Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMBANGUNAN: PASAR VS KOMUNITAS Safitri, Ristya Arinta
Sinektika Vol 14, No 2: Juli 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.449 KB)

Abstract

Pembangunan sering kali dikaitkan dengan hal yang bersifat fisik maupun material. Sedangkan pada hakikatnya, pembangunan meliputi dua unsur, yaitu materi yang dihasilkan dan manusia yang menggerakan pembangunan. Pembangunan di Indonesiapada umumnya menitik beratkan pada materi, terutama ekonomi dan infrastruktur yangingin dicapai dan mengesampingkan  pembangunan masyarakat di dalamnya.Pembangunan ekonomi dilakukan untuk merespon datangnya pasar bebas, sehinggapembangunan ekonomi yang ada berbasis pasar. Hal ini kurang sesuai dengan sifatdasar masyarakat Indonesia yang bersifat komunal, berbasis komunitas. Dalam pasar,modal dan keuntungan adalah hal yang utama, sedangkan dalam komunitas kesejahteraan masyarakat, kebersamaan merupakan hal yang utama. Di Indonesia, komunitas atau Usaha Kecil Menengah dengan komoditas belum dapat berkembang dengan baik karena keterbatasan modal dan kurangnya pemasaran. Sebagai contoh, UKM penghasil gula semut di Kabupaten Kulonprogo. UKM berhasil memproduksi gula semut yang memenuhi kualitas standar internasional. Akan tetapi, karena keterbatasan modal dan kurangnya pemasaran pengeksporan gula semut belum dapat dilakukan secara maksimal. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo kemudian mulai aktif mengembangkan komoditas ini dengan mendatangkan investor dan memberikan bantuan alat modern untuk meningkatkan produktivitas UKM. Hal ini perlu diperhatikan lebih lanjut, karena bisa saja dengan investor dan alat modern, pengrajin justru kehilangan pekerjaan dan hanya mengejar keuntungan. Komunitas dalam UKM harus terus melakukan inovasi agar mampu bersaing dalam pasar. UKM yang mampu masuk dalam pasar akan mendatangkan investor untuk membantu pengembangan komoditas sehingga masyarakat dan investor akan mendapatkan keuntungan seperti yangdiharapkan.
PEMBANGUNAN: PASAR VS KOMUNITAS Safitri, Ristya Arinta
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 14, No 2: Juli 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.449 KB)

Abstract

Pembangunan sering kali dikaitkan dengan hal yang bersifat fisik maupun material. Sedangkan pada hakikatnya, pembangunan meliputi dua unsur, yaitu materi yang dihasilkan dan manusia yang menggerakan pembangunan. Pembangunan di Indonesiapada umumnya menitik beratkan pada materi, terutama ekonomi dan infrastruktur yangingin dicapai dan mengesampingkan  pembangunan masyarakat di dalamnya.Pembangunan ekonomi dilakukan untuk merespon datangnya pasar bebas, sehinggapembangunan ekonomi yang ada berbasis pasar. Hal ini kurang sesuai dengan sifatdasar masyarakat Indonesia yang bersifat komunal, berbasis komunitas. Dalam pasar,modal dan keuntungan adalah hal yang utama, sedangkan dalam komunitas kesejahteraan masyarakat, kebersamaan merupakan hal yang utama. Di Indonesia, komunitas atau Usaha Kecil Menengah dengan komoditas belum dapat berkembang dengan baik karena keterbatasan modal dan kurangnya pemasaran. Sebagai contoh, UKM penghasil gula semut di Kabupaten Kulonprogo. UKM berhasil memproduksi gula semut yang memenuhi kualitas standar internasional. Akan tetapi, karena keterbatasan modal dan kurangnya pemasaran pengeksporan gula semut belum dapat dilakukan secara maksimal. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo kemudian mulai aktif mengembangkan komoditas ini dengan mendatangkan investor dan memberikan bantuan alat modern untuk meningkatkan produktivitas UKM. Hal ini perlu diperhatikan lebih lanjut, karena bisa saja dengan investor dan alat modern, pengrajin justru kehilangan pekerjaan dan hanya mengejar keuntungan. Komunitas dalam UKM harus terus melakukan inovasi agar mampu bersaing dalam pasar. UKM yang mampu masuk dalam pasar akan mendatangkan investor untuk membantu pengembangan komoditas sehingga masyarakat dan investor akan mendapatkan keuntungan seperti yangdiharapkan.
Living Heritage sebagai Pendekatan Konservasi: Sebuah Studi Literatur Safitri, Ristya Arinta; Ikaputra, Ikaputra
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 21, No 1: Januari 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/sinektika.v21i1.2450

Abstract

Aset heritage yang ditinggalkan dari masa lalu memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Akan tetapi pelestarian heritage banyak mengalami masalah, terutama pada situs heritage yang masih dihuni. Salah satu pendekatan konservasi yang berkaitan dengan hal tersebut adalah pendekatan Living heritage. Living heritage merupakan sebuah situs heritage yang masih asli, dijaga dan dikembangkan oleh komunitas inti yang berada pada situs tersebut, memiliki nilai-nilai yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan living heritage. Peneliitian dilakukan dengan studi literatur untuk mengetahui pengertian dan prinsip-prinsip living heritage yang dapat dikembangkan sebagai sebuah pendekatan konservasi, serta menelusuri penerapan living heritage pada negara-negara lain. Pada kesimpulanya, pendekatan living heritage merupakan jawaban untuk konservasi situs heritage dan manusia. Living heritage dapat menjadi sebuah pendekatan konservasi yang menjembatani antara orisinalitas masa lalu dan keberlanjutan di masa depan.
PENDAMPINGAN PERENCANAAN KENYAMANAN PADA BANGUNAN DI KELURAHAN KRENDANG, JAKARTA BARAT Madina, Rizki Fitria; Safitri, Ristya Arinta; Sari, Christina
JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera Volume 4, Nomor 1, Januari 2023
Publisher : Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/juara.v4i1.14123

Abstract

Building comfort is closely related to occupant productivity. Thermal comfort is closely related to energy consumption in buildings because they are both affected by air temperature. The Community Service Team for the Architecture Department, Faculty of Civil Engineering and Planning, Universitas Trisakti was carried out in collaboration with partners, namely RW 02 Krendang Village, Tambora District, West Jakarta. RW 02 Kelurahan Krendang is in an area with medium to high density with surface cover dominated by roofs and road surfaces. Therefore, through this activity, the team provided planning assistance for comfort in buildings in the RW 02 area of Krendang Village with the aim that residents can find out alternative thermally comfortable building designs and be able to plan for them in the future independently. The method of carrying out this activity is carried out by counseling and training in calculating the material requirements for cool roofs through online, which begins with lectures and discussions in the form of questions and answers. In addition, before and after the activity the participants were given pretest and posttest as indicators of success. This is to find out the understanding of residents regarding the material presented about the concept of efforts to increase thermal comfort using a cool roof. Based on the results of the pretest, in the first question as many as 42.9% of respondents answered correctly, while in the posttest it increased to 66.7%. In the second question, the results of the pretest were 28.6% of the respondents who answered correctly and the results of the posttest were 66.7% of the respondents who answered correctly. Thus, from this activity it is known that the knowledge and understanding of the community is increasing and the awareness of residents is increasing regarding the comfort of buildings and the selection of materials that are safe for the health of residents.
KETERLIBATAN KOMUNITAS INTI PADA PELESTARIAN KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA Safitri, Ristya Arinta; Winandari, MI Ririk; Wijayanto, Punto
Vitruvian : Jurnal Arsitektur, Bangunan dan Lingkungan Vol 15, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/vitruvian.2025.v15i1.010

Abstract

Pusaka bukan hanya dimaknai sebagai benda dan tak benda tetapi meluas pada kehidupan manusia didalamnya, terutama pada kawasan pusaka yang merupakan kawasan hunian yang dihuni secara turun temurun. Gerakan pelestarian berbasis masyarakat/komunitas menjadikan komunitas sebagai inti dari pelestarian berdampingan dengan site pusaka. Kampung Ketandan Yogyakarta merupakan salah satu kawasan pusaka di tengah kota Yogyakarta yang memiliki kekayaan asset benda, tak benda dan kehidupan. Kampung ketandan dikenal sebagai kampung Tionghoa pertama di Yogyakarta yang masih memiliki komunitas inti dan tinggal dalam kawasan secara turun temurun. Artikel ini bertujuan mengidentifikasi keterlibatan komunitas inti pada pelestarian Kampung Ketandan. Pengumpulan data dilakukan melalui eksplorasi lapangan melalui observasi, wawancara, dan penelusuran dokumen. Hasil data kemudian dianalisis berdasar 8 tangga tingkatan keterlibatan komunitas dalam pelestarian pusaka berdasarkan teori Arnstein (1969). Dari analisis yang dilakukan didapati bahwa peran komunitas inti masih pada tingkatan tokenisme sehingga masih perlu peningkatan untuk mencapai pelestarian yang berkelanjutan.