Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI Sugito, Nanin Trianawati
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v8i2.1704

Abstract

Daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) mempunyai wewenang yang relatif lebih luas dalam hal pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan yang berada di wilayah lautnya setelah diberlakukan Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah,. Mengingat tingginya nilai suatu wilayah bagi suatu pemerintah daerah, maka nilai tata batas wilayah pun menjadi sangat penting dan krusial, tidak hanya bagi daerah yang bersangkutan tapi juga bagi daerah-daerah yang berbatasan. Untuk mendukung kebijakan ini, para pengambil keputusan daerah harus mengerti sistem penentuan dan penetapan batas daerah di laut. Penetapan dan penegasan batas dalam konsep otonomi daerah meliputi: penetapan batas dari aspek yuridis; pengukuran koordinat batas di lapangan; dan pemetaan kawasan perbatasan di atas peta ataupun di atas basis data digital. Penulisan artikel ini akan membahas beberapa aspek teknis dalam penetapan dan penegasan batas daerah di laut, terutama yang terkait dengan peta dasar dan garis pantai yang digunakan, penentuan koordinat titik acuan, serta pengukuran batas dan pembuatan peta batas. Kata kunci: Batas laut, otonomi daerah, globalisasi.
URGENSI PENENTUAN DAN PENEGAKAN HUKUM KAWASAN SEMPADAN PANTAI Sugito, Nanin Trianawati; Sugandi, Dede
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 8, No 2 (2008)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v8i2.1703

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17,500 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kondisi geografis yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pantai. Kawasan pantai umumnya sangat menarik para nelayan untuk mendirikan perumahan karena ingin dekat dengan tempat bekerja mereka sebagai penangkap ikan di laut. Tapi pada kenyataannya sekarang banyak nelayan yang kesulitan untuk berlabuh di tepi pantai karena sudah banyak bangunan milik perorangan atau badan usaha privat yang didirikan di garis pantai bahkan menjorok ke laut. Tentu saja fenomena ini telah melunturkan fungsi sosial dari laut sebagai aset yang merupakan milik seluruh manusia. Kawasan pantai merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan, baik perubahan akibat ulah manusia maupun perubahan alam. Desakan kebutuhan ekonomi menyebabkan wilayah pantai yang seharusnya menjadi wilayah penyangga daratan menjadi tidak dapat mempertahankan fungsinya sehingga kerusakan lingkungan pesisir pun terjadi. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pantai lebih jauh, diperlukan adanya kawasan sempadan pantai. Kawasan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dan melindungi pantai dari kegiatan yang dapat mengganggu/merusak fungsi dan kelestarian kawasan pantai. Garis sempadan pantai ditentukan berdasarkan bentuk dan jenis pantai daerah yang bersangkutan. Penetapan garis sempadan pantai harus ditindaklanjuti dengan penegakan hukum (law enforcement) sehingga dapat bersifat tegas terhadap pelanggaran yang terjadi, untuk semua pihak tanpa kecuali. Kata kunci: Kawasan, sempadan pantai.
DESAIN SEBARAN TITIK KERANGKA DASAR PEMETAAN DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BANDUNG Jupri, Jupri; Sugandi, Dede; Sugito, Nanin Trianawati
Jurnal Gea Vol 9, No 2 (2009)
Publisher : Rizki Offset

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini kampus utama UPI melakukan pembangunan besar-besaran. Dalam rangka inventarisasi sarana dan prasarana kampus sebagai aset UPI diperlukan adanya pemetaan detail situasi kampus. Dari peta detail situasi kampus ini akan dihasilkan informasi posisi secara akurat. Penentuan posisi tersebut dilakukan dengan menggunakan metode tertentu untuk memecahkan parameter posisi (koordinat) berdasarkan pada suatu sistem referensi dan koordinat. Dalam pemetaan detail situasi kampus mutlak diperlukan titik kerangka dasar pemetaan. Representasi titik-titik kerangka dasar pemetaan tersebut di lapangan berupa Bench Mark/tugu yang memiliki nilai koordinat definitif, yang terintegrasi baik secara sistem nasional, bahkan di lingkup praktis global. Hingga saat ini pemetaan yang dilakukan di kampus UPI masih menggunakan sistem koordinat lokal. Hal ini disebabkan oleh kondisi Bench Mark/tugu yang rusak, hilang, atau tidak dapat digunakan lagi. Melalui penelitian ini akan dihasilkan desain sebaran titik kerangka dasar untuk pemetaan detail situasi kampus UPI. Desain sebaran titik kerangka dasar akan diupayakan memenuhi spesifikasi teknis yang distandarkan, sehingga akan dihasilkan lokasi Bench Mark/tugu yang aman dan memungkinkan keberadaannya dari waktu ke waktu akan terjaga dengan baik. Kata Kunci : titik kerangka dasar, pemetaan UPI.
ANALISIS INFORMASI TIGA DIMENSI DALAM KESELAMATAN PENERBANGAN DAERAH PERKOTAAN Sugito, Nanin Trianawati
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v10i2.1029

Abstract

Safety of flight is very related to the factors of air transportation infrastructure is the airport. One of the measures to minimize the occurrence of the accident airplane and the possibility to fall in residential areas because the location of the airport and fly the aircraft trajectory relative to urban areas is the existence of a regulation called is Flight Operations Safety Area. The function of Flight Operations Safety Area is adjusting the height of buildings or objects grow both fixed and which can move (mobile) to no higher than the permitted height limit. Flight Operations Safety Area is a virtual surface (imaginary surface) with the provisions of height, length (distance) or radius, and angle of slope or widening a distinct difference for each surface area. Flight Operations Safety Area formation in 3-dimensional object is appropriate to produce cutting-edge information about the list of objects that become an obstacle (obstacle). This information include by regarding obstacle height that exceeds the provisions in each region Flight Operations Safety Area for the sake of flight safety. In this study focuses on the study of the formation of 3-dimensional information Flight Operations Safety Area urban airports in support of security and safety of aircraft in terms of determining the legal basis Flight Operations Safety Area in organizing the flight. Very important Flight Operations Safety Area applied to airports located in urban areas. Because most land use in areas Flight Operations Safety Area in urban areas are housing, the height of buildings in the area of absolute Flight Operations Safety Area note to support aviation safety. Flight Operations Safety Area generated 3-dimensional expected to provide solution in analyze the height of buildings around the airport to support aviation safety.
MODEL ESTIMASI NILAI TANAH MENGGUNAKAN ANALISIS GEOSTATISTIKA Sugito, Nanin Trianawati; Soemarto, Irawan; Hendriatiningsih, Sadikin; Leksono, Bambang Edhi
GEOMATIKA Vol 25, No 2 (2019)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1409.536 KB) | DOI: 10.24895/JIG.2019.25-2.955

Abstract

Penilaian tanah menjadi salah satu aspek dalam sistem kadaster yang terintegrasi dengan penggunaan tanah dan penguasaan tanah. Tanah dapat dinilai atas dasar manfaat yang bisa diberikan. Tinggi rendahnya nilai tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor ekonomi, sosial, pemerintah, dan fisik. Berdasarkan faktor yang dapat menentukan nilai tanah tersebut, diketahui bahwa penggunaan tanah dapat pula berpengaruh terhadap pembentukan nilai tanah. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa tata guna lahan merupakan faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap nilai tanah. Pada penelitian ini digunakan analisis geostatistika yang diterapkan dalam pemodelan nilai tanah. Perhitungan estimasi nilai tanah dilakukan dengan menggunakan model spherical, exponential, maupun gaussian. hasil penelitian menunjukkan bahwa model semivariogram terbaik berdasarkan perhitungan adalah model gaussian, karena memiliki besaran standar deviasi terendah bila dibandingkan dengan standar deviasi yang dihasilkan oleh model exponential dan spherical. Model matematika nilai tanah hasil analisis geostatistika akan dimodifikasi dengan memasukkan bobot tata ruang. Model matematika nilai tanah hasil modifikasi ini diharapkan dapat mencerminkan nilai yang sebenarnya, di mana selanjutnya dapat dipergunakan dalam pembuatan pembuatan zona nilai tanah.
Determination and Confirmation of Boundaries for Dhawe Village, Aesesa District, Nagekeo Region using Cartometric Point Methods and High Resolution Satellite Images Acquisition in 2013 Nanin Trianawati Sugito; Ryan Naufal Hamdani; Shalman AlghiFari Adriansyah; Farhan Zidni; Regina Vera Santiara Yahya Putri
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 23, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v23i2.59078

Abstract

Boundaries are one of the elements that must be depicted in a base map. The focus of this research is on boundaries or adjudication. Regional boundaries experience problems, including boundaries between villages that overlap between one village and another. Minister of Home Affairs Regulation Number 1 of 2017 concerning Village Structuring is the initiator in village structuring, however, there are still minimal regions structuring village authority through regional head regulations. Images are cropped to create indicative administrative map boundaries, a very important first step in regional boundaries. This research aims to determine and confirm the boundaries of Dhawe Village, Aesesa subdistrict, Nagekeo Regency in the context of implementing Permendagri Number 76 of 2012 in determining and confirming village boundaries, and aims to provide geospatial data in the form of village boundary coordinates. The method used in this research uses a cartometric method. After determining the boundary segment cartometry points, it produces 26 points which also contain the coordinates of Dhawe Village and produces agreed segment boundaries. Not only that, the researcher carried out a field approach test to test the correctness of the cartometry position so that the results could properly represent the expected village boundary area
PENATAAN DAN PENGEMBANGAN RUANG KORIDOR SUNGAI CI TARUM BERLANDASKAN KEARIFAN DAN ASPIRASI MASYARAKAT LOKAL Rohmat, Dede; Sugito, Nanin Trianawati; Ridwana, Riki; Malik, Yakub; Ihsan, Muhammad; Putri, Indri Megantara; Wijaya, Muhamad Akbar; Sudrajat, Daffa Rizal Fauzan; Hakiki, Fikri Nurwan
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 24, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v24i1.42520

Abstract

Ci Tarum River is one of the rivers that is widely used for people's lives. Over time, the environmental conditions of the Ci Tarum River have decreased in quality. Ci Tarum has at least five segments with its own characteristics and focus on problems in each segment. Problems commonly encountered along the Ci Tarum stream are caused by land use along the riverbank, characteristics of residents around the river, characteristics and morphology of land around the river, land ownership status and policies and law enforcement. The handling of problems that occur in the river corridor has been implemented in one of the rivers in Melbourne, Australia, namely the Yarra River. There are several things that need to be considered in handling problems in the Ci Tarum River, namely the actual condition and use of land in the river corridor, land tenure status and social control, potential pollutants in the form of liquid and solid waste, community aspirations in the study village as well as pre-design development and utilization development. land in the Ci Tarum River Corridor. The urgency to organize the Ci Tarum River corridors from a physical and social perspective is important to balance or make as proportional as possible.
Students' Geographic Literacy Abilities Ramadhani, Amalia; Ruhimat, Mamat; Sugito, Nanin Trianawati
Edunesia : Jurnal Ilmiah Pendidikan Vol. 5 No. 2 (2024)
Publisher : research, training and philanthropy institution Natural Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51276/edu.v5i2.882

Abstract

One of the abilities that students must master in the 21st century is literacy skills, one of which is geographic literacy. Based on previous research, students' geographic literacy, in general, still needs to improve. This research aims to determine and analyze the geographic literacy abilities of State High School (SMA) students in Jambi City. This research uses a survey method. The data processing results show that the geographic literacy skills of 190 State High School students in Jambi City are in the medium category with a percentage of 51% or 97 students. This means the students can understand the essence of interaction, interconnection, and the contextual implications of spatial interaction phenomena in life. Daily for some instances only. Meanwhile, the number of students in the high geographical literacy category is 43 or 23%, so it can be interpreted that students can understand the essence of interaction, interconnection and the implications of spatial interaction phenomena contextually in everyday life. Geographic literacy skills in the low category are 50 students or 26%, which means that students still need to understand the essence of interaction, interconnection and the implications of spatial interaction phenomena contextually in everyday life.
Klasifikasi Berbasis Objek Citra Satelit Sentinel 2 untuk Pemetaan Perubahan Lahan di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat Akhmad E Firlli Dimyati; Lili Somantri; Nanin Trianawati Sugito
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v19i1.33958

Abstract

Kecamatan Parongpong merupakan kawasan pinggiran kota dimana wilayah ini menjadi salah satu wilayah favorit dalam pemilihan wilayah pemukiman, di sisi lain wilayah ini masih di dominasi oleh lahan pertanian. Pentingnya monitoring dalam Perubahan lahan di suatu wilayah terutama wilayah pinggiran kota adalah sangat penting. Penggunaan data citra satelit resolusi menengah akan menjadi pilihan yang baik karena aksesnya yang mudah dan ketersediaan data gratis. Sentinel-2 adalah salah satu Citra satelit resolusi menengah yang dapat diakses gratis dimana memiliki resolusi spasial 10 meter dalam saluran tampak. Metode yang digunakan adalah penginderaan jauh dengan pendekatan OBIA (Object-Based Image Analysis) dengan data temporal selama dua tahun pada tahun 2017-2019. Uji akurasi Citra menghasilkan nilai Akurasi Total (Overal Accuracy) sebesar 94,8 % dan nilai Kappa Accuracy diperoleh sebesar 95,04%. Dari hasil Penelitian menunjukan bahwa Tingkat perubahan Penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Parongpong pada kurun waktu dua tahun  yaitu dimulai pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 memiliki laju perubahan  pada rentang nilai antara -0,21% sampai dengan 0,17 %. Pengurangan penggunaan lahan terbesar pada semak Belukar dan lahan kosong berkurang sebesar -8,9 Ha dan penambahan terbesar  pada penggunaan lahan Pemukiman dan Tempat Kegiatan Sebesar 7,27 Ha. Pola Perubahan yang terjadi hanya pada empat jenis Penggunaan lahan Hutan, Semak Belukar ladang dimana pola perubahan yang terjadi adalah penggunaan lahan hutan menjadi pemukiman dan ladang. Sementara semak belukar menjadi ladang dan Pemukiman. Parongpong sub-district is a suburban area where this area is one of the favorite areas in selecting residential areas, on the other hand this area is still dominated by agricultural land. The importance of monitoring in land change in an area, especially in suburban areas is very important. The use of medium resolution satellite imagery data would be a good choice because of the easy access and availability of free data. Sentinel-2 is one of the free medium resolution satellite imagery which has a spatial resolution of 10 meters in the visible channel. The method used is remote sensing with the OBIA (Object-Based Image Analysis) approach with temporal data for two years in 2017-2019. Image accuracy test resulted in an Overal Accuracy value of 94.8% and a Kappa Accuracy value of 95.04%. The results of the study show that the rate of land use change that occurred in Parongpong Subdistrict in a period of two years, starting in 2017 to 2019, has a rate of change in the value range between -0.21% to 0.17%. The largest reduction in land use was in scrub scrub and empty land by -8.9 Ha and the largest increase in land use for Settlements and Activities by 7.27 Ha. Patterns of change that occur are only in four types of forest land use, bush scrub, where the pattern of change that occurs is the use of forest land to settlement and fields. Meanwhile, shrubs become fields and settlements.
Analisis Potensi Kekeringan Pertanian di Kabupaten Bandung Agung Fathony; Lili Somantri; Nanin Trianawati Sugito
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 19, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v19i1.33724

Abstract

Kabupaten Bandung sering mengalami kekeringan pada musim kemarau. Hal ini mempengaruhi produktivitas pertanian dan ketersediaan air bersih. Belum ada penelitian mengenai kekeringan di Kabupaten Bandung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi kekeringan pertanian yang terjadi di Kabupaten Bandung dan mengetahui tingkat akurasi dari citra penginderaan jauh yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis. Citra yang digunakan yaitu Landsat 8 dan Sentinel-2. Hasil penelitian berdasarkan hasil Landsat 8, luas paling tinggi pada kelas kekeringan sangat rendah yaitu Kecamatan Rancabali, kelas rendah Kecamatan Pangalengan, kelas sedang Kecamatan Kertasari, kelas tinggi Kecamatan Nagreg, kelas sangat tinggi Kecamatan Ciwidey. Berdasarkan hasil Sentinel-2, kelas sangat rendah yaitu Kecamatan Pangalengan, kelas rendah yaitu Kecamatan Pangalengan, kelas sedang Kecamatan Pacet, kelas tinggi Kecamatan Baleendah dan kelas sangat tinggi Kecamatan Margaasih. Tingkat akurasi citra Landsat 8 pada peta NDVI yaitu sebesar 68,87% dan peta penggunaan lahan sebesar 76,42%. Tingkat akurasi citra Sentinel 2 pada peta NDVI yaitu 40,5% dan peta penggunaan lahan 72,64%. Peta yang memenuhi tingkat akurasi hanya peta penggunaan lahan citra Landsat 8. Bandung Regency often experiences drought in the dry season. This affects agricultural productivity and the availability of clean water. There has been no research on drought in Bandung Regency. The purpose of this study was to determine the potential for agricultural drought that occurred in Bandung Regency and to determine the level of accuracy of remote sensing imagery used. This research uses remote sensing method and Geographic Information System. The images used are Landsat 8 and Sentinel-2. The results of the study based on Landsat 8 results, the highest area was in the very low drought class, namely Rancabali District, low class Pangalengan District, medium class Kertasari District, high class Nagreg District, very high class Ciwidey District. Based on the results of Sentinel-2, very low class is Pangalengan District, low class is Pangalengan District, medium class is Pacet District, high class is Baleendah District and very high class is Margaasih District. The accuracy level of Landsat 8 images on NDVI maps is 68.87% and land use maps is 76.42%. Sentinel 2 image accuracy rate on NDVI map is 40.5% and land use map is 72.64%. Maps that meet the level of accuracy are only Landsat 8 image land use maps.