Nabela Fikriyya
Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ethnoecology of The Slamet Mountain Slope Community (SMSC) in Paguyangan District, Brebes Regency, Central Java Nabela Fikriyya; Hendra Helmanto; Rizmoon Nurul Zukarnaen; Nisyawati Nisyawati; Marina Silalahi
Jurnal Biodjati Vol 7, No 1 (2022): May
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v7i1.14909

Abstract

The local communities have local knowledge in utilizing and managing landscape units. The threat of modernization has led to the degradation of local knowledge, including the Javanese community on Mt. Slamet. This study aimed to analyze the plant diversity characteristics of landscape units and determine the important value of landscape units and plant species used by the community. This research was conducted in the Ragatunjung, Cipetung, and Pandansari village, Paguyangan District, Brebes Regency, Central Java. Semi-structured interviews collected Ethnoecological data with eight key informants and 83 respondents selected by purposive sampling and snowball sampling. Data on the level of landscape utilization were analyzed using the Local User's Value Index (LUVI). The community recognizes nine types of landscape units, such as perawisan (yard), wanah (production forest), Majegan (gardens), Sabin (rice fields), Kubang buyut (protected forest plan), tea plantations, Telaga Ranjeng Nature Reserve, Tanah Bengkok and tuk (water sources). Wanah was the most important landscape unit in the community in Ragatunjung (31.27), Cipetung (53.55), and Pandansari (28.17). Oryza sativa had the highest importance value in Sabin (22) and wanah (12) of Ragatunjung. In contrast, Syzygium aromaticum had the highest in Majegan (6.68). Brassica oleracea has the highest importance value in the two landscape units of Cipetung, namely, Majegan (4.20) and settlements (3.5), while in the wanah is Zea mays (11.38). Solanum tuberosum had the highest value in each landscape unit in Pandansari, both in wanah (10.33), Majegan (6.80), and Protection Forest Plan (PFP) (4.13). Categorizing landscapes and their utilization by maintaining certain landscapes, such as the Telaga Ranjeng Nature Reserve and Kubang buyut, directly impact the sustainability and integrity of ecosystems and natural resources in and around the area.
Growth pattern and condition factor of the common silver-biddy Gerres oyena (Forsskål, 1775) juveniles from seagrass ecosystem of Karang Congkak Island, Kepulauan Seribu Adinda Kurnia Putri; Charles P.H Simanjuntak; M. Faris Nazal; Noviana Noviana; Endang Hilmi; Nabela Fikriyya; Ahmad Zahid
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 22 No 2 (2022): June 2022
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v22i2.651

Abstract

A seagrass bed of Karang Congkak Island has been known as the nursery habitat for many marine fishes. The common silver-biddy (Gerres oyena) is one of the temporary resident fishes that inhabits seagrass beds of Karang Congkak Island before they migrate to their adult habitat to join the adult population. The aims of this research are to analyze the growth pattern, condition factor and food preferences of the common silver-biddy while they utilized the seagrass beds of Karang Congkak Island as their nursery ground. Sampling was conducted from March 2018 to March 2019 with 10 times frequency of sampling in total. Sample was towed using a beach seine net with 10x1 m in dimension and 3 mm mesh size. Parameters that were analyzed in this research were a length-weight relationship, condition factor, and food preferences. A total of 2762 juveniles of the common silver-biddy were collected and were classified into 10 length classes. The results showed that in general, the growth pattern of the common silver-biddy was positive allometric (b>3), although some months were isometric (b=3). The overall condition factor ranged from 0.87 – 2,05 and it fluctuated throughout the months. The diet which has the main role in determining the fish growth of the common silver-biddy was dominated by the group of copepods. The positive allometric growth pattern of the common silver-biddy and the high value of condition factor describe that seagrass ecosystem of Karang Congkak Island is a suitable nursery ground for the juveniles of the common silver-biddy. Abstrak Ekosistem lamun Pulau Karang Congkak merupakan habitat pengasuhan yuwana berbagai spesies ikan laut. Ikan kapas-kapas (Gerres oyena) merupakan salah satu ikan penghuni sementara lamun Pulau Karang Congkak sebelum akhirnya beruaya ke habitat induknya untuk bergabung dengan populasi ikan dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pertumbuhan dan faktor kondisi yuwana ikan kapas-kapas selama menghuni perairan ekosistem lamun Pulau Karang Congkak. Penelitian dilakukan dari Maret 2018 sampai Maret 2019 dengan total frekuensi pengambilan sampel selama 10 bulan. Contoh ikan diambil dengan menarik pukat tarik pantai berdimensi 10 m x1 m dan mata jaring 3 mm. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah hubungan panjang-bobot ikan, faktor kondisi, dan preferensi makanan ikan. Selama penelitian terkumpul sebanyak 2765 yuwana ikan yang dapat dikelompokkan menjadi 10 kelompok kelas ukuran panjang. Pola pertumbuhan panjang ikan kapas-kapassecara keseluruhan bertipe alometrik positif (b > 3), namun pada beberapa bulan tertentu ditemukan pola pertumbuhan isometrik (b=3). Faktor kondisi selama penelitian berkisar antara 0,87-2,05 dan berfluktuasi setiap bulan. Makanan ikan yang merupakan faktor penentu pertumbuhan ikan kapas-kapas didominasi oleh kelompok kopepoda. Pola pertumbuhan ikan kapas-kapas yang alometrik positif dengan faktor kondisi yang tinggi memberikan gambaran bahwa padang lamun Pulau Karang Congkak merupakan daerah asuhan yang baik bagi yuwana ikan kapas-kapas.
Karakter Meristik dan Morfometrik Spesies Ikan Asing Invasif Parachromis managuensis (Günther 1867) di Waduk Penjalin, Brebes, Jawa Tengah Adinda Kurnia Putri; Lilik Kartika Sari; Muslih Muslih; Nabela Fikriyya; Ani Haryati
Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik Vol 7 No 1 (2023): Februari
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.Vol.7.No.1.288

Abstract

The Jaguar Guapote, Parachromis managuensis is an alien species from the Cichlids that are potentially invasive and threaten the native and endemic fish species resources in Penjalin Reservoir, Brebes, Central Java.  This research aims to identify the Jaguar Guapote fish according to its morphometric and meristic characteristics. 50 Jaguar Guapote fish were collected from the fisherman around Penjalin Reservoirs and analyzed 20 morphometric and seven meristic characteristics. Twenty-one fish were in the juvenile stage while the rest 29 were in an adult stage that could be distributed into seven length classes. One-way ANOVA, Cluster Analysis, and Principal Component Analysis were performed to test the differences of morphometric characters, while the Kruskal-Wallis test was used to analyze the difference of its meristic characters according to length classes. The result of One-Way ANOVA shows significant differences in 15 morphometric characters. The smaller and the larger fish can differentiate by their head morphologies such as PoL (Post Orbital Length), SnL (Snout Length), HL (Head Length), dan PreDL (Pre-Dorsal Length). Although, the meristic characters revealed no significant differences based on the length classes.
Pengelolaan Satuan Lanskap Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Lereng Gunung Slamet (MLGS) di Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah Nabela Fikriyya; Marina Silalahi; Rizmoon Nurul Zukarnaen; Nisyawati Nisyawati; Hendra Helmanto; Adinda Kurnia Putri
Jurnal Hutan Tropis Vol 11, No 3 (2023): Jurnal Hutan Tropis Volume 11 Nomer 3 Edisi September 2023
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v11i3.17629

Abstract

Masyarakat lokal diketahui memiliki pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam yang diperoleh secara turun temurun, termasuk masyarakat Jawa di lereng Gunung Slamet. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan cara pengelolaan lanskap berdasarkan kearifan masyarakat dan menganalisis struktur komunitas di setiap satuan lanskap. Penelitian dilakukan di Desa (1) Ragatunjung, (2) Cipetung, dan (2) Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara semi terstruktur, dan analisis vegetasi. Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada 8 informan kunci dan 83 responsden yang ditentukan secara purposive sampling dan snowball sampling terkait pengelolaan satuan lanskap yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengelolaan satuan lanskap menerapkan sistem agroforestri untuk lahan kering dan terasering untuk lahan basah serta menerapkan pola penanaman tumpang sari. Pola pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat terbukti memiliki nilai konservasi yaitu, sistem agroforestri, sistem terasering, pembuatan teras bangku, pembuatan bedengan, dan pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa. 
Struktur Komunitas Satuan Lanskap di Lereng Gunung Slamet Jawa Tengah Fikriyya, Nabela; Silalahi, Marina; Zukarnaen, Rizmoon Nurul; Nisyawati, Nisyawati; Helmanto, Hendra; Putri, Adinda Kurnia
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 9, No 2 (2024): June 2024
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v9i2.6639

Abstract

Masyarakat Lereng Gunung Slamet memiliki pengetahuan diversifikasi satuan lanskap yang didasarkan atas fungsi, karakteristik, dan kepemilikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur komunitas satuan lanskap yang dimanfaatkan oleh Masyarakat Lereng Gunung Slamet. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019 — Januari 2020 di desa Lereng Gunung Slamet yaitu, (1) Desa Ragatunjung, (2) Desa Cipetung, dan (3) Desa Pandansari Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Pengumpulan data botani dilakukan dilakukan secara purposive sampling menggunakan transek kuadrat. Analisis vegetasi diolah menggunakan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Kekayaan (DMg), Indeks Kemerataan (e’), dan Indeks Kesamaan komunitas. Berdasarkan Analisis vegetasi ditemukan 136 spesies yang dikategorikan ke dalam 11 genus dan 55 famili. Analisis struktur komunitas dapat dilihat pada H’ berkisar antara 1,57—28,9 yang termasuk dalam kategori sedang. DMg berkisar antara 11,82 – 28,8 dan Indeks kemerataan berkisar antara 0,11—0,92. Indeks kesamaan antar satuan lanskap,  wanah dan majegan merupakan yang tertinggi yakni 62,67% yang termasuk kategori tinggi. Selanjutnya nilai Indeks kesamaan jenis lanskap yang sama antar desa, tertinggi pada lanskap majegan di Desa Cipetung dan Pandansari (45,71%.) dan wanah pada Desa Ragatunjung dan Desa Cipetung (42,86 %).
DETERMINASI STATUS MUTU AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) SERAYU MENUJU PENGELOLAAN DAS BERKELANJUTAN Sinda Dewi Lestari; Nova Ambar Sukma Wardhono; Nabela Fikriyya; Mohamad Rofiq Ulinuha; Nuning Vita HIDAYATI
Jurnal Perikanan Unram Vol 13 No 4 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i4.629

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu sebagian besar telah mengalami kerusakan dan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunnya kualitas air. Masalah utama di DAS Serayu diakibatkan oleh aktivitas masyarakat, industri, dan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan status mutu DAS Serayu berdasarkan parameter fisika-kimia perairan menggunakan metode Storet. Pengambilan sampel air dilakukan pada 18 stasiun dengan teknik purposive random sampling, kemudian dianalisis secara eksitu. Hasil menunjukkan bahwa status mutu DAS Serayu termasuk dalam kategori kelas C atau tercemar sedang dengan nilai -18. Nilai parameter COD, DO, dan fosfat terpantau tidak sesuai standar peruntukan yang telah ditetapkan. Sebagian besar DO kurang memenuhi standar, dimana nilai terendah berada pada stasiun 3 dengan nilai sebesar 0,58 mg/L. Nilai tertinggi COD sebesar 129,2 mg/L terdapat pada stasiun 8; dan nilai fosfat tertinggi berada pada stasiun 4 sebesar 0,58 mg/L. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi DAS Serayu perlu dimonitor secara berkala. Selain itu, perlu adanya upaya pengendalian atau strategi dalam pengelolaan DAS Serayu dengan mengikutsertakan keterlibatan semua pihak, termasuk komunitas masyarakat lokal.
Pelestarian Lingkungan Hidup Berbasis Pendidikan Islam di Pantai Sodong Cilacap Nurchamidah, Nurchamidah; Permatasari, Mahardhika Nur; Jefri Anjaini; Hery Irawan; Adinda Kurnia Putri; Fikriyya, Nabela; Ahmad Naufal Attaqi; Any Kurniawati; Ani Suryanti; Nuning Vita Hidayati
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 7 No 4 (2024): Oktober-Desember 2024
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jpmpi.v7i4.10088

Abstract

Pengabdian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pendekatan pelestarian lingkungan berbasis pendidikan Islam yang diterapkan di Kawasan Konservasi Nagara Pantai Sodong, Cilacap. Dalam ajaran Islam, pelestarian lingkungan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan alam (hablu minal alam) sebagai khalifah di bumi. Metode pengabdian yang digunakan meliputi penyuluhan kepada siswa sekolah dasar dengan tahapan kegiatan berupa survei lokasi, pretest, penyuluhan, pelepasan tukik, dan posttest. Penyuluhan difokuskan pada nilai-nilai Islam tentang pentingnya menjaga lingkungan melalui ayat-ayat Al-Qur'an, seperti QS Al-Baqarah:30 dan QS Ar-Rum:41, yang menegaskan tanggung jawab manusia dalam memelihara keseimbangan ekosistem. Hasil pengabdian menunjukkan peningkatan pemahaman siswa berdasarkan nilai posttest yang lebih tinggi dibandingkan pretest kondisi ini menunjukan teknik pendidikan yang efektif meliputi pendekatan keteladanan, nasihat, cerita, hukuman, dan pembiasaan. Pendekatan-pendekatan ini mampu menanamkan kesadaran lingkungan secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam ke dalam praktik sehari-hari. Program ini juga menyoroti peran penting pendidikan berbasis agama dalam menciptakan generasi yang peduli terhadap pelestarian lingkungan. Pendekatan integratif antara pendidikan lingkungan dan nilai-nilai Islam dapat menjadi solusi strategis dalam menghadapi masalah kerusakan lingkungan akibat ulah manusia. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut mencakup eksplorasi lebih dalam tentang efektivitas teknik-teknik pendidikan tertentu dan penerapannya pada kelompok masyarakat yang lebih luas. Pelestarian lingkungan melalui pendidikan berbasis agama dapat menjadi model yang relevan untuk menciptakan keseimbangan ekosistem yang berkelanjutan.