Muhammad Asroruddin, Muhammad
Department Of Ophthalmology, Faculty Of Medicine, University Of Tanjungpura, Tanjungpura University Hospital, Pontianak

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Cermin Dunia Kedokteran

Kejadian Buta Warna pada Pasien Tuberkulosis Paru di Unit Pengobatan Penyakit Paru-Paru (UP4) Pontianak Carissa, Ingrid Devi; Nansy, Esy; IH, Hariyanto; Asroruddin, Muhammad
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 4 (2017): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.823 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i4.845

Abstract

Etambutol adalah obat golongan makrolida yang digunakan untuk pengobatan tuberkulosis (TB), memiliki efek samping berupa neuropati optik toksik, salah satu parameternya yaitu buta warna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran lama penggunaan etambutol dan kejadian buta warna pada pasien tuberkulosis paru di Unit Pengobatan Penyakit Paru-paru (UP4) Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional bersifat deskriptif. Pengumpulan data rekam medis dilakukan di Poliklinik Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) UP4 Pontianak dan pemeriksaan buta warna di Poliklinik Mata Rumah Sakit Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak (RSP UNTAN). Total populasi adalah 45 orang. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi 24 orang, 11 di antaranya bersedia menjalani pemeriksaan mata, 8 (72,73%) perempuan, dan 3 (27,27%) laki-laki. Pasien pengguna etambutol ≤2 bulan sebanyak 8 orang (72,72%) dan > 2 bulan 3 orang (27,27%). Jumlah pasien TB paru yang buta warna (parsial) sebanyak 2 orang (18,18%), 1 laki-laki (0,09%) pada penggunaan etambutol ≤2 bulan dan 1 perempuan (0,09%) pada penggunaan etambutol > 2 bulan.Ethambutol is macrolide drugs effective for tuberculosis, the side effect is optic neuropathy resulting in color blindness. This study searched colour blindness among pulmonary tuberculosis patients treated with ethambutol in UP4, Pontianak. This study was descriptive crosssectional with prospective data collection.The medical record data collection was done at Directly Observed Treatment Short-Course (DOTS) UP4 unit in Pontianak, the examination for colour blindness was conducted at the Ophthalmology Outpatient Dept., Tanjungpura University Hospital in Pontianak (RSP UNTAN). From total samples of 45 people, 24 met the inclusion criteria, and 11 agreed to undergo colour blindness test, 8 (72.73%) females, and 3 (27,27%) males. Eight (72.73%) persons used ethambutol for ≤2 months and 3 (27.27%) persons for > 2 months. Two (18.18%) persons suffered from partial colour blindness - one male used ethambutol for ≤2 months and one female used ethambutol > 2 months.
Persepsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Mengenai Konsep Profesionalisme Dokter Purwanti, Melvy; Armyanti, Ita; Asroruddin, Muhammad
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.122 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i12.1242

Abstract

Latar Belakang: Salah satu standar kompetensi dokter lulusan Indonesia adalah profesionalisme; usaha pembelajaran profesionalisme sangat tepat jika dimulai sejak dini. Tujuan: Mengetahui persepsi mahasiswa kedokteran Prodi Kedokteran FK UNTAN tahap akademik dan profesi tentang konsep profesionalisme dokter. Metodologi: Penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan wawancara mendalam. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Responden berjumlah 10 orang mahasiswa. Analisis data dengan analisis tematik. Hasil: Sebanyak 7 dari total 10 responden (70%) mendefinisikan profesionalisme dokter yaitu seorang dokter yang bekerja sesuai standar profesi dokter. Mengenai persepsi atribut perilaku profesionalisme, 7 responden (70%) menyatakan bahwa dokter yang profesional harus memiliki tanggung jawab. Seluruh responden menyatakan prinsip pembelajaran profesionalisme yaitu dilatih dan diterapkan sejak mahasiswa akademik-profesi hingga menjadi dokter serta terintegrasi dengan kurikulum. Sebanyak 5 responden (50%) menyatakan peran penting profesionalisme pada pendidikan kedokteran yaitu belajar profesionalisme agar terbiasa saat menjadi dokter. Simpulan: Profesionalisme dalam kedokteran perlu diperkenalkan kepada mahasiswa sejak dini. Pendidikan profesionalisme juga harus dengan pengarahan dan bimbingan.Background: One of the standard of competencies of Indonesian Doctor is professionalism. Professionalism is obligatory for all doctors and this competence can be acquired at early phase. Objective: This paper aims to identify the perceptions of academic and profession stage medical students in Tanjungpura University on the concept of doctor’s professionalism. Methodology: This paper was a descriptive qualitative with in-depth interview. Ten participants were selected through purposive sampling method. Data were analysed thematically. Results: Seven of 10 participants (70%) defined doctor’s professionalism as work according to the standards of doctor profession. Seven (70%) participants stated that a professional doctor must have a sense of responsibility. All participants indicated that professionalism training should begin in academic-profession level. Five respondents (50%) stated the important role of professionalism in medical education, namely learning professionalism to get used to being a doctor. Conclusion: In medical faculty, professionalism should be introduced as early as possible.Â