsorpsi menggunakan adsorben. Adsorben dapat dibuat dari biomassa yang ada di lingkungan kita. Biji salak merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai adsorben untuk menyerap methylen blue pada limbah industri garmen. Sebelum digunakan sebagai adsorben, biji salak dipirolisis menjadi arang pada suhu 3000 C. Arang biji salak selanjutnya diaktifkan secara fisika maupun kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan dengan pemanasan suhu 3000 C, sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan dengan perendaman arang biji salak dalam larutan KOH. Dari penelitian didapat hasil konsentrasi KOH optimum 5 M dan waktu aktivasi optimum 24 jam dengan kapasitas adsorpsi adsorben terhadap methylene blue sebesar 95,0616%..
KARAKTERISTIK MODIFIKASI PATI KULIT SINGKONG (Manihot Esculenta) DENGAN PROSES ASETILASI Rudi Firyanto; Priyono Kusumo; Febrina Putri Romadhoni
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v9i1.9987

Abstract

Kulit singkong merupakan limbah argoindustri pengolahan ketela pohon seperti industri tepung tapioka, industri farmasi dan industri pokok makanan. kulit singkong dapat menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain diolah menjadi tepung mocaf, pati dan bahan pangan yang lainnya. Metode asetilasi adalah salah satu metode yang dapat dilakukan dalam proses modifikasi pati kulit singkong. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suhu pemanasan dan pH larutan awal terhadap swelling power, solubility dan kadar gugus karboksil pada starch acetate yang dihasilkan. Variabel suhu pada penelitian ini yaitu (350C, 450C, 550C, dan 650C) dan variabel pH (6, 7, 8, dan 9). Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai swelling power dan solubility semakin meningkat dengan bertambahnya suhu pemanasan karena meningkatnya kecepatan reaksi asetilasi. Hasil optimum swelling power diperoleh pada perlakuan pH 8 dan suhu pemanasan 65oC sebesar 29,3 g/g. Hasil optimum % solubility pada perlakuan suhu pemanasan 65oC dengan pH 9 sebesar 26,4%. Kenaikan % gugus karboksil cenderung konstan setiap penambahan suhu pemanasan. Hasil optimum % gugus karboksil pada perlakuan pH 8 dengan suhu pemanasan 650C sebesar 0,075%. % gugus karboksil sesuai dengan syarat pati termodifikasi dengan mempergunakan bahan kimia untuk produk pangan (JECFA) bahwa kadar gugus karboksil maksimal yang diperoleh dari proses asetilasi tidak lebih dari 1,1 %.