Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial

Jejak falsafah Alam Takambang Jadi Guru dalam repertoar musik tradisional Minangkabau Ayuthia Mayang Sari; Syeilendra Syeilendra; Hengki Armez Hidayat
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 7 No. 1 (2023): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v7i1.25242

Abstract

Alam Takambang Jadi Guru merupakan falsafah yang melandasi cara berpikir masyarakat Minangkabau. Falsafah ini juga sebagai norma-norma adat dan turunannya untuk menjalankan kehidupan yang diatur dalam adat Minangkabau. Jejak  Alam Takambang Jadi Guru atau "segala sesuatu yang ada di ‘alam’ dapat dijadikan guru" terlihat jelas dari penggunaan kata-kata yang berasal dari “alam” (sifat, tumbuhan, hewan, benda, tempat dan kegiatan maupun peristiwa atau kejadian) sebagai bagian dari norma adat yang mengatur setiap tindakan masyarakat Minangkabau baik individu maupun kelompok. Penggunaan kata maupun tutur yang merujuk kepada “alam” dalam setiap falsafah dan norma adat mengacu pada makna kiasan, sehingga falsafah dan norma adat tersebut mampu untuk memunculkan arti serta maknanya. Filosofi Alam Takambang Jadi Guru juga berdampak pada kesenian khususnya musik tradisional Minangkabau. Hal ini terlihat dalam syair dendang dan penamaan repertoar-repertoar musik tradisional Minangkabau. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana falsafah Alam Takambang Jadi Guru digunakan dan bagaimana munculnya dalam kesenian ksususnya musik tradisional Minangkabau sebagai representatif dari falsafah itu sendiri. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi serta studi literatur. Hasilnya adalah ditemukannya beberapa repertoar kesenian tradisional Minangkabau dengan menggunakan kata maupun tutur yang merujuk kepada “alam” sebagai jejak dari falsafah Alam Takambang Jadi Guru. Nama maupun tutur tersebut hadir dalam repertoar-repertoar musik tradisional Minangkabau yang sesuai dengan interpretasi masyarakat Minangkabau dalam melihat fenomena “alam”.   Alam Takambang Jadi Guru is a philosophy that underlies the way of thinking of the Minangkabau people as customary norms and derivatives to carry out a life regulated in custom. The traces of Alam Takambang Jadi Guru, or "everything in nature can be used as a teacher", is seen from the use of words derived from “nature” (Characteristic, plants, animals, objects, places and activities or events) as part of customary norms that regulate every action of the Minangkabau community both individuals and groups. The use of names and speech that refer to "nature" in every philosophy and customary norm refers to figurative meanings so that these traditional philosophies and standards can bring out their meanings. The Philosophy of Alam Takambang Jadi Guru also impacts art, mainly traditional Minangkabau music. This can be seen in the dendang poetry and the naming of traditional Minangkabau music repertoire. This study aims to know the extent to which the philosophy of Alam Takambang Jadi  Guru is used and how the emergence in the arts, especially Minangkabau traditional music, represents the philosophy itself. The method used in this study is descriptive qualitative with a phenomenological approach. Data collection is carried out by interview, observation and literature study techniques. The result was the discovery of several repertoires of traditional Minangkabau arts using words and words that refer to "nature" as traces of the philosophy of Alam Takambang Jadi Guru. The name and speech are present in the repertoire of traditional Minangkabau music following the interpretation of the Minangkabau people in seeing the phenomenon of nature.
Studi Organologi pada Alat Musik Seruling Bambu dalam Pertunjukan Kesenian di Desa Tebat Ijuk Sari, Ayuthia Mayang; Pratama, Olan Yogha
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 7 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v7i2.28956

Abstract

Penelitian ini mengkaji proses pembuatan alat musik seruling bambu di desa Tebat Ijuk kecamatan Depati VII kabupaten Kerinci. Seruling Bambu merupakan alat musik tradisional dengan suara yang unik dan pada awalnya dimainkan secara individu oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Dalam perkembangannya seruling bambu dijadikan pertunjukan kesenian berbentuk ensambel musik tradisional. Saat ini tidak banyak masyarakat desa Tebat ijuk dan generasi muda yang mengetahui proses pembuatan alat musik ini. Tujuan penelitian ini untuk membedah mengenai bahan, proses serta teknik yang digunakan dalam pembuatan alat musik seruling bambu.  Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif dalam menjelaskan proses pembuatan seruling bambu dan menggunakan kajian organologi sebagai landasan dalam menganalisa objek tersebut. Hasil penelitian didasarkan pada teori teknis organologi yang terdapat didalamnya pengukuran alat musik, pendeskripsian, penggambaran serta teknik pembuatannya. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa proses pembuatan alat musik seruling bambu masih menggunakan teknik tradisional dalam penggunaan bahan, alat dan metode pembuatannya untuk menghasilkan suara seruling bambu yang nantinya dapat digunakan dalam pertunjukan kesenian seruling bambu.   This research examines the process of making bamboo flute musical instruments in Tebat Ijuk village, Depati VII sub-district, and Kerinci district. The bamboo flute is a traditional musical instrument with a unique sound that was originally played individually by people who worked as farmers. In its development, bamboo flutes were used as performing arts in the form of traditional music ensembles. Currently, not many residents of Tebat Ijuk village and the younger generation know the process of making this musical instrument. The aim of this research is to dissect the materials, processes, and techniques used in making bamboo flute musical instruments. This research uses a qualitative, descriptive approach in explaining the process of making bamboo flutes and uses organological studies as a basis for analyzing this object. The research results are based on the technical theory of organology, which includes the measurement of musical instruments, descriptions, depictions, and manufacturing techniques. The conclusion from this research is that the process of making bamboo flute musical instruments still uses traditional techniques, both in the use of materials, tools, and manufacturing methods, to produce bamboo flute sounds that can later be used in bamboo flute art performances.