Yornan Masinambow
STAK Reformed Remnant Internasional

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Reorientasi Pendidikan Kristen Melalui Teologi Persahabatan Yornan Masinambow
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Vol 4, No 1 (2023): Kepemimpinan Kristen dan Pendidikan Kristiani - Juni 2023
Publisher : Sekolah Agama Kristen Terpadu Pesat Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47530/edulead.v4i1.123

Abstract

This article aims to stressed friendship to embrace and then to empower Christian education so can be a friendly, egaliter, or emancipatory reorientation occurs between educators and learners through mutual interaction. The reorientation of Christian education through friendship theology is believed to be able to dismantle the reality of the authoritarian, superior, top-down Christian education praxis with a hierarchical face. Reorientation of Christian education through friendship theology believed can be able to dismantle the reality of the authoritarian, superior, top-down Christian education praxis with a hierarchical perspective. This article uses a descriptive qualitative approach where the author describes the theories about friendship theology and Christian education related to the purpose of writing this article, then brings them together through an interpretive study. The results of this study offer at least four aspects of friendship theologically for the reorientation of Christian education, namely; Christian education on shared story friendship where friendly relations between educators and students are emphasized to share everyday stories, Christian education on the friendship of love with respect and respect for one another, Christian education on the friendship of reciprocal commitments, where equal equality relations, doing hospitality, the common good. Then the Christian education of friendship to implement a shared vision where dialogue exists, and continues to build a balanced learning process as friends dynamically. AbstrakArtikel ini hendak menekankan teologi persahabatan yang merangkul, memberdayakan pendidikan Kristen agar terjadinya reorientasi ramah, egaliter atau emansipatoris antara pendidik dan peserta didik melalui interaksi bersama. Reorientasi pendidikan Kristen melalui teologi persahabatan diyakini mampu membongkar realitas praksis pendidikan Kristen yang otoriter, superior bersifat top-down yang berpandangan hierarkis. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dimana penulis mendeskripsikan teori-teori seputar teologi persahabatan dan pendidikan Kristen yang terkait tujuan penulisan artikel ini, kemudian memercakapkan keduanya melalui pengkajian interpretatif terhadapnya. Hasil penelitian ini menawarkan setidaknya empat aspek persahabatan secara teologis untuk reorientasi pendidikan Kristen yakni; pendidikan Kristen persahabatan shared story dimana relasi sahabat antara pendidik dan peserta didik ditekankan untuk berbagi cerita sehari-hari, pendidikan Kristen persahabatan cinta kasih dengan adanya rasa hormat serta menghargai satu dengan yang lain, pendidikan Kristen  persahabatan komitmen timbal-balik, dimana relasi persamaan yang setara, melakukan keramahan, kebaikan bersama. Kemudian pendidikan kristen persahabatan untuk menerapkan visi bersama dimana hadirnya dialog, dan terus membangun proses pembelajaran yang seimbang sebagai sahabat secara dinamis.
Pluralitas Ke-Indonesian Sila Pertama: Suatu Realitas Ideal dan Theologis dalam Lensa Pancasila Yornan Masinambow; Nahor Banfatin
EUANGGELION: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 1 (2023): Juli 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Lentera Bangsa Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61390/euanggelion.v4i1.59

Abstract

Abstract: This paper aims to describe and analyze the concept of “Ketuhanan Yang Maha Esa” in Pancasila within the framework of Indonesian plurality that can be traced both politically and theologically. The qualitative method through literature study is used in this paper. Based on interpretative analysis through literature review, the results of the discussion can be explained that the First Precept of Belief in God Almighty is a theological religiosity value based on the 1945 Constitution for the life of plural Indonesian society and needs to be reflected that Pancasila is also a work of salvation or intervention from God. Presenting Pancasila also presents the Gospel of Jesus Christ in the Indonesian frame which presents human equality amid the plurality of Indonesia itself.Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila dalam kerangka pluralitas keIndonesiaan yang dapat ditelusuri baik secara politis bahkan teologis. Metode kualitatif melalui studi kepustakaan digunakan dalam tulisan ini. Berlandaskan analisis interpretatif melalui pengkajian literatur, dapat dijelaskan hasil pembahasan bahwa Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan nilai religiositas teologis berlandaskan UUD 1945 bagi kehidupan masyarakat Indonesia yang Plural serta perlu direfleksikan bahwa Pancasila juga merupakan karya keselamatan atau intervensi dari Tuhan. Menghadirkan Pancasila juga menghadirkan Injil Yesus Kristus dalam frame keIndonesiaan yang menghadirkan kesetaraan kemanusiaan ditengah kemajemukan dari Indonesia itu sendiri.
Reinterpretasi Kebun Anggur Nabot dalam 1 Raja-raja 21:1-29 melalui Pendekatan Postkolonial Naratif Kritis Debbie Y. Refialy; Yornan Masinambow; Steven Palilingan
Pengarah: Jurnal Teologi Kristen Vol 5 No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36270/pengarah.v5i2.164

Abstract

Artikel ini menawarkan secara kritis pembacaan terhadap teks Alkitab melalui pendekatan poskolonial naratif sebagai respon atas adanya tendensi kolonial yakni perebutan tanah dalam teks 1 Raja-raja 21:1-29. Penelitian ini berlandaskan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan literatur dalam mengkaji gagasan teologis kebun anggur Nabot berdasarkan interpretasi poskolonial naratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat narasi penindasan dan perebutan tanah oleh penguasa yakni raja Ahab terhadap Nabot. Melalui pembacaan poskolonial terhadap narasi tersebut, Nabot berani menggugat keinginan raja. Selain itu, penafsir serta pembaca mampu mengkritisi serta menggumuli teks kekerasan dan penindasan dalam Alkitab yang adalah Firman Allah.
The Humanity (In and Through) of Jesus of Nazareth: An Analysis of the Thought of John Shelby Spong Masinambow, Yornan
Tumou Tou Vol. 10 No. 2 (2023): Juli 2023
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article explores the thoughts of a character namely John Shelby Spong with his radical idea of ​​Jesus of Nazareth. Spong highlights Jesus not from a doctrinal point of view as institutional Christianity continues to echo. The Jesus echoed here is Jesus from a human perspective, a real character who lived in a place and time in the past. His life is more about humanizing humans who bring equality. John Shelby Spong was Bishop of the Episcopal Church of Newark, New Jersey from 1976 to 2000. His radical writings and lectures have challenged Christianity for many years. There are so many thoughts about the Christian faith which of course he criticizes radically, but in this paper, the researcher focuses on Spong's interpretive thoughts about Jesus of Nazareth and his practical actions. This paper uses a qualitative approach to literature that highlights certain figures. Of course, the discussion will center on the context of Spong's thought reconstructing Jesus of Nazareth the Jew. From the results of the discussion, it can be said that Jesus in Spong's thinking is a character who revives, and humanizes humans, destroys ethnic boundaries, and Jewish exclusivity, equalizes men and women, and destroys the racial prejudices and stereotypes of his time. Those who are rejected are accepted by Jesus and see him as a complete human being. That's the Jesus of Nazareth according to Spong that Christianity must live today.
Diskursus Guru Kristen: Diciptakan untuk Mendidik, Mengajar dan Melayani Nassa, Grace Son; Masinambow, Yornan; Rompa, Masye; Banfatin, Nahor
MANTHANO: Jurnal Pendidikan Kristen Vol. 3 No. 2 (2024): September 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55967/manthano.v3i2.74

Abstract

Abstract: This article describe and analyze the Christian teacher discursively, where the Christian teacher is created to educate also teach, and serve. Christian teachers must first understand the theological concepts of creation to redemption as fundamental in educating students. Christian teachers must rely on Christ as a guide for their teaching and education in addition to themselves with various scientific perspectives. In this article, a qualitative research approach with a literature study method is used to describe and analyze Christian teachers. The results found are that Christian teachers in their progress as educators must have biblical insights that are first attached to the teacher and then implemented in students. In addition, Christian teachers need to be creative and effective like Christ who in His teaching attracted the attention of many people, complicated teaching but simplified as best as possible but with the aim of proclaiming the Kingdom of God. The Christian teacher's biblical knowledge and creativity are based on introducing God based on His word to the learners. Christian teachers must upgrade themselves in teaching and educating, not be rigid and follow Christ who taught with power, creativity and effectiveness, in contrast to the scribes who taught as a formality and stuck to legalism. In this way, the Christian teacher's progress is discursively dynamic, meeting the challenges of the times while at the same time adhering to biblical insights based on the teaching of Jesus Christ, the Great Teacher.    Abstrak: Artikel menjabarkan serta menganalisis tentang guru Kristen secara diskursif, dimana guru Kristen dicipta untuk mendidik sekaligus mengajar dan melayani. Guru Kristen harus terlebih dahulu memahami konsep teologis penciptaan hingga penebusan sebagai hal fundamental dalam mendidik para peserta didik. Guru Kristen harus mengandalkan Kristus sebagai pedoman pengajaran dan pendidikannya selain diri mereka sendiri dengan berbagai perspektif keilmuan yang ada. Dalam artikel ini, pendekatan penelitian kualitatif dengan studi kepustakaan digunakan untuk mendeskripsikan serta menganalisis guru Kristen. Adapun hasil yang ditemukan adalah guru Kristen dalam kemajuannya sebagai pendidik harus memiliki wawasan alkitabiah yang terlebih dahulu melekat dalam diri guru lalu diimplementasikan pada peserta didik. Selain itu, guru Kristen perlu kreatif dan efektif seperti Kristus yang dalam pengajaran-Nya yang menarik perhatian banyak orang, pengajaran yang rumit namun disederhanakan sebaik mungkin namun dengan tujuan pewartaan Kerajaan Allah. Wawasan alkitabiah dan kreatifitas guru Kristen didasarkan pada memerkenalkan Allah berdasarkan firman-Nya kepada para peserta didik. Guru Kristen harus mengupgrade diri dalam mengajar dan mendidik, tidak kaku serta mengikuti Kristus yang mengajar dengan berotoritas, kreativitas, dan efektivitas, kontras dengan para ahli Taurat yang mengajar sebagai formalitas dan terjebak pada legalisme. Dengan begitu, kemajuan guru Kristen secara diskursif adalah bergerak dinamis, memenuhi tantangan zaman namun pada saat yang sama berpatokan pada wawasan alkitabiah berdasarkan pada pengajaran Yesus Kristus, Sang Guru Agung.
Kajian Ekofeminisme: Diskursus Ekologis dalam Bingkai Teologi Feminis Yornan Masinambow
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 1 No. 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v1i1.5

Abstract

Abstract: The purpose of this article is to describe analytically-critically the feminist theology (of women) and nature (ecology) that produces the conceptual movement of ecofeminism. Women and nature both suffer from injustice and oppression, and therefore the ecofeminism movement makes a theologically constructive contribution. A qualitative method is used in this article with a content analysis approach in discussing and then analyzing phenomena related to ecology and feminism. The results of this study show that ecofeminism fights for the life of creation from the Creator, especially nature and women who experience subordination through existing hierarchical structures. Ecofeminism also emphasizes the importance of humans to maintain and preserve nature as well as possible. Ecofeminism offers an attitude to be transformative, cooperative, and participatory in building a harmonious world equally between nature and humans, both women and men.Abstrak: Tujuan dari artikel ini adalah menjabarkan secara analitis-kritis tentang teologi feminis (perempuan) dan alam (ekologi) yang menghasilkan gerakan konseptual ekofeminisme. Perempuan dan alam sama-sama mendapatkan ketidakadilan dan penindasan, dan oleh karenanya gerakan ekofeminisme ini memberikan kontribusi yang konstruktif secara teologis. Metode kualitatif digunakan dalam artikel ini dengan pendekatan analisis konten dalam mendiskusikan kemudian menganalisa fenomena terkait ekologi dan feminisme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekofeminisme memerjuangkan kehidupan ciptaan dari Sang Pencipta khususnya alam dan perempuan yang mengalami subordinasi lewat struktur hierarkis yang ada. Ekofeminisme juga menekankan bahwa pentingnya manusia untuk memelihara dan melestarikan alam sebaik mungkin. Ekofeminisme menawarkan sikap untuk menjadi transformatif, kooperatif, dan partisipatif dalam membangun dunia yang harmonis secara setara antara alam dan manusia baik perempuan maupun laki-laki.
Profil Gamaliel sebagai Role Model Pejabat Gereja: Kajian Hermeneutik Naratif Kisah Para Rasul 5:26-42 Hendro; Masinambow, Yornan; Bollu, Paulus; Lumintang, Sheren Angelina
KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 2 No. 2 (2024): Agustus 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Parakletos Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69932/kardia.v2i2.28

Abstract

Abstract: This paper is motivated by the lack of exemplary church officials in carrying out the duties and responsibilities entrusted to serve church members. Therefore, the church needs role models from the Bible. We chose Gamaliel because he was a religious leader who studied the Scriptures (Torah) and set an example in terms of thinking, teaching, and making decisions with wisdom. Thus, the purpose of this article is to examine and analyze the text of Acts 5:26-42 based on a narrative hermeneutic interpretation approach and explain implicatively the essence of this text for today's church officials. A qualitative research approach through literature study was utilized through the critical narrative hermeneutic method. The researchers collected data either through journal articles, books or documents relevant to the topic discussed. The results and discussion regarding the insights and profile of Gamaliel in the text of Acts 5:26-42 as a wise advisor and making comparisons as material for consideration in advising the Religious Council. Gamaliel's thinking emphasizes that there must be obedience, loyalty, discipline, and dynamism from Gamaliel's profile to then become a reminder and must be applied to church officials who are entrusted to lead and direct people who must be carried out with wisdom. Through Gamaliel's profile, church officials are expected to be servants for people who educate, guide both from the way of thinking, to have an impact on a quality way of life. Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketidakteladanan pejabat gereja dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab yang dipercayakan untuk melayani anggota gereja. Oleh karena itu, gereja membutuhkan tokoh teladan dari Alkitab. Kami memilih Gamaliel karena ia merupakan pemimpin agama yang memelajari Kitab Suci (Taurat) dan menjadi teladan dalam hal berpikir, mengajar dan mengambil keputusan dengan hikmat. Dengan demikian, tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji serta menganalisis teks Kisah Para Rasul 5:26-42 berdasarkan pendekatan interpretasi hermeneutik naratif serta menjelaskan secara implikatif esensi teks ini bagi pejabat gereja masa kini. Pendekatan penelitian kualitatif melalui studi literatur digunakan melalui metode hermeneutik naratif kritis. Para peneliti mengumpulkan data baik melalui artikel jurnal, buku-buku atau dokumen yang relevan dengan topik yang dibahas. Hasil dan pembahasan mengenai wawasan dan profil Gamaliel dalam teks Kisah Para Rasul 5:26-42 sebagai seorang penasehat yang bijaksana dan membuat perbandingan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nasehat kepada Mahkamah Agama. Pemikiran Gamaliel menekankan bahwa harus ada ketaataan, kesetiaan, kedisiplinan, dan dinamisitas dari profil Gamaliel untuk kemudian menjajdi pengingat serta harus diaplikasikan bagi pejabat gereja yang dipercayakan untuk memimpin dan mengarahkan umat yang harus dilaksanakan dengan penuh hikmat. Melalui profil Gamaliel, pejabat gereja diharapkan menjadi para pelayan bagi umat yang mendidik, membimbing baik dari cara berpikir, hingga berdampak pada cara hidup yang berkualitas
Dekonstruksi Pendidikan Agama Kristen bagi Generasi Z Yornan Masinambow
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2022): Teologi dan Pendidikan Kristiani (Desember 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.929 KB) | DOI: 10.53674/teleios.v2i2.50

Abstract

Abstract: The purpose of this study is to describe and then analyze Christian Religious Education for generation Z using deconstruction theory and approach. Generation Z is synonymous with digital technology, social media with characteristics of creativity, freedom, hypertolerance, multitasking, and so on. The problem is that Christian Education is still supported by the rigid, indoctrinal, authoritative nature that limits the creativity of generation Z. One way that needs to be done is through the deconstruction of Christian Education. Deconstruction is radically dismantling every event, rejecting centralization. This research uses a descriptive qualitative method with a literature review related to the discussion of deconstruction and Generation Z. The result of this research is that Christian Education through the curriculum, learning process, and pedagogical components must be deconstructed with communicative offers relevant to generation Z. This means that educators must disarm their authoritarian thoughts that are rigid and unfriendly to generation Z and continue to upgrade themselves so that digital technology, social media is also part of educators to be able to adapt in conducting friendly and equal communication.Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kemudian menganalisis Pendidikan Agama Kristen bagi generasi Z dengan menggunakan teori dan pendekatan dekonstruksi. Generasi Z identik dengan teknologi digital, media sosial dengan karakteristik kreativitas, bebas, hipertoleransi, multitasking, dan lain sebagainya. Masalahnya adalah PAK masih terkukung dengan sifat kaku, indoktriner, otoritatif yang membatasi kreativitas generasi Z. Salah satu cara yang perlu dilakukan adalah melalui dekonstruksi PAK. Dekonstruksi adalah membongkar secara radikal setiap peristiwa, menolak keterpusatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan kajian kepustakaan terkait pembahasan dekonstruksi dan generasi Z. Hasil dari penelitian ini adalah PAK melalui komponen kurikulum, proses pembelajaran, dan pedagogik harus didekonstruksi dengan tawaran komunikatif yang relevan dengan generasi Z. Ini berarti para pendidik harus melucuti pikiran otoriter mereka yang kaku dan tidak bersahabat dengan generasi Z serta terus meng-upgrade diri agar teknologi digital, media sosial juga menjadi bagian dari pendidik untuk dapat beradaptasi dalam melakukan komunikasi ramah dan setara.
Studi Komparasi Pendidikan Holistik Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional dan Pendidikan Kristen Konteks Indonesia Lumintang, Sheren Angelina; Prasetya, Alfred Yehuda; Masinambow, Yornan
MAWAR SARON: Jurnal Pendidikan Kristen dan Gereja Vol. 7 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62240/msj.v7i2.80

Abstract

Pendidikan nasional dan pendidikan Kristen sama-sama mempunyai konsep pendidikan holistik. Namun terdapat juga perbedaan di dalamnya, sekalipun keduanya saling melengkapi dalam hal pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji serta menganalisa konsep pendidikan holistik melalui studi analisis komparatif antara pendidikan nasional dan pendidikan Kristen. Pendekatan kualitatif dengan metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini, yakni dengan memaparkan secara komparatif pendidikan nasional dan pendidikan Kristen. Hasil yang didapatkan adalah terdapat berbagai macam perbedaan yang ditelusuri dalam pendidikan nasional dan pendidikan Kristen dalam aspek pendidikan holistiknya. Perbedaan yang dilakukan secara komparasi meliputi definisi, bentuk-bentuk, profil pendidik, kurikulum pendidikan, proses pendidikan, evaluasi serta tantangan pendidikan holistik berdasarkan pendidikan nasional, dan pendidikan Kristen. Kesimpulan yang di dapat adalah pendidikan holistik sudah diterapkan di dalam sistem pendidikan nasional dan pendidikan Kristen sekalipun aspek esensinya berbeda satu dengan yang lain.
Signfikansi Injil dan Penginjilan Bagi Kaum Muda Kristen di Sulawesi Utara Rompa, Masye; Besan, Natalia; Masinambow, Yornan
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen - Oktober 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52879/didasko.v4i2.132

Abstract

Injil dan Penginjilan merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan kekristenan khususnya bagi kaum muda di Sulawesi Utara. Injil dan Penginjilan adalah penting untuk terus diwartakan untuk kaum muda ditengah arus dunia ini.Tujuan penelitian ini adalah mengkaji serta menganalisis pentingnya Injil dan Penginjilan bagi kaum muda Kristen di Sulawesi Utara. Pendekatan kualitatif dengan metode kepustakaan berlandaskan kajian teologis menjadi cara peneliti untuk menghadirkan secara diskursif tentang Injil dan penginjilan kaum muda. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sekaligus kontribusi bagi penelitian ini adalah kaum muda Kristen telah muda terbawa arus dunia ini; Oleh karena itu penting bagi kaum muda Kristen untuk memahami dan mengalami arti dan berartinya Injil; Kaum muda Kristen harus berakar pada pengakuan iman yang benar bahwa Yesus adalah Kristus; Kaum muda Kristen harus memiliki keyakinan dan bukti akan kepastian keselamatan; Kaum muda Kristen harus berpegang pada hanya Injil yang melawan arus dunia ini; dan penting bagi kaum muda Kristen untuk memaknai sebuah kehidupan yang berarti dengan panggilan Injil (Penginjilan) dan menjadikan hanya Injil Yesus Kristus sebagai konten dalam penginjilan. Kebaruan dari penelitian ini menekankan bahwa kaum muda perlu menjadi perhatian gereja untuk lebih lagi melakukan penginjilan dari tahap internal evangelism serta local evanglism.