Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Validity and Reliability of Cadastral Map for Complete Systematic Land Registration in Kalisari and Tlogopandogan Villages, Demak Regency, Indonesia Nugroho, Tanjung
BHUMI: Jurnal Agraria dan Pertanahan Vol. 9 No. 1 (2023): Bhumi: Jurnal Agraria dan Pertanahan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/bhumi.v9i1.600

Abstract

PTSL is a national strategic program aimed at achieving complete land certification in Indonesia. Starting in 2017, it is expected that by the end of 2024, all land parcels will be registered, and a reliable land information system will be established for public services. One of the key components in realizing a reliable land information system is the development of a valid and reliable cadastral map. This study aims to assess the validity and reliability of the cadastral maps created under the PTSL program in Kalisari village and Tlogopandogan village of Demak Regency. The research method employed in this study is a descriptive method based on a quantitative approach. The study is conducted in two PTSL villages, namely Kalisari and Tlogopandogan. PTSL implementation in Kalisari started in 2018, before the issuance of the Complete Systematic Land Registration regulation for the Regency/City in 2019. On the other hand, PTSL implementation in Tlogopandogan commenced in 2020. The validity of cadastral map content was analyzed using Pearson's correlation technique. The reliability of the map was tested using the Cronbach's alpha technique. In general, the findings revealed that the level of validity and reliability of the cadastral map in Kalisari village was assessed as low or less reliable, while the cadastral map in Tlogopandogan village received a high rating in terms of validity and reliability. The high validity and reliability of the cadastral map in Tlogopandogan can be attributed to its adherence to the regulations of the Complete Systematic Land Registration for Regency/City.
Faktor Penyebab dan Upaya Penyelesaian Klaster 3 Backlog Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah: - Irawan, Trio; Nugroho, Tanjung; Supama, Yohanes; Kusmiarto, Kusmiarto; Suhendro, Suhendro; Suharto, Eko; Wulan Titik Andari, Dwi
Kadaster: Journal of Land Information Technology Vol. 3 No. 1 (2025): Kadaster: Journal of Land Information Technology
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/kadaster.v3i1.51

Abstract

Systematic Complete Land Registration (PTSL) is a national program aimed at accelerating and completing the first-time land registration process simultaneously across Indonesia through the "complete village" concept. All land parcels within a village are measured, followed by clustering based on an analysis of physical and juridical data. This clustering aims to facilitate the handling of each typology of land-related issues. One such cluster is Cluster 3 (K3). The existence of K3 parcels hinders the certificate issuance process. This study aims to identify the characteristics and spatial-temporal distribution of K3 in Tojo Una-Una Regency during the 2018–2023 PTSL period, analyze the causal factors, and examine resolution efforts. The research employs a qualitative method. The results show that K3 consists of two main types: K3.1 and K3.3, with temporal distribution fluctuating between 2018 and 2022. Spatially, K3 distribution is sporadic and found in most PTSL villages. The causes of K3.1 include limited SHAT (land ownership certificate) budget compared to the PBT (parcel mapping) budget, incomplete documents, and the absence of statements regarding outstanding BPHTB/PPh tax obligations. Meanwhile, the causes of K3.3 include limited budget for juridical data collection, instant parcel printing practices, and unclear land ownership. The resolution of K3 is carried out through APBN (state budget) mechanisms by re-designating villages as PTSL targets. However, several challenges hinder the resolution efforts, such as budget limitations, lack of personnel and equipment, and low community participation, resulting in unsatisfactory outcomes. Keywords: Cluster 3 Backlog in PTSL, K3 Distribution Pattern, K3 Causal Factors, K3 Resolution Efforts   INTISARI Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) merupakan program untuk mempercepat dan menuntaskan pendaftaran tanah pertama kali secara serentak di seluruh Indonesia dengan konsep desa lengkap. Semua bidang tanah dalam satu desa diukur, kemudian dilakukan klasterisasi bidang-bidang tersebut berdasarkan kajian data fisik dan data yuridis. Klasterisasi ini untuk memudahkan penanganan pada masing-masing tipologi permasalahan bidang tanah. Salah satu klaster adalah Klaster 3 (K3). Adanya bidang tanah K3 menyebabkan terhambatnya proses penerbitan sertipikat. Tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik dan sebaran K3 di Kabupaten Tojo Una-Una pada rentang PTSL 2018-2023, faktor penyebab, dan upaya penyelesaiannya. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa K3 mempunyai karakteristik K3.1 dan K3.3, dengan sebaran temporal pada rentang PTSL 2018 – 2022 yang sifatnya fluktuatif. Sebaran spasial K3 bersifat sporadis, terdapat di kebanyakan desa PTSL. Penyebab K3.1 adalah terbatasnya anggaran SHAT dibandingkan anggaran PBT, kurang lengkapnya berkas, dan tidak dibuatnya surat pernyataan BPHTB/PPh terhutang. Penyebab K3.3 adalah terbatasnya anggaran pengumpulan data yuridis, praktik mencetak bidang secara instan, dan tidak jelasnya pemilikan tanah. Penyelesaian K3 menggunakan mekanisme APBN dengan menetapkan kembali desa PTSL. Kendala dalam penyelesaian K3 yaitu keterbatasan anggaran, kurangnya tenaga pelaksana dan peralatan, serta rendahnya partisipasi masyarakat, sehingga hasilnya kurang memuaskan. Kata Kunci: Klaster 3 Backlog PTSL, Pola Sebaran K3, Faktor Penyebab K3, Upaya Penyelesaian K3  
Akurasi dan Efektivitas Block Adjustment Menggunakan Titik Kontrol Peta Foto untuk Peningkatan Kualitas Data Bidang Tanah Studi Kasus di Kabupaten Sleman Perkasa, Desga; Nugroho, Tanjung; Widiyantoro, Susilo
Kadaster: Journal of Land Information Technology Vol. 3 No. 1 (2025): Kadaster: Journal of Land Information Technology
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/kadaster.v3i1.53

Abstract

This study analyzes the accuracy and effectiveness of block adjustment in improving cadastral data quality by comparing two sources of control points: field measurements using GNSS Real Time Kinematic (RTK) and the interpretation of high-resolution aerial photomaps. The main issue addressed is the inconsistency of parcel coordinates in the PTSL program, particularly in areas that are difficult to access. This research fills the gap by evaluating the use of photomap control points as a practical alternative. The study was conducted in Banyuraden Village, Sleman Regency, involving 72 land parcels across three blocks. Data were quantitatively processed using the PEREKAT plugin in QGIS. Photomap control points had a resolution of GSD ≤ 0.12 m and positional accuracy of CE90 ≤ 0.4 m. Distance and area accuracy tests referred to PMNA/KBPN No. 3/1997 and ATR/BPN Regulation No. 21/2019, while effectiveness was assessed using a tolerance of 5% of the survey plan area. The results indicate that validation effectiveness using photomap control points reached 86.57%, compared to 88.06% with field-based control points. Both values fall within the “highly effective” category (ratio ≥ 80%). The small difference in effectiveness highlights that photomap control points can serve as an efficient alternative for cadastral mapping in hard-to-reach areas and support the acceleration of digital land administration services. Keywords: Block Adjustment, Photomap Accuracy, GNSS RTK, PTSL, Digital Land Administration INTISARI Penelitian ini menganalisis akurasi dan efektivitas block adjustment untuk meningkatkan kualitas data pertanahan dengan membandingkan dua sumber titik control, yaitu pengukuran lapangan berbasis GNSS Real Time Kinematic dan interpretasi peta foto udara resolusi tinggi. Permasalahan yang diangkat adalah ketidaksesuaian koordinat bidang tanah dalam program PTSL, khususnya pada wilayah yang sulit dijangkau. Penelitian ini mengisi gap dengan mengevaluasi penggunaan titik kontrol peta foto sebagai alternatif. Studi dilakukan di Kalurahan Banyuraden, Kabupaten Sleman, melibatkan 72 bidang tanah pada tiga blok. Data dianalisis secara kuantitatif menggunakan plugin PEREKAT pada QGIS. Titik kontrol peta foto memiliki resolusi GSD ≤ 0,12 m dan ketelitian CE90 ≤ 0,4 m. Uji akurasi jarak dan luas mengikuti ketentuan PMNA/KBPN No. 3/1997 dan Permen ATR/BPN No. 21/2019, sedangkan uji efektivitas menggunakan toleransi 5 % luas surat ukur. Hasil menunjukkan bahwa efektivitas validasi dengan titik kontrol peta foto mencapai 86,57%, sedangkan dengan kontrol lapangan 88,06%. Keduanya masuk kategori “sangat efektif” (rasio ≥ 80%). Selisih efektivitas yang kecil menegaskan bahwa titik kontrol peta foto dapat menjadi alternatif efisien dalam pemetaan bidang tanah di wilayah sulit diakses serta mendukung percepatan digitalisasi layanan pertanahan. Kata Kunci: Block Adjustment, Akurasi Peta Foto, GNSS RTK, PTSL, Digitalisasi Layanan Pertanahan
Evaluasi Aplikasi Pemantauan Berkas untuk Modernisasi Layanan dan Penerbitan Dokumen Elektronik di Bidang Pertanahan Az-zahra, Salsabilla; Nugroho, Tanjung; Arnanto, Ardhi; Wahyuni, Wahyuni
Widya Bhumi Vol. 5 No. 2 (2025): Widya Bhumi
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/wb.v5i2.250

Abstract

The digital transformation of land services still faces challenges, such as weak file monitoring, lost documents, and the accumulation of backlogs among officers. This study aims to evaluate the SIAMEL (Electronic Media Transfer System) application for modernizing services and issuing electronic documents in the land sector. This study used a mixed-methods approach with primary and secondary data collection. Qualitative data were obtained through structured interviews, participant observation, and document studies, while quantitative data were collected through a questionnaire-based survey and SIAMEL application performance testing using Webpage Test. Analysis was conducted descriptively and experimentally to evaluate SIAMEL's effectiveness in improving the accuracy, efficiency, and transparency of land services. The results indicated that SIAMEL improves operational transparency and accountability through digital audit trails, real-time searches, and a backlog dashboard that generates objective metrics (work volume, average completion time, and backlog level per officer). Technical evidence supports operational feasibility through very fast server response (TTFB = 0.123 s), maintained interface stability (CLS/TBT ≈ 0), and high bandwidth efficiency (page weight decreased ≈ 98.9% on repeat view). In conclusion, SIAMEL has been proven to be effective in supporting the modernization of land services through document digitization. This study emphasizes the importance of adopting file monitoring systems in other government agencies as a strategic step in creating good public services. Keywords: File Monitoring, Performance, Media Transfer, Electronic Land Certificates   Transformasi digital layanan pertanahan masih menghadapi tantangan, seperti lemahnya pengawasan perjalanan berkas, kehilangan dokumen, dan akumulasi tunggakan berkas pekerjaan antar petugas. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aplikasi SIAMEL (Sistem Alih Media Elektronik) untuk modernisasi layanan dan penerbitan dokumen elektronik di bidang pertanahan. Penelitian ini menggunakan mixed-methods dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara terstruktur, observasi partisipatif, dan studi dokumen, sedangkan data kuantitatif dikumpulkan melalui survei berbasis kuesioner dan pengujian performa aplikasi SIAMEL menggunakan WebPageTest. Analisis dilakukan secara deskriptif dan eksperimental untuk mengevaluasi efektivitas SIAMEL dalam meningkatkan akurasi, efisiensi, dan transparansi layanan pertanahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SIAMEL meningkatkan transparansi dan akuntabilitas operasional melalui audit-trail digital, pencarian real-time, serta dashboard klasemen tunggakan yang menghasilkan metrik objektif (volume kerja, waktu penyelesaian rata-rata, tingkat tunggakan per petugas). Bukti teknis mendukung kelayakan operasional melalui respons server sangat cepat (TTFB = 0,123 s), stabilitas antarmuka terjaga (CLS/TBT ≈ 0), dan efisiensi bandwidth tinggi (page weight turun ≈ 98,9% pada repeat view). Kesimpulannya, SIAMEL terbukti efektif mendukung modernisasi layanan pertanahan melalui digitalisasi dokumen. Penelitian ini menekankan pentingnya adopsi sistem pemantauan berkas di instansi pemerintah lain sebagai langkah strategis terciptanya pelayanan publik yang baik.
Analisis Jamaknya Kerangka Acuan Koordinat dalam Survei dan Pemetaan Kadastral : Studi di Daerah Magelang dan Sleman Nugroho, Tanjung; Suharto, Eko; Sunarto; Febriantoro Wibowo, Farizal; Ajie, Kuna
Kadaster: Journal of Land Information Technology Vol. 2 No. 1 (2024): Kadaster: Journal of Land Information Technology
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31292/kadaster.v2i1.32

Abstract

An unusual situation exists in Indonesia, where cadastral measurement and mapping for land registration do not adhere to a single coordinate reference framework. The Technical Guidelines for PTSL (2020–2022) state that land parcel measurements can be tied to the National TDT and/or to CORS reference stations, despite the fact that these two use different datum systems. If this is done, issues of gaps and overlaps may arise between adjacent land parcels during mapping. This study aims to highlight the multiplicity of coordinate reference frameworks used in cadastral measurement and mapping, and their relation to the national single map policy. A descriptive-comparative method with a quantitative approach was employed to compare the coordinates resulting from TDT measurements that fall within different coordinate systems and are used in cadastral mapping. The results indicate significant differences in the TDT position coordinates due to the different epoch references of the datum systems, as well as variations in the shape of the TDT network in the study area. This implies that TDT of orders 2, 3, 4, and densification orders from BPN cannot be used as a reference for land parcel binding in cadastral mapping. Keywords: mapping datum, multiple coordinate reference frameworks, coordinate differences, cadastral mapping.   INTISARI Suatu kondisi yang tidak lazim terjadi di Indonesia, di mana pengukuran dan pemetaan kadastral untuk pendaftaran tanah tidak mengacu pada satu kerangka acuan koordinat yang tunggal. Petunjuk Teknis PTSL (2020–2022) menyatakan bahwa pengukuran bidang-bidang tanah dapat diikatkan pada TDT Nasional dan/atau pada stasiun acuan CORS, meskipun keduanya menggunakan sistem datum yang berbeda. Jika hal ini dilakukan, akan timbul masalah gap dan overlap pada bidang-bidang tanah yang berbatasan saat pemetaan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap keberagaman kerangka acuan koordinat yang digunakan dalam pengukuran dan pemetaan kadastral, serta kaitannya dengan kebijakan peta tunggal nasional. Metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan kuantitatif digunakan untuk membandingkan koordinat hasil pengukuran TDT yang berada pada sistem koordinat yang berbeda dan digunakan dalam pemetaan kadastral. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam koordinat posisi TDT, yang disebabkan oleh perbedaan epok referensi sistem datum. Selain itu, terdapat variasi perubahan bentuk jaring TDT di daerah penelitian. Ini berarti bahwa TDT orde 2, 3, 4, dan orde perapatan dari BPN tidak dapat digunakan sebagai acuan pengikatan bidang tanah untuk pemetaan kadastral. Kata Kunci: datum pemetaan, kerangka acuan koordinat yang beragam, perbedaan koordinat, pemetaan kadastral.
Konsolidasi Tanah Kasultanan dalam Program Peremajaan Permukiman Kumuh di Kampung Jlagran, Kota Yogyakarta: - Nugroho, Tanjung; Aberta, Martina; Amrullah, M. Nur Kamila; Suharto, Eko
Jurnal Pertanahan Vol 14 No 2 (2024): Jurnal Pertanahan
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53686/jp.v14i2.273

Abstract

Kebutuhan akan tanah di kawasan perkotaan terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan laju pembangunan. Penguasaan dan penggunaan tanah yang tidak terkendali telah berdampak menjamurnya permukiman yang dibangun tanpa mengindahkan aturan dan fungsi kawasannya. Hal itu mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, sehingga banyak di antara permukiman perkotaan terindikasi sebagai permukiman kumuh. Fenomena ini terjadi pula di Kota Yogyakarta. Untuk menangani permasalahan itu, antara lain dengan melaksanakan konsolidasi tanah. Konsolidasi tanah yang sedang berjalan sebagai program peremajaan permukiman kumuh terdapat di Kampung Jlagran, Kelurahan Pringgokusuman, Kemantren Gedongtengen. Selain penataan lingkungan, hal yang menarik dari konsolidasi tanah tersebut adalah status objek konsolidasi tanahnya yang merupakan tanah milik Kasultanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui: 1) permasalahan lingkungan di pemukiman kumuh Kampung Jlagran, 2) proses konsolidasi tanah dalam program peremajaan permukiman kumuh, 3) kendala beserta solusinya, dan 4) dampaknya. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan lingkungan kumuh Kampung Jlagran cukup kompleks. Penyelenggaraan konsolidasi tanah meliputi perencanaan, penataan penguasaan dan pemanfaatan tanah, pembangunan hasil, dan pengawasan. Terdapat kendala dalam penyelenggaraan konsolidasi tanah namun berhasil diatasi dengan baik. Pembangunan hasil tahap I telah diselesaikan Februari 2024 yang berdampak pada kondisi fisik lingkungan, sosial kemasyarakatan, dan sosio-ekonomi menjadi lebih baik.   The need for land in urban areas is continuously to increase along with population growth and development activities. Uncontrolled land possession and use have resulted in the proliferation of settlements built without consideration for the area’s regulations and purposes. This has resulted in a decline in environmental quality, leading to many urban settlements indicated as slum area. This phenomenon also occurs in Yogyakarta city. One approach to address this issue is through land consolidation. Slum rejuvenation program is in Kampung Jlagran, Pringgokusuman Village, Gedongtengen District is one example of ongoing land consolidation project in Yogyakarta City. This land consolidation object is intriguing due to its status as Sultan Ground, in addition to its environmental planning. The purpose of this study is to identify and analyze: 1) environmental problems in the slum settlement of Kampung Jlagran, 2) land consolidation process in the slum rejuvenation program, 3) obstacles and their solutions, and 4) their impacts. The study used a descriptive method with a qualitative approach. The results show that the slum environmental problems of Kampung Jlagran are quite complex. The implementation of land consolidation includes planning, land control and utilization arrangements, development of results, and supervision. There were challenges in implementing land consolidation, but they were effectively addressed. Implementation phase I was completed in February 2024, resulting of the enhancement of physical and environment condition, social communities, and socio-economic. Keywords : land consolidation, Slum Rejuvenation Program, Sultanate Ground