Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Tekanan Psikologis COVID-19 terhadap Pelaku Pariwisata di Bali Made Indra Wijaya; Luh Gede Pradnyawati
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 11 No 05 (2022): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v11i05.1736

Abstract

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) telah menjadi kegawatdaruratan kesehatan masyarakat. Kecepatan COVID-19 menjadi pandemi dan menyebar ke seluruh negara sangat mengkhawatirkan. Salah satu aspek kritis dari jenis pandemi ini adalah pada kesehatan mental komunitas. Survei ini bertujuan mendeskripsikan tekanan psikologis pada pelaku pariwisata di Bali selama pandemi COVID-19. Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 8 Juli sampai 5 Agustus 2021. Survei daring menggunakan GoogleForm dengan metoda sampling bola salju digunakan dalam penelitian ini. Instrumen yang digunakan adalah versi modifikasi dari indeks peritraumatic COVID-19 atau COVID-19 peri-traumatic distress index (CPDI) yang terdiri dari 24 pernyataan. Kuesioner dalam survei ini juga menanyakan variabel sosio-demografi dan sosio-ekonomi. Total responden berjumlah 415 dengan 13 responden dikeluarkan dari analisis karena bekerja di luar Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 69% responden tidak mengalami tekanan psikologis, 28% responden mengalami tekanan psikologis ringan hingga sedang dan sisanya 3% mengalami tekanan psikologis berat. Tidak ada variabel sosio-demografi dan sosio-ekonomi yang berasosiasi dengan tingkat tekanan psikologis. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan intervensi psikologis untuk menjaga kesehatan mental selama pandemi.
PEMBERDAYAAN PEDAGANG DALAM PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI PASAR INTARAN SANUR Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya; Komang Triyani Kartinawati
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 11: November 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasar Intaran yang terletak di Kelurahan Sanur Kauh merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Denpasar, Provinsi Bali dengan total jumlah pedagang 450 orang. Minimalnya informasi yang didapatkan oleh pedagang tentang penyebaran COVID-19 menyebabkan kurangnya penerapan mereka dalam pelaksanaan PHBS. Menurut hasil penelitian, PHBS merupakan starategi yang dapat mencegah penyebaran COVID-19 di masyarakat. Pedagang harus terus dihimbau untuk meningkatkan PHBS dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Namun penerapan PHBS ini sangat minimal penerapannya di Pasar Intaran. Selain masalah kesehatan, terdapat juga masalah ekonomi yaitu terkait dalam hal pemasaran produk dagangan, dimana pedagang belum mampu memasarkan dagangannya dengan baik ke sistem pasar. Selain itu pembukuan mereka dalam berdagang juga kurang baik karena pendidikan mereka yang rendah. Pada PKM ini kelompok mitra berperan aktif dalam setiap kegiatan dengan persentase kehadiran 100% dan partisipasi aktif 100%. Dengan kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan mitra dalam bidang pemahaman tentang COVID-19 dan juga pencegahan penyebaran COVID-19 serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Kelompok mitra sudah terampil dalam pembuatan APD dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19. Selain itu, kelompok mitra sudah bisa memasarkan dagangannya dengan strategi digital marketing seperti di media sosial dan juga sudah bisa membuat pumbukuan yang baik.
Tantangan Pencegahan Rabies Melalui Vaksinasi Hewan Penular Rabies (HPR) di Daerah Pariwisata Sanur, Bali Made Indra Wijaya; Made Kurnia Widiastuti Giri; Made Agus Hendrayana
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 12 No 02 (2023): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v12i02.2035

Abstract

Penyakit rabies pertama kali dilaporkan terjadi di Bali, Indonesia pada bulan November 2008. Sebuah penyakit langka di provinsi yang sebelumnya dideklarasikan bebas penularan rabies. Pada tahun 2022, vaksinasi hewan penular rabies massal dipraktikkan sebagai strategi pencegahan primer, disertai dengan vaksinasi dari rumah ke rumah yang diimplementasikan sejak virus kembali dilaporkan. Namun, upaya-upaya kesehatan masyarakat ini belum berhasil mengendalikan kejadian luar biasa rabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan (fasilitator dan barier) pencegahan rabies melalui vaksinasi hewan penular rabies (HPR) di daerah pariwisata Sanur. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan informan kunci yang dipilih secara purposive hingga data kualitatif yang kami dapatkan mencapai saturasi. Kami melakukan wawancara semi-terstruktur di daerah pariwisata Sanur selama satu bulan (1-31 Mei 2022). Analisis dilakukan melalui data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Berdasarkan temuan, komunikasi risiko harus ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan pemilik anjing tentang rabies. Promosi vaksinasi massal harus diberikan tepat waktu. Perubahan-perubahan kecil selama implementasi program di lokasi vaksinasi akan meningkatkan kepercayaan pemilik anjing. Terdapat perbedaan antara pemilik anjing dengan latar belakang sosial ekonomi menengah ke atas dengan pemilik anjing dengan latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah yang mempengaruhi keterlibatan mereka dalam program vaksinasi massal dan perbedaan ini harus diperhitungkan pada saat mengembangkan program serupa di masa yang akan datang.
Program Kemitraan Masyarakat Kelompok Pekerja di Rumah Sakit Umum Prima Medika Made Indra Wijaya; Luh Gede Pradnyawati; I Made Aditya Mantara Putra
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sepanjang tahun 2022, kasus COVID-19 masih dilaporkan terjadi di Bali, tetapi jumlah kasus dan tingkat keparahannya sudah tidak mengkhawatirkan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Bali sudah terbuka untuk wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Pariwisata mulai bangkit dan perekonomian pun berangsur-angsur pulih. Berbagai kegiatan, yang dikenal dengan sebutan MICE (meeting, incentive, conference, and exhibition), marak diselenggarakan di Bali. MICE akan terus berlangsung hingga puncaknya pada pertemuan G20. Ubud, sebagai salah satu destinasi wisata di Bali, mulai bangkit. Tujuan program kemitraan masyarakat ini adalah mempersiapkan Rumah Sakit Umum Prima Medika untuk membuka klinik wisata (travel clinic), yaitu dengan memberdayakan kelompok pekerja sesuai dengan latar belakang mereka. Mitra pengabdiam masyarakat adalah kelompok pekerja, yang meliputi kelompok klinis dan non klinis. Kelompok klinis meliputi dokter umum, perawat, dan apoteker; sedangkan kelompok non klinis terdiri dari staf administrasi dan pemasaran. Mula-mula dilakukan telusur lapangan, telusur dokumen, dan wawancara kelompok pekerja untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelayanan terhadap wisatawan yang sedang berjalan, sehingga masukan atau saran yang diberikan sesuai dengan keadaan di lapangan. Dari analisis situasi tersebut didapatkan bahwa praktik kedokteran pariwisata belum mengacu pada standar internasional. Selain itu, kelompok pekerja juga belum paham tentang kode etik rumah sakit sebagaimana yang ditetapkan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (KODERSI). Berdasarkan hasil analisis tersebut, selanjutnya dilakukan bimbingan teknis kesehatan pariwisata dengan mengacu pada kerangka keilmuan yang dipublikasikan oleh The National Travel Health Network and Centre (NaTHNaC) bagi kelompok pekerja klinis dan KODERSI bagi kelompok pekerja non klinis.
PKM Kesehatan Pekerja Seks Perempuan dalam Penanggulangan IMS dan HIV/AIDS di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya; Komang Triyani Kartinawati
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi tujuan para traveler dari seluruh dunia, baik untuk berwisata, berbisnis, maupun bekerja yang rentan terhadap penyebaran dan penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS. Lokalisasi Jalan Setia Budi adalah salah satu titik lokalisasi yang berada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Lokalisasi ini sudah ada sekitar 10 tahun dan beroperasi 24 jam dan rentan penularan IMS dan HIV/AIDS. Minimalnya pengetahuan mitra PSP (Pekerja Seks Perempuan) mengenai penanggulangan IMS dan HIV/AIDS tersebut. Mitra yang dalam hal ini sebagai perpanjangan tangan dari tenaga kesehatan tidak memiliki gambaran mengenai pelaksanaan program penanggulangan IMS dan HIV/AIDS tersebut. Mereka tidak mengetahui hal-hal yang berbahaya dari IMS dan HIV/AIDS, faktor risiko, cara penularannya serta cara pencegahannya salah satunya adalah program VCT. Dengan terjadinya pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak 3 tahun lalu, membuat terjadinya penurunan pemasukan dari pelanggan yang berdampak pada perekonomian mereka. Sehingga mereka membutuhkan penghasilan tambahan selain dari memuaskan pelanggan. Dari permasalahan yang dihadapi, maka solusi yang dapat ditawarkan adalah melaksanakan focus group discussion mengenai pencegahan IMS dan HIV/AIDS dengan melibatkan mitra, mucikari dan PSP. Dari kegiatan ini telah meningkatkan pemahaman PSP serta orang-orang di sekitar lokalisasi mengenai pentingnya penanggulangan IMS dan HIV/AIDS. Peningkatan skill PSP melalui pelatihan bagi mitra dalam pembuatan APD seperti masker, handsanitizer, face shield. Pelatihan ini dilakukan untuk membantu PSP dalam mencari pemasukan tambahan selain bekerja di lokalisasi sehingga permasalahan perekonomian mereka terbantu di masa pandemi Covid-19. Kata Kunci : Pekerja seks perempuan, IMS, HIV/AIDS, Kecamatan Kuta
Kualitas Hidup Lansia di Desa Subamia Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan II tahun 2022 Panca Tri Pramana; Luh Gede Pradnyawati; Made Indra Wijaya
AMJ (Aesculapius Medical Journal) Vol. 3 No. 3 (2023): October
Publisher : Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The elderly are considered a group of people over the age of 60 who are susceptible to age-related diseases. The number of elderly in the world is predicted to increase from 962 million elderly in 2017 to 1.4 billion elderly in 2030, 2.1 billion elderly in 2050 and by 2100 to reach 3.1 billion elderly. A person in old age will show signs of decline in physical, mental and social aspects. As a result of the problems that occur, an elderly person must be considered for their quality of life. A high quality of life indicates that a person reaches perfection at the end of his life, while a low quality of life can lead to despair in the elderly. The purpose of this study was to measure the level of quality of life of the elderly in Subamia Village in 2022. This study was conducted in November 2022. Sampling was conducted in Subamia Village, Tabanan Regency, Bali Province. The research method used is a quantitative descriptive method with a research design, namely a cross-sectional design. The data collection technique used consecutive sampling with a total of 80 respondents. Data collection was carried out during elderly posyandu activities using WHOQOL-BREFF with interview-based questionnaire techniques. Data were collected sequentially until the minimum number of samples was reached. Data analysis using univariate analysis.The results of the research on the quality of life of the elderly in Subamia Village based on physical obtained moderate criteria (65%), based on psychological obtained moderate criteria (50%), based on social relations obtained moderate criteria (63.7%), and based on environmental obtained moderate criteria (63.7%).
Program Kemitraan Masyarakat Pencegahan Penyebaran Narkoba dan HID/AIDS pada Remaja di Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya; Putu Nita Cahyawati; Pande Ayu Naya Kasih Permatananda
Genitri: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Kesehatan Vol 1 No 2 (2022): Desember
Publisher : Politeknik Kesehatan Kartini Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36049/genitri.v1i2.82

Abstract

Penyebaran narkoba di kalangan remaja Indonesia masih merupakan sesuatu masalah yang bersifat kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir permasalahan ini menjadi marak. Terbukti dengan bertambahnya jumlah penyalahguna atau pecandu narkoba secara signifikan pada remaja. Selain masalah penyebaran narkoba pada remaja, terdapat juga permasalahan penyebaran infeksi HIV/AIDS. Data BKKBN menunjukkan kurang lebih 50% dari pengidap AIDS di Indonesia adalah kelompok umur remaja. Pada masa remaja sering kali timbul rasa ingin mencoba-coba. Penyebab penyebaran narkoba dan HIV/AIDS pada remaja di Provinsi Bali tidak bisa terkendali lagi termasuk di Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan. Kurangnya pengetahuan dan informasi di kalangan remaja di desa menjadi faktor utama mudahnya penyebaran ini. Mitra pada pengabdian ini adalah kader remaja yaitu para remaja yang tergabung dalam suatu wadah sekeha teruna-teruni di Desa Buahan Kaja. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah dengan melakukan sosialisasi dengan mitra, focus group discussion (FGD), penyuluhan dan pelatihan tentang pencegahan narkoba dan HIV/AIDS pada kader remaja. Hasil dari pengabdian ini adalah semua kelompok mitra telah mampu merumuskan kegiatan “peer” pencegahan narkoba dan HIV/AIDS di Desa Buahan Kaja. Focus Group Discussion (FGD) telah mampu merumuskan permasalahan yang ada di masyarakat menyangkut masih kurangnya pengetahuan para kader remaja mengenai pencegahan penyebaran narkoba dan HIV/AIDS. Saran yang dapat kami berikan dalam kegiatan pengabdian ini adalah agar kelompok mitra dapat menjadi ujung tombak perekrutan mitra lainnya sebagai partner dalam melakukan kegiatan “peer” pencegahan penyebaran narkoba dan HIV/AIDS di Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.
PKM Pemberdayaan Pekerja Seks Perempuan dalam Penanggulangan Kanker Serviks di Kecamatan Kuta Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya; Komang Triyani Kartinawati
Genitri: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Kesehatan Vol 2 No 2 (2023): Desember
Publisher : Politeknik Kesehatan Kartini Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36049/genitri.v2i2.164

Abstract

Salah satu penyakit yang dapat menganggu kesehatan organ reproduksi wanita adalah Kanker Serviks yang merupakan kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Bali adalah tujuan para traveler yang rentan terhadap penyebaran dan penularan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Kejadian Kanker Serviks di Provinsi Bali adalah sebesar 2,3 per 1000 penduduk. Kanker Serviks ini dapat dicegah dengan cara meningkatkan perilaku hidup sehat dengan cara cerdik serta mengurangi faktor risiko terjadinya kanker tersebut. Dari wawancara yang dilakukan kepada mitra, didapatkan permasalahan bahwa minimalnya pengetahuan mitra PSP (Pekerja Seks Perempuan) mengenai kesehatan reproduksi khususnya pencegahan Kanker Serviks. Mereka tidak mengetahui hal-hal yang berbahaya dari Kanker Serviks, faktor risiko, cara penularannya serta cara pencegahannya. Dengan terjadinya pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak 3 tahun lalu, membuat terjadinya penurunan pemasukan dari pelanggan yang berdampak pada perekonomian mereka. Sehingga mereka membutuhkan penghasilan tambahan selain dari memuaskan pelanggan. Dari permasalahan yang dihadapi, maka solusi yang dapat ditawarkan adalah melaksanakan focus group discussion mengenai pencegahan Kanker Serviks dengan melibatkan mitra. Dari kegiatan ini telah meningkatkan pemahaman PSP serta orang-orang di sekitar lokalisasi mengenai pentingnya penanggulangan Kanker Serviks. Peningkatan skill PSP melalui pelatihan bagi mitra dalam pembuatan APD seperti masker, handsanitizer, face shield. Pelatihan ini dilakukan untuk membantu PSP dalam mencari pemasukan tambahan selain bekerja di lokalisasi sehingga permasalahan perekonomian mereka terbantu di masa pandemi Covid-19.
Pelatihan pada Kader Posyandu dalam Deteksi Dini Perkembangan Balita Usia 0-2 tahun di Desa Bukian, Payangan Anny Eka Pratiwi; Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Evaluasi perkembangan seorang anak dapat dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan dan perkembangannya, yang dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Untuk meningkatkan berbagai aspek kecerdasan selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak, diperlukan tidak hanya faktor keturunan dan rangsangan dari lingkungan, tetapi juga pemenuhan tiga kebutuhan utama: fisik, emosional, dan stimulasi dini. Kegiatan ini difokuskan pada kelompok Posyandu di Desa Bukian, Kecamatan Payangan, Gianyar, dengan tujuan melatih para kader dalam melakukan stimulasi dan deteksi dini terhadap potensi penyimpangan pada anak usia 0-2 tahun. Metode yang digunakan adalah community development, melibatkan 10 kader posyandu dan 5 anak berusia 0-2 tahun. Proses pelaksanaan melibatkan pelatihan kepada kader mengenai stimulasi dan deteksi dini tumbuh kembang bayi dan balita, diikuti dengan pengukuran dan penilaian tumbuh kembang anak. Dari 5 anak yang terlibat, 4 anak (80%) menunjukkan perkembangan "Sesuai," menunjukkan kemampuan baik dalam aspek motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kemandirian. Satu anak (20%) termasuk dalam kategori "Meragukan," sementara tidak ada yang tergolong dalam kategori "Penyimpangan." Pelaksanaan Program Deteksi Dini Perkembangan Anak dilakukan dengan tujuan memantau perkembangan anak dan mendeteksi potensi gangguan atau penyimpangan dalam perkembangan mereka. Implementasi program ini telah sukses, mencapai tingkat keberhasilan sebesar 100%.
PKM Pemberdayaan Pedagang Perempuan Dalam Pencegahan IMS dan HIV/AIDS di Pasar Buana Raya, Padangsambian Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Komang Triyani Kartinawati; Made Indra Wijaya
Paradharma (Jurnal Aplikasi IPTEK) Vol. 8 No. 1 (2024): Paradharma (Jurnal Aplikasi IPTEK)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Dhyana Pura – Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36002/jpd.v8i1.3031

Abstract

Penyakit Infeksi Menular Seksual dan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang dapat menular melalui kontak seksual. IMS dan HIV/AIDS masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini masih menjadi perhatian dibidang kesehatan karena angka kejadian IMS masih terus meningkat. Selain pada kelompok populasi berisiko tinggi, populasi berisiko rendah seperti para pedagang perempuan di pasar juga rentan terkena IMS dan HIV/AIDS. Salah satu tempat di Bali yang interaksi masyarakatnya tinggi adalah pasar, dimana populasi masyarakatnya tergolong kelompok risiko rendah. Pasar Buana Raya, Padangsambian merupakan pasar yang ada di Kota Denpasar yang rentan juga dengan penyebaran IMS dan HIV/AIDS. Dari hasil wawancara dengan kader didapatkan beberapa permasalahan terkait program pencegahan IMS dan HIV/AIDS adalah minimalnya informasi yang didapatkan kader serta rendahnya pengetahuan kader tentang pencegahan IMS dan HIV/AIDS di Pasar Buana Raya, Padangsambian, Kota Denpasar. Dari hal tersebut pemberdayaan perempuan di Pasar Buana Raya, Padangsambian diperlukan untuk pencegahan IMS dan HIV/AIDS. Hasil kegiatan pengabdian ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan jadwal. Kelompok mitra berperan aktif dalam setiap kegiatan PKM dengan persentase kehadiran 100% dan partisipasi aktif 100%. Pengetahuan pedagang juga meningkat yang dilihat dari nilai pretest dan postest kedua kelompok mitra mengalami peningkatan 100% setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan. Focus Group Discussion (FGD) telah mampu merumuskan permasalahan yang ada dan bagaimana solusi serta pemecahan masalah IMS dan HIV/AIDS pada konteks pasar.