Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Pemberdayaan Kader dan Dasawisma Dalam Pencegahan Kasus Demam Berdarah Dengue di Banjar Menak, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali Ratna Juwita
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 2 No 2 (2017): November 2017
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.2.2.398.60-70

Abstract

Banjar Menak terletak di Kabupaten Gianyar dengan permasalahan kesehatan berupa peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan no.1 dari 10 besar penyakit pasien rawat inap di RS dengan angka insiden tahun 2015 adalah sebesar 442,3 per 100.000 penduduk. Selama ini pemberdayaan masyarakat untuk melakukan surveilans jentik dan PSN mandiri belum pernah digalakkan, karena itu kami melakukan pemberdayaan kepada kader dan dasawisma untuk melaksanakan program tersebut. Metode yang digunakan adalah metode pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra tentang DBD, surveilans jentik, dan PSN. Kegiatan dilakukan oleh 3 orang kader dan 3 orang dasawisma. Hasil pretest tingkat pengetahuan mitra sebesar 71,7% dan post-test 88%. Hasil analisis FGD didapatkan gambaran bahwa mitra belum memiliki pemahaman yang benar tentang DBD, surveilans jentik dan PSN. Dari hasil observasi dan penilaian mingguan didapatkan penurunan nilai trend Container Indeks (CI) pada keenam mitra dengan hasil: mitra 1 dari 9,1 minggu I menjadi 1,8 pada minggu IV; mitra 2 dari 10,9 menjadi 1,8; mitra 3 dari 14,6 menjadi 0; mitra 4 dari 10,9 menjadi 3,6; mitra 5 dari 49,1 menjadi 3,6; mitra 6 dari 20,2 menjadi 1,8. Secara umum, nilai CI dan Density Figure (DF) semua KK binaan mitra sudah mengalami penurunan. Kegiatan PkM ini dinilai sudah berhasil sesuai luaran indikator. Hal ini mengindikasikan sudah berjalan baiknya KIE PSN yang. Saran yang dapat disampaikan adalah agar kedua kelompok mitra dapat menjadi ujung tombak penanggulangan kasus DBD di Banjar Menak pada khususnya dengan memberdayakan masyarakat untuk melakukan surveilans jentik mandiri dan PSN yang benar. Kata Kunci: Demam Berdarah Dengue, surveilans, Container Indeks, Density Figure Located in Gianyar Regency, Banjar Menak was experiencing in dengue cases. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is one of the top ten most frequent inpatient disease in Gianyar, with incidence of 442,3 in 100.000 people (2015). The mosquito larva surveillance and mosquito nest eradication had not been wellimplemented in the area, there for, we conducted a comunity involvement program with the aim to increase the knowledge and the skill of the resident on dengue and its eradication measures. The method of the program was cadre trainning on knowledge of dengue, mosquito larvae surveillance, and mosquito net eradication program. (known as PSN). This trainning was participated by three cadre and three dasawisma of Banjar Menak. The pre-test on the knowledge of the participantis was 71,7% while the post-test was 88%. The participants were not well euiped with understanding on dengue, larvae surveillance, and PSN as it shown on FGD analysis. The weekly post program observation showed a decreasing trend on Container Index (CI) for all the participants’s surveillance area. The CI of week 1 and 4 for each participantss were 9,1 to 1,8; 10,9 to 1,8; 14,6 to 0; 10,9 to 3,6; 49,1 to 3,6; and 20,2 to 1,8. In general, the CI and Density Figure (DF) in Banjar Menak has decreased.The program has achieved its external indicator and deemed as success. The trained cadre and dasawisma is expecting to be the front runner for the community involvement in dengue eradication program in Banjar Menak. Key words: Dengue Haemorrhagic Fever, surveillance, Container Index, Density Figure
PEMBERDAYAAN PEDAGANG DALAM PENINGKATAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT UNTUK PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI PASAR PAYANGAN Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Ni Made Hegard Sukmawati; Putu Krisna Adwitya Sanjaya
JURNAL SEWAKA BHAKTI Vol 7 No 2 (2021): Sewaka Bhakti
Publisher : UNHI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Payangan Public Market is one of the largest traditional markets in Gianyar Regency, Bali Province with a total number of 450 traders. The minimum information obtained by traders about the spread of COVID-19 causes their lack of implementation in the implementation of PHBS. According to research results, PHBS is a strategy that can prevent the spread of COVID-19 in the community. Traders must continue to be encouraged to improve PHBS in an effort to prevent the spread of COVID-19. However, in reality, the implementation of PHBS is very minimal in the Payangan Public Market. In addition, the lack of ability of traders to purchase personal protective equipment or PPE such as masks, Face Shields and Hand Sanitizers. This is due to the scarcity of PPE and also their lack of finances, where currently the price of PPE has soared. From the problems faced, the solution that can be offered is the need for a knowledge transfer program about the spread of COVID-19 to find out its prevention with the target of adding knowledge to traders about COVID-19 prevention and increasing the implementation of PHBS. In addition, programs to support the implementation of PHBS include technology transfer and training on how to make PPE, namely Hand Sanitizer, Face Shield and masks. The result of this activity is that partner groups play an active role in every PKM activity with a 100% attendance percentage and 100% active participation. With this activity, there was an increase in the field of understanding about COVID-19 and an increase in the implementation of PHBS through bringing in experts and tutors (coaches) who have assisted traders in the introduction of the COVID-19 virus and the application of clean and healthy living behavior to prevent the spread of the COVID-19 virus. The partner group is also skilled in making PPE in preventing the spread of the COVID-19 virus, namely the manufacture of masks, Hand Sanitizer and Face Shield
PKM Pedagang Di Pasar Intaran Sanur Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Anny Eka Pratiwi; Putu Krisna Adwitya Sanjaya
Jurnal Aplikasi dan Inovasi Iptek Vol 3 No 2 (2022): Jurnal Aplikasi dan Inovasi Iptek No. 3 Vol. 2 April, 2022
Publisher : Denpasar Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52232/jasintek.v3i2.76

Abstract

Pasar Intaran yang terletak di Kelurahan Sanur Kauh merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Denpasar, Provinsi Bali dengan total jumlah pedagang 450 orang. Minimalnya informasi yang didapatkan oleh pedagang tentang penyebaran COVID-19 menyebabkan kurangnya penerapan mereka dalam pelaksanaan PHBS. Menurut hasil penelitian, PHBS merupakan starategi yang dapat mencegah penyebaran COVID-19 di masyarakat. Pedagang harus terus dihimbau untuk meningkatkan PHBS dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Namun penerapan PHBS ini sangat minimal penerapannya di Pasar Intaran. Selain masalah kesehatan, terdapat juga masalah ekonomi yaitu terkait dalam hal pemasaran produk dagangan, dimana pedagang belum mampu memasarkan dagangannya dengan baik ke sistem pasar. Selain itu pembukuan mereka dalam berdagang juga kurang baik karena pendidikan mereka yang rendah. Pada PKM ini kelompok mitra berperan aktif dalam setiap kegiatan dengan persentase kehadiran 100% dan partisipasi aktif 100%. Dengan kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan mitra dalam bidang pemahaman tentang COVID-19 dan juga pencegahan penyebaran COVID-19 serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Kelompok mitra sudah terampil dalam pembuatan APD dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19. Selain itu, kelompok mitra sudah bisa memasarkan dagangannya dengan strategi digital marketing seperti di media sosial dan juga sudah bisa membuat pumbukuan yang baik
PEMBERDAYAAN PEDAGANG DALAM PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI PASAR INTARAN SANUR Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya; Komang Triyani Kartinawati
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 1 No. 11: November 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasar Intaran yang terletak di Kelurahan Sanur Kauh merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kota Denpasar, Provinsi Bali dengan total jumlah pedagang 450 orang. Minimalnya informasi yang didapatkan oleh pedagang tentang penyebaran COVID-19 menyebabkan kurangnya penerapan mereka dalam pelaksanaan PHBS. Menurut hasil penelitian, PHBS merupakan starategi yang dapat mencegah penyebaran COVID-19 di masyarakat. Pedagang harus terus dihimbau untuk meningkatkan PHBS dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Namun penerapan PHBS ini sangat minimal penerapannya di Pasar Intaran. Selain masalah kesehatan, terdapat juga masalah ekonomi yaitu terkait dalam hal pemasaran produk dagangan, dimana pedagang belum mampu memasarkan dagangannya dengan baik ke sistem pasar. Selain itu pembukuan mereka dalam berdagang juga kurang baik karena pendidikan mereka yang rendah. Pada PKM ini kelompok mitra berperan aktif dalam setiap kegiatan dengan persentase kehadiran 100% dan partisipasi aktif 100%. Dengan kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan mitra dalam bidang pemahaman tentang COVID-19 dan juga pencegahan penyebaran COVID-19 serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Kelompok mitra sudah terampil dalam pembuatan APD dalam pencegahan penyebaran virus COVID-19. Selain itu, kelompok mitra sudah bisa memasarkan dagangannya dengan strategi digital marketing seperti di media sosial dan juga sudah bisa membuat pumbukuan yang baik.
PKM Kesehatan Pekerja Seks Perempuan dalam Penanggulangan IMS dan HIV/AIDS di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Made Indra Wijaya; Komang Triyani Kartinawati
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi tujuan para traveler dari seluruh dunia, baik untuk berwisata, berbisnis, maupun bekerja yang rentan terhadap penyebaran dan penularan penyakit IMS dan HIV/AIDS. Lokalisasi Jalan Setia Budi adalah salah satu titik lokalisasi yang berada di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Lokalisasi ini sudah ada sekitar 10 tahun dan beroperasi 24 jam dan rentan penularan IMS dan HIV/AIDS. Minimalnya pengetahuan mitra PSP (Pekerja Seks Perempuan) mengenai penanggulangan IMS dan HIV/AIDS tersebut. Mitra yang dalam hal ini sebagai perpanjangan tangan dari tenaga kesehatan tidak memiliki gambaran mengenai pelaksanaan program penanggulangan IMS dan HIV/AIDS tersebut. Mereka tidak mengetahui hal-hal yang berbahaya dari IMS dan HIV/AIDS, faktor risiko, cara penularannya serta cara pencegahannya salah satunya adalah program VCT. Dengan terjadinya pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak 3 tahun lalu, membuat terjadinya penurunan pemasukan dari pelanggan yang berdampak pada perekonomian mereka. Sehingga mereka membutuhkan penghasilan tambahan selain dari memuaskan pelanggan. Dari permasalahan yang dihadapi, maka solusi yang dapat ditawarkan adalah melaksanakan focus group discussion mengenai pencegahan IMS dan HIV/AIDS dengan melibatkan mitra, mucikari dan PSP. Dari kegiatan ini telah meningkatkan pemahaman PSP serta orang-orang di sekitar lokalisasi mengenai pentingnya penanggulangan IMS dan HIV/AIDS. Peningkatan skill PSP melalui pelatihan bagi mitra dalam pembuatan APD seperti masker, handsanitizer, face shield. Pelatihan ini dilakukan untuk membantu PSP dalam mencari pemasukan tambahan selain bekerja di lokalisasi sehingga permasalahan perekonomian mereka terbantu di masa pandemi Covid-19. Kata Kunci : Pekerja seks perempuan, IMS, HIV/AIDS, Kecamatan Kuta
DETERMINAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) RUBELLA DI DESA MUNDEH, SELEMADEG BARAT, TABANAN DAP Ratna Juwita; Luh Gede Pradnyawatim; Ni Made Hegard Sukmawati
Journal of Midwifery and Health Administration Research Vol 1 No 1 (2021): DESEMBER
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanBrebes

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.142 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.8112173

Abstract

Background: Rubella is a contagious person to person viral infection and remains a fetal malformation on pregnancy as congenital rubella syndrome. Under the outbreaks-based rubella surveillance in West-Selemadeg Village, Tabanan Regency in 2019, we investigated the rubella outbreak determinants. Methods: This study investigated 29 suspected cases using major criteria (fever and rash) following with minor criteria criteria (conjunctivitis, malaise, rhinorea, loss appetite and cough) between Juli-September 2019 receiving active and passive surveillans. Altogether, 3 serum samples we received from 5 districts and 29 suspected cases from local health centres. Samples were tested for the measles and rubella IgM antibody. This study measures the determinants of outbreaks using case-control study follows by total population one control design for each sample. Data was analyzed using SPSS with 5% alpha. Results: The attack rate are 58.6% in 5-15yo age and 8.99% based on place (Auman Delod Seme district). The type of epidemiologic curve is propagated epidemic curve (person to person disease) with 11 days means of incubation periode. This outbreaks is associated to person to person close contact (OR 3,4:95%CI 1.009-10.318, p≤0.05 and history of rubella vaccination OR 0.482, 95%CI:0.165-1.409, p≤0.05 with all laboratorium samples positively detected for IgM of rubella viruses. Conclusions: Eradication of rubella is considered to be feasible and beneficial that we need to work toward elimination with a focus on strengthening ongoing immunization.
Risky sexual behavior and prevention of STIs in female merchants based on behavioral theory of health belief model: an exploratory study in Denpasar city, Bali Luh Gede Pradnyawati; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Anny Eka Pratiwi; Ni Made Hegard Sukmawati
Journal of International Surgery and Clinical Medicine Vol. 2 No. 1 (2022): Available Online: June 2022
Publisher : Surgical Residency Program Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/jiscm.v2i1.25

Abstract

Introduction: Previous studies have shown the risky behavior that causes women’s vulnerability in markets to STI transmission is sexual intercourse with more than one partner. The present study reveals in depth risky sexual behavior and STI prevention among female merchants based on the behavioral theory of the Health Belief Model.  This study aims to determine the risky sexual behavior and prevention of STIs in female merchants based on the behavioral theory of health belief model. Methods: This study uses mix-methods (quantitative and qualitative methods). Using the quantitative method, this study first found a descriptive picture with a cross-sectional design. Then with the qualitative method, it extracted more in depth the experiences and social contexts experienced by the participants. The research sample was taken from 100 female merchants and in-depth interviews were conducted with 20 of those who had had sexual intercourse with an age range of 18-45 years in Denpasar City. Respondents were selected by purposive sampling. Results: Risky sexual behavior by most of the respondents is by having premarital sexual intercourse. Most of the respondents, which is 60%, in the market perceive such action would not risk getting an STI because of loyalty to their partner. In terms of the seriousness of STIs, they assume it is indeed a serious disease. Nevertheless, to prevent STIs, the respondents assure us that avoiding risky sexual behavior is not truly what matters. The respondents believe they can manage to afford not to engage in risky sexual behavior for the prevention of STIs. Conclusion: Most female merchants believe having risky sexual intercourse will not risk causing them to contract an STI. To overcome this, it is necessary to establish special programs to reduce the number of STIs in the community, especially in low-risk groups such as female merchants.
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar dalam Upaya Peningkatan Kesiapsiagaan Pertolongan Pertama di Puskesmas Ratna Juwita Dewa Ayu Putu; Luh Gede Pradnyawati; Anny Eka Pratiwi; Ni Made Hegard Sukmawati
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 2 No. 3 (2023): September 2023
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pelatihan bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan, dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi medis kegawatdaruratan ini merupakan kondisi yang memerlukan pertolongan medis yang cepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut. Tenaga medis di Instalasi Gawat Darurat merupakan lini pertama penolong pasien dengan keadaan emergensi. Tenaga medis ini memiliki alur penerimaan pasien, triase, resusitasi, dan stabilisasi. Sebagai unit yang memberikan pelayanan emergensi, tenaga medis yang ditugaskan haruslah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dan cekatan untuk melakukan pertolongan pertama. Puskesmas III Denpasar Selatan merupakan Puskesmas yang terletak di Kota Denpasar yang juga melakukan pelayanan kegawatdaruratan di dalamnya. Pelatihan rutin kegawatdaruratan penting untuk dilakukan sebagai dasar ilmu penatalaksanaan pasien gawatdarurat di Puskesmas. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari dengan sasaran tenaga medis di Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk workshop kegawatdaruratan. Kegiatan ini dilakukan diawali dengan pemberian materi kegawatdaruratan, elektrokardiogram dan pelatihan skill batuan hidup dasar (BHD). Kegiatan juga diawali dengan pre test dan diakhiri dengan post test. Pelatihan diikuti oleh 22 tenaga medis dengan rentang usia 20-40 tahun dan nilai pre tes awal 83% dan nilai akhir 96%. Dari hasil observasi juga didapatkan peningkatan keterampilan elektrokardiogram dan teknik basic life support. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan diharapkan untuk rutin diselenggarakan.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat pada Wanita Usia Subur yang Sudah Menikah di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati II Luh Gde Sita Maharani; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita; Anny Eka Pratiwi
AMJ (Aesculapius Medical Journal) Vol. 3 No. 3 (2023): October
Publisher : Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cervical cancer is the growth of abnormally dividing cells that can invade the tissue (epithelium) of the cervix due to a virus. Early detection of the human papilloma virus plays an important role. Acetic acid visual inspection is an examination by observing the cervix with a speculum, then applying acetic acid. The aim of this study was to determine the relationship between married women of reproductive age's knowledge level and the behavior of acetic acid visual inspection as an early detection of cervical cancer in the Sukawati ll community health center working area. This study used an analytic method design with a cross sectional approach, which used 126 samples using consecutive sampling technique. Data were collected using questionnaires and then analyzed univariate, bivariate and multivariate using IBM SPSS® version 25. Based on the Chi-Square test, there was a significant relationship between the level of knowledge (p < 0.01), attitude (p < 0.01), latest education (p < 0.01), family support (p < 0.02), residential access (p < 0.03), affordability (p < 0.01), and friend support (p < 0.01). While the variables of health worker support and access to information did not have a significant relationship. This study concluded that the level of knowledge has a significant relationship with acetic acid visual inspection inspection behavior (p < 0.01).
Hubungan Penerapan Perilaku KADARZI dengan Status Gizi Balita di Puskesmas Mengwi I Kabupaten Badung Anak Agung Istri Ardhia Pramesti Kiyanti; Anny Eka Pratiwi; Dewa Ayu Putu Ratna Juwita
AMJ (Aesculapius Medical Journal) Vol. 3 No. 3 (2023): October
Publisher : Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lately, undernourished children coexist with toddlers with toddlers who are overnourished. To overcome these obstacles, the government has made various efforts to improve the nutritional status of Indonesian children. One of them is through the KADARZI (Keluarga Sadar Gizi) programme, which is defined as a family's awareness to detect, anticipate, and resolve any nutritional issues in each of its members. This research objective is to examine the association between the application of KADARZI behavior and the nutritional status of young children, using cross-sectional analytical approach. The participants in this research consist of 100 mothers and toddlers who are in the age range of 6 to 59 months, and live in the operational area of Puskesmas Mengwi I Badung. The respondent selection is done by using a consecutive sampling technique. After the data collection procedure was completed, each variable will be processed by using univariate and bivariate methods. Findings from this study reveal that the majority of toddlers are male (59%) in the age range of 36 to 47 months (35%), and do not experience any nutritional issues according to the TB/U and BB/U index (100% and 69%), also BB/TB index (88%). In addition, 54 out of 100 families did not implement the KADARZI behavior comprehensively. According to the result of chi-square analysis, p-value obtained is 0.005 (p ≤ 0.05). It indicates a significant correlation between the application of KADARZI behavior and the nutritional status of toddlers in the operational area of Puskesmas Mengwi I Badung. The value of prevalence ratio (PR) obtained is 9.370 with a 95% confidence interval between range 1.257 to 69.863. After this research is done, it is recommended to enhance collaboration between POKJA (Kelompok Kerja) IV and government institutions to raise public awareness regarding the implementation of KADARZI behavior.