Hasyim Mahmud Wantu
IAIN Sultan Amai Gorontalo

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MODEL PEMBELAJARAN COMPONENT DISPLAY THEORY-SELF CONFIDENCE (CDT’S) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Hasyim Mahmud Wantu; Novianty Djafri; Nina Lamatenggo; Masri Kudrat Umar
Irfani Vol. 18 No. 2 (2022): Irfani (e-Journal)
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/ir.v18i2.3060

Abstract

Menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh David Merrill tahun 1983 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam cenderung belumlah cukup, karena harapan akhir dari Pembelajaran Agama Islam adalah pada tataran pengamalan. Untuk sampai pada tingkat pengamalan maka tingkat unjuk kerja (1) mengingat (baik mengingat verbal maupun memahami), (2) menggunakan dan (3) menemukan, hendaknya ditambah dengan meyakini sehingga potensi pengamalan akan lebih besar. Meyakini (self-cinfidence) selanjutnya menjadi tambahan unjuk kerja CDT sehingga menjadi CDT’s (Component Display Theory-Self confidence). Model ini dipandang cenderung lebih tepat, mengingat bahwa keyakinan diri lebih dekat pada pengenalan diri, dan pengenlan diri lebih dekat dengan pengenalan pada Tuhannya untuk selanjutnya mengenal Allah SWT. Untuk menemukan Model CDT’s digunakan penelitian pengembangan menurut Borg & Gall 1983. Kesimpulannya adalah Model CDT’s (1) adalah pengembagangan Model CDT Merril yang pada tingkatan unjuk kerja ada penambahan “meyakini” , dan (2) pada tipe isi ajaran/materi sajian pembelajaran ada penambahan “fardhu ‘ain (wajib). Dengan demikian dua konten utama yang menambah model CDT menjadi CDT’s yaitu; keyakinan dan ‘ain (wajib). Dan (2) Keyakinan adalah perilaku melaksanakan (taat) yang menunjukkan kemampuan diri dalam melakukan sebuah tindakan dan menyelesaikannya dengan pencapaian sesuai harapan yang tertinggi. Dalam persepektif PAI, keyakinan itu adalah sikap tunduk pada perintah Allah SWT pada yang wajib (‘ain), dan melaksanakannya dengan sempurna.
Learning Organizational Leadership Strategy in Improving the Quality of Middle Level Education Muhammad Ihsan Dacholfany; Samsudin Samsudin; Rinovian Rais; Ferdinand Salomo Leuwol; Hasyim Mahmud Wantu
Edumaspul: Jurnal Pendidikan Vol 7 No 1 (2023): Edumaspul: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33487/edumaspul.v7i1.6403

Abstract

The research is motivated by the need to form an appropriate leadership strategy to improve the quality of education by collaborating with all members including teachers, staff, students, and parents or guardians of students. This study aims to analyze and answer learning organization leadership strategies in improving the quality of secondary education. The research method used is a literature study based on articles, papers, books and other sources that support research with a qualitative approach. The results of this study indicate that improving the quality of secondary education requires strong leadership from school principals, good teacher performance, student and parent involvement in the education process, and attention to internal and external factors that affect education quality.
Pendidikan Karakter Untuk Membentuk Moralitas Anak Bangsa Hasyim Mahmud Wantu
Irfani (e-Journal) Vol. 16 No. 1 (2020): Irfani (e-Journal)
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/ir.v16i1.1310

Abstract

Masyarakat Indonesia sampai saat ini terus mengalami perubahan-perubahan yang sangat pesat, baik itu perubahan kecil maupun perubahan besar. Perubahan ini terjada diberbagai bidang. Kita perlu belajar pada sejarah bahwa perubahan zaman tidak bisa dilawan dan dilarang. Berkaca pada perjalanan sejarah bahwa kemajuan zaman, dan semua yang terkait teknologi tidak bisa dilawan. Jika kita bertahan pada pilihan konvensional, maka justru akan terkubur, terlindas oleh zaman. Perubahan-perubahan zaman membawa setiap lapisan masyarakat pada kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Namun dengan adanya kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang madani khusunya dikalangan remaja dan setiap anak bangsa, ternyata malah justru telah mengikis nilai-nilai kesopanan, ajaran baik tentang perbuatan dan kelakuan (akhlaq) atau sering kali kita sebut sebagai moral. Penomena kemorosotan moral dikalangan remaja anak bangsa dewasa ini sudah sangat mengkhawatirkan. Maka, untuk mengatasi kemerosotan moral yang sudah melanda anak bangsa tiada lain upaya yang harus dilakukan yaitu salah satunya dengan menanamkan pendidikan karakter baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sedini mungkin. Hal ini penting dilakukan karena apabila tidak dilakukan sedini mungkin, maka akan sangat sulit menanamkan karakter yang positif ketika mereka beranjak dewasa.
MODEL PEMBELAJARAN COMPONENT DISPLAY THEORY-SELF CONFIDENCE (CDT’S) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Hasyim Mahmud Wantu; Novianty Djafri; Nina Lamatenggo; Masri Kudrat Umar
Irfani (e-Journal) Vol. 18 No. 2 (2022): Irfani (e-Journal)
Publisher : LP2M IAIN Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30603/ir.v18i2.3060

Abstract

Menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh David Merrill tahun 1983 dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam cenderung belumlah cukup, karena harapan akhir dari Pembelajaran Agama Islam adalah pada tataran pengamalan. Untuk sampai pada tingkat pengamalan maka tingkat unjuk kerja (1) mengingat (baik mengingat verbal maupun memahami), (2) menggunakan dan (3) menemukan, hendaknya ditambah dengan meyakini sehingga potensi pengamalan akan lebih besar. Meyakini (self-cinfidence) selanjutnya menjadi tambahan unjuk kerja CDT sehingga menjadi CDT’s (Component Display Theory-Self confidence). Model ini dipandang cenderung lebih tepat, mengingat bahwa keyakinan diri lebih dekat pada pengenalan diri, dan pengenlan diri lebih dekat dengan pengenalan pada Tuhannya untuk selanjutnya mengenal Allah SWT. Untuk menemukan Model CDT’s digunakan penelitian pengembangan menurut Borg & Gall 1983. Kesimpulannya adalah Model CDT’s (1) adalah pengembagangan Model CDT Merril yang pada tingkatan unjuk kerja ada penambahan “meyakini” , dan (2) pada tipe isi ajaran/materi sajian pembelajaran ada penambahan “fardhu ‘ain (wajib). Dengan demikian dua konten utama yang menambah model CDT menjadi CDT’s yaitu; keyakinan dan ‘ain (wajib). Dan (2) Keyakinan adalah perilaku melaksanakan (taat) yang menunjukkan kemampuan diri dalam melakukan sebuah tindakan dan menyelesaikannya dengan pencapaian sesuai harapan yang tertinggi. Dalam persepektif PAI, keyakinan itu adalah sikap tunduk pada perintah Allah SWT pada yang wajib (‘ain), dan melaksanakannya dengan sempurna.