Articles
MENUMBUHKAN MINAT BACA DENGAN PENGENALAN PERPUSTAKAAN PADA ANAK SEJAK DINI
Shofaussamawati, Shofaussamawati
LIBRARIA Vol 2, No 1 (2014): LIBRARIA
Publisher : UPT. Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/libraria.v2i1.1189
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang tidak atau kurang gemar membaca. Padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dimana ajaran pertama yang disampaikan kepada orang Islam adalah perintah untuk membaca. Dengan membaca bisa kita dapatkan berbagai manfaat, Membaca sangat penting bagi kehidupan manusia. Kegiatan membaca buku merupakan kegiatan kognitif yang mencakup proses penyerapan pengetahuan, pemahaman, kemampuan analisis, kemampuan sintesis, dan kemampuan evaluasi. Dengan terbiasa membaca maka seseorang akan memiliki cakrawala pengetahuan yang luas, kreativitas terbuka, imajinasi tinggi, pemikiran yang maju dan berkembang serta menjadi cikal bakal pemberdayaan manusia yang cerdas dan berintelektual. Membaca adalah wujud dari sifat pembelajar. Sangat pantas jika buku disebut sebagai jendela dunia dan membaca merupakan investasi masa depan,tapi mengapa masyarakat kita kurang gemar membaca.Banyak factor yang melatar belakangi mengapa masyarakat Indonesia kurang gemar membaca. Di antaranya kurangnya ketersediaan buku karena harga buku yang mahal padahal daya beli masyarakat masih rendah. Oleh karena itu perlu adanya keterlibatan secara aktif dari berbagai pihak seperti orangtua, guru dan pemerintah untuk menumbuhkan minat baca sejak dini dengan memperkenalkan perpustakaan sejak dini. Akan tetapi, sulit mengharapkan anak-anak dan remaja untuk datang ke perpustakaan tanpa ada upaya yang jitu dan daya tarik dari perpustakaan itu sendiri. Menghadirkan perpustakaan yang ideal dan ramah anak adalah salah satu titik penting keberhasilan tujuan ini mengingat daya beli masyarakat terhadap buku masih rendah.
Teologi Sosial Masyarakat Pinggiran (Konsep Teologi Kaum Perempuan Dalam Memaknai Banjir di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus)
shofaussamawati, shofaussamawati;
Listiana, Anisa
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 11, No 2 (2018): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/palastren.v11i2.4158
The Undaan Kudus Community is the majority of farmers on the outskirts of the industrial city, Kudus, which are often affected by floods. Responding to these conditions the women of Undaan have ways and systems to consolidate existing elements through religious and cultural values. The religious and cultural values they use are in the form of recitation, yasinan, hadrah every Friday night and Monday night. The activities that shape the structure of their view of floods that often hit are different from those in other areas. For them, disaster or flood disaster is a part of life affairs that must be addressed wisely, recovery, rehabilitation and resilience. This study discusses how the theological transformation of Undaan women in interpreting the flood cycle in the Undaan region? The results show that Undaan women's theology views floods as a symbol of collective destruction, destruction of meaning, and dealing with danger. Therefore the ethics of dealing with floods is istirja ', patience, learning, and obedience to God.
Iman dan Kehidupan Sosial
Shofaussamawati, Shofaussamawati
RIWAYAH Vol 2, No 2 (2016): Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Publisher : ilmu hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/riwayah.v2i2.3133
Diakui atau tidak persoalan iman nampaknya dipahami hanya berhenti pada ranah teologis (Rukun Iman yang enam) Hampir-hampir umat Islam terfokus pada kajian iman dalam pengertian yang terbatas, parsial dengan melihat aspek iman hanya persoalan teologis kepada Allah, Rasul, kitab-kitab, malaikat, hari kiamat dan takdir. Padahal al-Qur’an mulia dan hadis-hadis tentang iman menyatakan secara tegas bahwa iman selalu dikaitkan dengan amal saleh dan akhlak. Rasulullah mengajarkan keimanan secara totalitas; dengan hati, lisan, dan perbuatan. Artinya kepercayaan dan keyakinan kepada Allah Swt harus dibarengi dengan perbuatan-perbuatan yang baik (amal shalih) dalam setiap kesempatan dan di manapun berada. Iman dalam konteks kehidupan sosial sebagaimana yang terekam dalam literature hadits memiliki jangkauan yang luas dan ruang lingkup yang tak terbatas. Ini tersirat dari informasi hadits bahwa iman memiliki 63 atau 73 lebih bagian (cabang). Dapat dikatakan bahwa iman meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Akan tetapi walaupun segi-segi sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan iman cukup luas jangkauan dan ruang lingkupnya, namun berdasarkan literature-literatur hadits yang merekam operasional dalam aktivitas sosial Rasulullah dapat dirumuskan nilai-nilai esensial dan universal sehingga memungkinkan untuk dimanifestasikan dalam konteks kekinian.
AMALAN ZIKIR NIHADHUL MUSTAGFIRIN: Studi Living Hadis di Yayasan Miftahurrahman Mindahan Kidul Batealit Jepara
Nafisah, Lailiyatun;
Shofaussamawati, Shofaussamawati
RIWAYAH Vol 5, No 2 (2019): Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Publisher : ilmu hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/riwayah.v5i2.5013
Artikel ini bertujuan meneliti praktik serta pemaknaan dari pembacaan Zikir Nihadul Mustagfirin di Yayasan Miftahurrahman Mindahan Kidul Batealit Jepara dalam perspektif living hadis. Penulis menggunakan metode dan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis teori sosial Karl Mannheim mengenai tindakan manusia dibentuk oleh dua dimensi, yakni perilaku (behavior) dan makna (meaning). Karl Mannheim menawarkan dan membedakan antara tiga macam makna yang terdapat dalam tindakan sosial, yakni: makna objektif, makna ekspresif dan makna documenter. Hasil penulisan menunjukkan bahwa 1) Zikir ini merupakan perilaku yang dilakukan sebagai bentuk pemahaman terhadap hadis Nabi dan memiliki makna. 2) Makna dari Zikir Nihadul Mustagfirin berdasarkan pada teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim adalah Pertama, makna objektif dzikir tersebut merupakan bentuk kepatuhan terhadap kyai yang Kedua, Makna ekspresif bahwa zikir tersebut bertujuan untuk media doa dalam memperlancar hajat, mendekatkan diri kepada Allah, penenang jiwa, ilmu, silaturrahim dan menghindari hal yang tidak bermanfaat. Ketiga, makna dokumenter yakni ZikirNihadul Mustagfirin secara sadar atau tidak sadar merupakan bentuk rutinitas dari masyarakat Yayasan Miftahurrahman.
Ikhlas PersPektIf al-Qur’an : kajian tafsir Maudhu’i
Shofaussamawati, shofaussamawati
HERMENEUTIK Vol 7, No 2 (2013): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/hermeneutik.v7i2.927
Artikel ini membahas tentang makna ikhlas yang bertujuan untukmengungkap tentang makna ikhlas dalam kajian tafsi>r maud} u’i.Diera modern ini, semakin banyak ditemukan manusia yang lebihcenderung untuk memandang bahwa hidup ini tidak ada yanggratis, selalu ada cost yang harus dibayar, hal ini yang menjadikanmereka selalu memperhitungkan untung rugi dalam segalaaspek prilaku dan pekerjaannya. Paradigma ini pada gilirannyamenjadikan suatu problem, yaitu sulitnya suatu perbuatan yangdilakukan manusia yang tulus ikhlas. Oleh karena itu kehadiranpenafsiran tentang ikhlas} memiliki nilai urgensinya tersendiri.Tulisan ini menggunakan pendekatan konten analisis sehinggadapat menggambarkan dan menjelaskan secara gamblangtentang makna ikhlas yang sesungguhnya dalam perspektif alQur’an. Hasilnya adalah bahwa ikhlas merupakan perbuatan yangberlandaskan motivasi untuk mempeoleh keridaan Allah swt.
PERAN KH. MUHAMMAD ARWANI DALAM PENGEMBANGAN ILMU QIRAAT DI INDONESIA
shofaussamawati, shofaussamawati
HERMENEUTIK Vol 11, No 1 (2017): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/hermeneutik.v11i1.4520
Ilmu Qira’at adalah termasuk salah satu bagian dari ilmu-ilmu al-Qur’an (Ulum al-Qur’an), tapi sayangnya ilmu ini terutama di Indonesia kurang mendapatkan perhatian oleh para Ulama. Khazanah kajian al-Qur’an di Indonesia mayoritas berada pada bidang Tafsir, ini dapat difahami karena tafsir atau penjelasan isi al-Qur’an adalah bagian yang sangat penting bagi masyarakat muslim. Akan tetapi, qira’at juga sangat diperlukan dalam tafsir al-Qur’an, oleh karena itu kajian terhadap ilmu qira’at menjadi sangat urgen. Salah seorang ulama Indonesia yang mempunyai konsentarasi penuh terhadap ilmu qira’at adalah KH.Arwani. Maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bagaimana peranan beliau dalam mengembangkan ilmu qira’at di Indonesia
Epistemology and Resistance to the Meaning of Religious Moderation in Islamic Boarding Schools
Muhtador, Moh.;
Shofaussamawati, Shofaussamawati;
Rahman, Zaizul Ab
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 5, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15548/al-adyan.v5i1.8368
The concept of religious moderation has been widely promoted by the Ministry of Religious Affairs, but it has not fully reached pesantren, potentially leading to conflicts. This article aims to uncover the various meanings of moderation among the Santri and to examine the epistemological framework derived from the kitab kuning (classical Islamic texts). The exegesis-phenomenology method was used by asking the Santri for their views on religious moderation and confirming their behaviors to understand the sources and methods of their knowledge. The findings show that the meaning of religious moderation in pesantren is natural-adaptive, and its epistemology is characterized as Bayani-cognitive. This article contributes theoretically to understanding the various meanings of moderation in pesantren and practically to policy-making for the widespread dissemination of religious moderation in religious institutions.Gagasan moderasi beragama telah disebarkan secara luas oleh Kementerian Agama, namun belum sepenuhnya mencapai pesantren, ini berpotensi menimbulkan konflik. Artikel ini bertujuan mengungkap varian makna moderasi di kalangan santri dan meneliti bangunan epistemologi yang bersumber dari kitab kuning. Metode exegesis-fenomenologi digunakan dengan meminta pandangan santri tentang moderasi beragama dan mengkonfirmasi perilaku mereka untuk mengetahui sumber dan metode pengetahuan mereka. Temuan menunjukkan bahwa makna moderasi beragama di pesantren bersifat natural-adaptif dan epistemologinya bercorak bayani-kognitif. Artikel ini berkontribusi secara teoritis dalam memahami varian makna moderasi di pesantren dan secara praktis bagi kebijakan penyebaran moderasi beragama di lembaga keagamaan.
‘Allāl al-Fāsī and Sahal Mahfudh: Maqāṣid asy-Sharī’a as the Meeting Point of the Different Inclinations Rooted in Sunni Tradition
Haqqi, Muhammad Nashrul;
Shofaussamawati, Shofaussamawati
ADDIN Vol 17, No 1 (2023): ADDIN
Publisher : LPPM IAIN Kudus
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21043/addin.v17i1.17114
This article aims to highlight the position of 'Allāl and Sahal in the development of Maqāṣid al-Syar'a theory and its application to political, social, and economic problems. The approach is carried out by examining their intellectual career background, examining the theory of the development of Maqāṣid al-Syar'a theory and how they implement it. As a result, 'Allal and Sahal took different positions about Maqāṣid al-Syar'a, although in the and they produced similar or almost the same legal opinions. They both propose a democratic government, an economy that prioritizes the interests of the community, and social conditions that prioritize the interests of women. The dominant difference lies in the characteristics of the choice of sources that indicate affiliation. ' Allāl more often refers to the Qur'an and Sunnah as recommended by the Salafis. While Sahal more often refers to the fiqh tradition advocated by traditional schools, by accommodating modern theories, such as philosophy and social sciences. At this point, the author argues that the concept of Maqāṣid al-Syar'a is a meeting point for various tendencies rooted in the Sunni intellectual tradition, including the different tendencies espoused by 'Allāl and Sahal.
Philological Insights in Qur'an and Tafsir Education: A Framework for Developing Teaching Materials
Shofaussamawati, Shofaussamawati;
Khusniyah, Aziizatul;
Setyaningsih, Enggelina Oka;
Kuzairi, Muhammad
Utamax : Journal of Ultimate Research and Trends in Education Vol. 6 No. 2 (2024): Utamax : Journal of Ultimate Research and Trends in Education
Publisher : LPPM Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru. Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31849/utamax.v6i2.20273
This research explores the potential for integrating philological methods into the development of the Quran's teaching material and manuscript-based interpretations. The study aims to compile in-depth and authentic educational material using ancient manuscripts as primary sources. The methods used included textual and contextual analysis of the manuscripts of the Qur'an and interpretations of the classical period, which were chosen through a rigorous curation process. The results of this study show that the integration of philology not only enriches the content of the teaching material but also improves the student's conceptual and historical understanding of classical texts. Furthermore, this article discusses the challenges and solutions in translating and adapting the contents of manuscripts into pedagogical formats suitable for modern classrooms. This research has made important contributions to the teaching methods of the Qur'an and to a more dynamic and historical evidence-based interpretation.
Qur'anic Digital Civility: Contemporary Indonesian Muslim Interaction on Social Media
Fatah, Abdul;
Shofaussamawati, Shofaussamawati;
Khusniyah, Aziizah
Jurnal Theologia Vol 33, No 2 (2022)
Publisher : The Faculty of Islamic Theology and Humanities, UIN Walisongo Semarang, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21580/teo.2022.33.2.13367
This paper examines how the digital civility (morality) of contemporary Indonesian Muslim interaction on social media. The gap in Muslim behaviour on social media with the teachings of the Qur'an is caused by negative prejudice or sadistic behaviour; therefore, the values of Qur'anic digital civility are degraded. The research method used is a literature review examining Muslim interaction on social media such as Facebook, Twitter and YouTube. Contextual hermeneutics is used to analyze the interaction patterns of Muslims on social media. This research shows that Muslim interaction patterns on social media fall into the disassociation category, leading to incivility. One of incivility is flaming (verbal attacks in the form of blasphemy and insults); this is proven by hateful posts on social media. This behaviour pattern in social media is far from Qur'anic values which call for good speech, honesty and avoiding hoaxes; the words used must be courteous, put forward the principles of appropriateness and decency, and smooth and soft. These values of Qur'anic teaching are called digital Qur'anic civility