Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Visualisasi Mekanisme Flooding Aliran Counter-Current Air-Udara pada Simulator Hotleg Dengan L/D=50 Suprianta Setiawan Putra; Apip Badarudin; De endarlianto; Indar to; Sinung Tirtha; Venti Yoanita; Marcellinus Sindhu
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-11 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In this study, the experiments used a hotleg simulator which consists of three parts: a horizontal pipe, bend and riser. Geometry sizes of pipes in a scale of 1/30 of the actual hotleg geometry size in the PWR, with ratio L/D = 50. Hotleg simulator has an inside diameter = 25.4 mm, the horizontal pipe length L = 1270 mm, and riser pipe length 20 mm with an angle of 50o. The visual data was collected by using a high speed camera to observe the mechanism of flooding that occurred in hotleg simulator. Flooding mechanism was identified by analyzing the phenomena that occur at the time of the flooding. From the observation of a high speed camera, it was found that the initiation of flooding coincided with the formation of liquid slug. At low superficial velocity of water, the onset of slugging occurs near a bend. While at higher superficial velocity of water, the onset of slugging occurs away from the bend.  Comparison of horizontal pipe length to the diameter of pipes (L/D) provide a significant effect on the flooding phenomenon.Keywords: pressurized water reactor, onset of flooding, onset of slugging, hydraulic jump, hotleg.
Interpretasi Hasil Pengukuran Tebal Cairan pada Aliran Dua Fase Udara-Air Berlawanan Arah Menggunakan Metode Parallel-wire dalam Pipa Kompleks Apip Badarudin; Muhammad Arman
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-11 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada penelitian ini dilakukan interpretasi tebal cairan pada aliran dua fase aliran berlawanan arah pada pipa horizontal yang diukur menggunakan metode parallel-wire. Penelitian dilakukan dengan variasi laju aliran volumetrik air dan udara. Sensor parallel-wire terbuat dari tembaga dengan diameter 0.51 mm dan dipasang sejajar dengan jarak 5 mm. Sensor kawat sejajar dipasang pada bagian pipa horizontal sebanyak 10 buah dengan jarak 40 mm. Interpretasi hasil pengukuran dilakukan dengan membandingkan pola pada grafik tebal film dengan data gambar yang diambil menggunakan kamera kecepatan tinggi. Berdasarkan hasil pembacaan tebal film air dengan menggunakan metode parallel-wire, dapat diidentifikasi aliran counter-current dengan pola aliran stratified, aliran wavy dan aliran slug yang terbentuk dari berbagai variasi laju aliran air dan gas. Lokasi terjadinya lompatan hidrolik yang terbentuk pada pipa hotleg dan terjadinya onset of slugging dapat diidentifikasi. Keywords: Parallel-wire, counter-current, stratified, wavy, slug.
Pengaruh Diameter Saluran Refrigeran Cair terhadap Kapasitas Sisi Udara AC Split dengan R410a Apip Badarudin; Andriyanto Setyawan
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-12 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh diameter pada pemipaan refrigeran cair (liquid line) terhadap kondisi kerja suatu mesin tata udara jenis split. Pengujian rugi tekanan pada sistem refrigerasi dilakukan melalui pengukuran tekanan dan temperatur pada sistem refrigerasi dengan refrigeran R-410a. Hasil yang diinginkan dari penelitian ini adalah kaitan antara diameter pipa pada saluran refrigeran cair  dengan prestasi mesin, khususnya kapasitas pendinginan pada sisi udara. Penelitian ini menggunakan variasi saluran refrigeran cair dengan diameter 10.3 mm, 9.8 mm, dan 5.4 mm. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin kecil diameter saluran cair, semakin kecil pula kapasitas pendinginan yang dihasilkan. Saluran cair dengan diameter 10.3 mm memberikan kapasitas pendinginan sebesar 2.331 kW. Sementara itu, saluran cair dengan diameter 9.8 mm dan 5.4 mm masing-masing memberikan kapasitas sebesar 2.260 kW dan 2.047 kW. Kata Kunci: kapasitas pendinginan, kinerja mesin pendingin, R410a
Kaji Eksperimental Pengaruh Liquid Suction Heat Exchanger terhadap Kinerja Sistim Air Blast Freezer Apip Badarudin; AP. Edi Sukamto; Wanda Hidayah
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-13 2018
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kinerja sistim refrigerasi dapat ditingkatkan menggunakan beberapa metoda. Pada penelitian ini, fokus peningkatan kinerja sistim refrigerasi menggunakan subcooling dilengkapi LSHX. Pengamatan dilakukan pada sistim air blast freezer (ABF) dilengkapi LSHX dan tanpa LSHX. Penambahan LSHX meningkatkan sub-cool, namun memberikan konsekuensi penambahan super-heat pada uap refrigeran yang keluar dari evaporator. Dengan demikian kerja kompresor akan meningkat. Pengaruh penambahan LSHX dalam eksperimen ini dihitung dan ditampilkan dalam grafik. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan LSHX pada ABF menyebabkan meningkatnya kapasitas pendinginan. Hal ini ditunjukkan oleh pencapaian temperatur produk yang lebih cepat (menit ke 43). Selain itu terjadi penurunan subcool sebesar  4oK dan kenaikan superheat sebesar  3oK. Tekanan suction meningkat sebesar 0.8 bar dan tekanan discharge sebesar 0.2 bar. Arus rata-rata ketika mengunakan LSHX sebesar 4.1 A sedangkan tanpa LSHX sebesar 3.82 A.
KAJI EKSPERIMENTAL RETROFIT R404A DENGAN REFRIGERAN RAMAH LINGKUNGAN R290 PADA FREEZER Kasni Sumeru; Triaji Pangripto Pramudantoro; Apip Badarudin; Ridwan Nugraha; Luga Martin Simbolon; Mohamad Firdaus bin Sukri
Jurnal Teknologi Terapan Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Teknologi Terapan
Publisher : P3M Politeknik Negeri Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31884/jtt.v9i2.520

Abstract

R404A refrigerant is still widely used as the working fluid in freezers with temperatures below -30°C. However, because of R404A’s high global warming potential (GWP) value, its use as a working fluid should be stopped immediately. One alternative is an environmentally friendly refrigerant, that is R290. In this study, the R404A refrigerant was replaced by R290 in a freezer that can reach -40°C. In the case of replacing a refrigerant with a different type, the reference used is the same charging volume in the system. The filling mass of R290 is the ratio of the density of R404A to R290 at its evaporation temperature, which is -40°C. The amount of R404A’s mass filling is 170 g, while the amount of R290’s mass filling is 62.9 g. Based on a 120-minutes testing, replacing R404A with R290 has resulted in the reduction of power input by 6.0%, as well as in the slight increase of its cooling capacity, which is 2.42%. As a result of the input power decrease and the cooling capacity increase, the COP in the freezer also increased, namely by 8.05%. More importantly, if a leak occurs in the refrigerant, the replacement of R404A with R290 can help reduce gas emissions that contribute to global warming. It is because the GWP value of R404A refrigerant, which is 3922, is replaced by the GWP value of R290 refrigerant, which is only 3.
Uji Performansi Sistem Mini Air Cooled Water Chiller Dengan Pengaruh Variasi Debit Aliran Air Dayan Renaldi; Apip Badarudin; Arda Rahardja Lukitobudi3
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 15 No. 1 (2024): Prosiding 15th Industrial Research Workshop and National Seminar (IRWNS)
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v15i1.6222

Abstract

Pada penelitian ini sistem mini air cooled water chiller dimodifikasi dari AC split dengan menghubungkan koil pipa evaporator untuk mendinginkan air dalam thermal storage. Sistem mini air cooled water chiller mendinginkan fluida jenis air yang nantinya didistribusikan ke FCU (Fan Coil Unit). Debit aliran air ke FCU berubah-ubah sesuai beban pendinginan. Penelitian ini dilakukan pengujian variasi debit aliran air pada sistem mini air cooled water chiller yang menggunakan refrigeran R-22. Penelitian ini bertujuan mengetahui performansi sistem mini air cooled water chiller dengan pengaruh variasi debit aliran air. Pengujian dilakukan dengan debit aliran air yang divariasikan mulai dari 100 l/h, 150 l/h, dan 200 l/h dengan pengambilan data pada tiap titik pengukuran dengan selang waktu tiap 5 menit dan ketika sistem cut-off cut-in selama 180 menit. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa debit aliran air berpengaruh terhadap performansi sistem. Nilai efisiensi tertinggi pada variasi ketiga sebesar 78,40% dengan debit aliran air 200 l/h. Kemudian variasi kedua sebesar 76,07% dengan debit aliran air 150 l/h. Terakhir variasi pertama sebesar 72,75% dengan debit aliran air 100 l/h. Konsumsi energi tertinggi didapat pada debit aliran air 100 l/h sebesar 0,400 kWh dan konsumsi energi terendah didapatkan pada debit aliran air 200 l/h sebesar 0,341 kWh.
Kaji Eksperimen Retrofitting R134a dengan R290 Pada Mesin Chest Freezer Berdasarkan Massa dan Berdasarkan Temperatur Evaporasi Gisya Artanti Aulia; Apip Badarudin; Triaji Pangripto Pramudantoro
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6645

Abstract

Refrigeran R134a telah banyak digunakan dalam sistem pendingin seperti chest freezer, namun memiliki Potensi Pemanasan Global (GWP) yang tinggi sekitar 1430, meskipun ODP nya nol. Sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan, R290 (Propana) memiliki ODP nol dan GWP sangat rendah sekitar 3, serta karakteristik termodinamika yang mendekati R134a. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja sistem yang di retrofit dari R134a ke R290 dengan dua metode pengisian yaitu berdasarkan massa dan berdasarkan temperatur evaporasi yang sama. Pengisian dilakukan dengan R134a sebanyak 150 gram, R290 berdasarkan massa sebanyak 60 gram dengan mengacu kepada perbandingan massa jenis dari kedua refrigeran, dan R290 berdasarkan temperatur evaporasi sebanyak 90 gram. Paramenter yang diamati meliputi waktu pendinginan, COP aktual, COP Carnot, Efisiensi, serta konsumsi energi listrik. Hasil menunjukan bahwa R290 mampu menurunkan waktu pendinginan menjadi 39-41 menit dibanding R134a yaitu 51 menit. Nilai COP aktual tertinggi ditemukan pada sistem dengan R290 berdasarkan temperatur evaporasi (2,12). Sedangkan, nilai efisiensi tertinggi diperoleh pada sistem yang menggunakan R134a (60,4%). Konsumsi listrik terbesar adalah ketika sistem menggunakan R290 berdasarkan temperatur evaporasi. Dari hasil tersebut R290 terbukti dapat digunakan sebagai alternatif R134a tidak hanya dari segi ramah lingkungan melainkan dari performansi nya.
Performa Mini Air Cooled Chiller Berdasarkan Variasi Campuran Air dan Ethylene Glycol Sebagai Refrigeran Sekunder Yuliantini; Apip Badarudin; Luga Martin Simbolon
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6648

Abstract

Mini Air Cooled Chiller merupakan hasil modifikasi outdoor unit AC Split yang dikombinasikan dengan evaporator berupa shell and helic coil yang digunakan untuk menurunkan refrigeran sekunder yang dapat diganti dengan campuran air dan ethylene glycol. Perbedaan karakteristik air dan ethylene glycol akan mempengaruhi performa dari sistem. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perfoma sistem berdasarkan variasi campuran air dan ethylene glycol dengan rasio 90%:10%, 80%:20%, dan 70%:30% pada sistem mini air cooled chiller dengan R22. Pengambilan data dilakukan setiap 5 menit selama 180 menit dan ketika sistem mengalami cut in – cut off. Hasil pengujian diperoleh chilling time tercepat ketika menggunakan variasi campuran 70%:30% selama 43 menit dan terlama pada variasi 90%:10% selama 46 menit. Performa sistem yang dihasilkan berupa COPa, COPC, dan efisiensi sistem tertinggi pada varasi 80%:20% yaitu 3,88, 5,08, dan 76,26%. Selain itu, kapasitas pendinginan heat exchanger tertinggi pada variasi 80%:20% sebesar 1,1498 kW dengan konsumsi energi listrik terendah pada variasi 80%:20% sebesar 0,0898 kWh.
Kaji Eksperimental Retrofitting R22 Menjadi R290 Berdasarkan Variasi Massa Pengisian R290 Terhadap Kinerja Mini Brine Chiller Dini Hayatun Nufus; Apip Badarudin; Luga Martin Simbolon
Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar Vol. 16 No. 1 (2025): Vol. 16 No. 1 (2025): Prosiding 16th Industrial Research Workshop and National
Publisher : Politeknik Negeri Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35313/irwns.v16i1.6655

Abstract

Penggunaan refrigeran R22 telah digunakan sejak dahulu sebagai fluida kerja pada sistem refrigerasi kompresi uap. Refrigeran R22 merupakan refrigeran jenis HCFC yang dapat merusak lapisan ozon karena memiliki zat klorin yang berpotensi pemanasan global yang tinggi. Oleh karena itu, salah satu refrigeran alternatif untuk menggantikannya yaitu R290, karena memiliki tekanan kerja yang sebanding dengan R22. Refrigeran R290 merupakan jenis refrigeran HC murni/alami yang ramah lingkungan serta memiliki nilai ODP 0 (nol) dan GWP yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja mini brine chiller setelah pergantian refrigeran R22 menjadi R290 berdasarkan variasi massa pengisian R290 sebesar 90%, 100%, dan 110% untuk mengetahui pengaruhnya terhadap COP, efisiensi, serta kapasitas pendinginan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, COPactual dengan nilai tertinggi yaitu pada saat menggunakan R290 variasi 90% sebesar 4,6 dengan efisiensi sistem 80,7%. Sedangkan untuk kapasitas pendinginan tertinggi yaitu pada saat menggunakan R22 yaitu sebesar 2,5 kW. Namun jika dibandingkan dengan R290, kapasitas pendinginan yang lebih mendekati dengan R22 yaitu pada saat menggunakan R290 variasi 90% sebesar 2,1 kW. Selain itu, konsumsi energi listrik yang dihasilkan saat menggunakan R290 variasi 90% memiliki nilai yang lebih rendah sebesar 0,827 kWh, sehingga R290 variasi 90% lebih efisien dan lebih menghemat energi listrik.