Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Pemanfaatan Sisa Biomassa Tanaman Ganyong Sebagai Media Tambahan Pertumbuhan Jamur Tiram Pambudi, Arief
BIOWALLACEA Vol 1, No 2 (2015): BioWallacea Vol 1 No 2
Publisher : Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ganyong (Canna edulis) merupakan salah satu tanaman berumbi penghasil pati. Setelah umbi dipanen, umumnya sisa biomassa ganyong tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja sebagai sampah. Pemanfaatan sisa biomassa ganyong dapat menjadi praktik pertanian zero waste. Sisa biomassa tanaman ganyong masih mengandung lignin dan selulosa yang memungkinkan digunakan sebagai media tumbuh jamur kayu, salah satunya jamur tiram. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pertumbuhan jamur tiram pada baglog media dengan beberapa konsentrasi biomassa ganyong sebagai substitusi penggunaan serbuk gergaji. Lima macam perlakuan berturut-turut 100% serbuk gergaji (A), 75% serbuk gergaji + 25% biomassa ganyong (B), 50% serbuk gergaji + 50% biomassa ganyong (C), 25% serbuk gergaji + 75% biomassa ganyong (D), dan 100% biomassa ganyong (E).  Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dan analisis data dilakukan dengan uji ANOVA diteruskan dengan uji lanjut DMRT. Dari kelima perlakuan, perlakuan C (proporsi seimbang antara serbuk gergaji dan biomassa ganyong) memberikan hasil pertumbuhan terbaik dalam hal umur panen, jumlah tubuh buah, bobot basah dan kering, serta efisiensi biologis. Sisa biomassa ganyong dapat dimanfaatkan sebagai alternatif media tambahan dalam produksi jamur tiram disamping penggunaan serbuk gergaji. Kata Kunci: biomassa ganyong, media alternatif jamur tiram, pertanian zero waste
PENGOLAHAN LIMBAH BULU AYAM SEBAGAI PAKAN TERNAK DI JAMPANG BOGOR Riris Lindiawati Puspitasari; Arief Pambudi; Rossi Septy Wahyuni; Ainul Haq
SABDAMAS Vol 1 No 1 (2019): SABDAMAS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unika Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.88 KB)

Abstract

Desa Jampang merupakan salah satu wilayah di Bogor, Jawa Barat, yang memasok kebutuhan ayam pedaging ke konsumen di luar wilayahnya. Di wilayah tersebut terdapat Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang dikelola secara tradisional oleh pemiliknya. Di sekitar RPA banyak dijumpai limbah bulu ayam. Limbah yang tidak tertangani dapat berpotensi mencemari lingkungan. Maka, kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan adalah pengolahan limbah bulu ayam menjadi campuran pakan ternak. Pengolahan limbah bulu ayam bertujuan mengurangi penumpukan bulu ayam. Metode kegiatan adalah sosialisasi, pelatihan, introduksi teknologi, pendampingan, dan evaluasi. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan wawasan mitra dan warga sekitar RPA mengenai pentingnya menjaga sanitasi dan hieginitas RPA. Limbah bulu ayam telah diolah menjadi campuran pakan ternak. Kadar proksimat yang dikandung oleh hasil olahan limbah bulu ayam adalah bahan kering 88,74%; air 11,26%; abu 4,7%; bahan organik 95,3%; lemak 9,93%; karbohidrat 5,31%; protein 80,06%. Selain itu, sosialisasi pentingnya RPA yang terjamin sanitasi dan hieginenya mampu meningkatkan kepercayaan konsumen mengenai kehalalan produk ayam sehingga meningkatkan omzet ayam potong mitra menjadi 50 ekor setiap harinya.
Perbandingan Pertumbuhan Jamur Tiram Putih di Kumbung Ciseeng dan Universitas Al-Azhar Indonesia Putri Kenanga; Arief Pambudi; Riris L. Puspitasari
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 7, No 2 (2014): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.263 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v7i2.2721

Abstract

White oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) is one of wood fungi which easy to grow at rotting wood and organic waste. White oyster mushroom is rich in protein, carbohydrates, minerals, and vitamins. Environmental factors affecting the growth of white oyster mushrooms is temperature and humidity. The study aims to compare the growth and production of white oyster mushroom in different location, Ciseeng and University of Al-Azhar Indonesia (UAI). Cultivation in UAI done in a controlled situation using autoclave sterilization, inoculation using enkas and the treatment is watering on gunny sack in the mushroom house regularly. Whereas, cultivation in Ciseeng less controlled by traditional cultivation using steam sterilization and inoculation process at open space. Wet weight, dry weight, and biological efficiency results is higher in UAI than Ciseeng at 7.95%, 14.5%, and 7.34% higher, respectively. Morphological parameter such as number of fruiting body, mushroom cap diameters, and stem lenght also show better in UAI than Ciseeng at 23.67%, 8.75%, 54.96% higher, respectively. Better result of mushroom cultivation at UAI supported by 28.3oC average temperature and 93.95% humidity, meanwhile in Ciseeng average temperature and humidity was 29.25oC and 82.15%.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI TANAH SAWAH DI DESA SUKAWALI DAN DESA BELIMBING, KABUPATEN TANGERANG Arief Pambudi; Susanti Susanti; Taufiq Wisnu Priambodo
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 10, No 2 (2017): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.781 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v10i2.4907

Abstract

Abstrak Penggunaan pupuk kimia secara berlebih dapat menyebabkan kerusakan tanah dan menyebabkan ekosistem yang ada didalamnya terganggu. Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) adalah bakteri yang hidup di daerah rizosfer tanaman yang dapat berperan sebagai biofertilizer, biostimulan dan bioprotektan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui karakteristik bakteri tanah yang berasal dari dua area persawahan, lokasi pertama di Desa Sukawali (TGR 1) dan lokasi kedua di Desa Belimbing (TGR 2), Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel tanah, kemudian sampel dikultur dalam media agar nutrien dengan pengenceran bertingkat. Total bakteri dihitung dan isolat yang diperoleh diuji kemampuan dan karakternya dalam menambat nitrogen (BPN), melarutkan fosfat (BPF), menghasilkan indole acetic acid (IAA), menghasilkan Hidrogen Cyanide (HCN), aktivitas katalase, jenis Gram dan karakter motilitas. Total bakteri yang dapat tumbuh dari kedua lokasi sebanyak 2,4x106 CFU/g dan 1,8x106 CFU/g. Kedua lokasi diperoleh total 45 isolat dengan seluruhnya positif BPN, 42 isolat positif BPF, 24 isolat menghasilkan IAA, 27 isolat menghasilkan HCN, 43 isolat katalase positif, 39 isolat Gram positif, 6 isolat Gram negatif, serta 41 isolat motil. Berdasarkan uji yang dilakukan, terdapat 16 isolat yang berpotensi sebagai pupuk hayati.  Abstract Excessive use of chemical fertilizer may cause soil damage and disturb the ecosystem. Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) is a consortium bacteria that live in plant rhizosphere which acts as biofertilizer, biostimulant, and bioprotectant. The objective of this research is to isolate and investigate the characteristics of soil bacteria originating from two rice fields in Sukawali Village (TGR 1) and Belimbing Village (TGR 2), Tangerang Regency. The research was conducted by collecting soil samples and then culturing the bacteria onto nutrient agar medium with serial dilution. The total bacteria were calculated and the isolates obtained were examined for their ability and characteristics on nitrogen-fixation, phosphate solubilization, IAA production, HCN production, catalase activity, Gram assay, and motility. The total plate count from both TGR 1 and TGR 2 were 2.4x106 CFU/g and 1.8x106 CFU/g, respectively. From these locations 45 isolates obtained were positive nitrogen-fixer, 42 isolates were phosphate solubilizer, 24 isolates were IAA producer, 27 isolates were HCN producer, 43 isolates were catalase positive, 39 isolates were Gram-positive, 6 isolates were Gram-negative, and 41 isolates were motile. On the whole results, it was concluded that there were 16 isolates that could potential as biofertilizer. 
KONSERVASI TANAMAN KHAS CILIWUNG MELALUI EDUKASI KOMUNAL Riris Lindiawati Puspitasari; Arief Pambudi; Dewi Elfidasari
Bahasa Indonesia Vol 17 No 02 (2020): Sarwahita : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/sarwahita.172.7

Abstract

Abstract As an area with unique biodiversity, the area around Ciliwung plays a major role in determining the sustainability of this role. One of the Ciliwung watershed parts of Jakarta, namely in Pejaten Timur Pasar Minggu, there is an area that is very well preserved. Based on the priority problems of the partners, the solutions offered are increasing public knowledge and transfer of science and technology regarding the conservation of typical Ciliwung plants. Increasing knowledge is deemed necessary and important because the community is an active actor in biodiversity. The methods for implementing the Ciliwung special plant conservation education are socialization, training and education, introduction of science and technology, mentoring, and monitoring. The partners involved are the Ciliwung Care Community (KPC) Gema Bersuci and people around KPC. The result of the activity is an increase in partners insights regarding the importance of conservation, recording and labeling of plants at partner locations, and planting of seedlings on the border. The conclusion of the activity is that there are around 100 types of plants that grow in partner locations, planting Moringa seeds along the border of the partner's area, labeling 100 types of plants, and the community plays an active role in conservation of Ciliwung's typical plants. Abstrak Sebagai wilayah dengan keanekaragaman hayati yang khas, wilayah sekitar Ciliwung berperan besar dalam menentukan sustainabilitas peranan tersebut. Salah satu DAS Ciliwung bagian Jakarta, yaitu tepatnya di Pejaten Timur Pasar Minggu terdapat wilayah yang sangat dijaga kelestariannya. Berdasarkan permasalahan prioritas pada mitra maka solusi yang ditawarkan yaitu peningkatan pengetahuan masyarakat dan transfer iptek mengenai konservasi tanaman khas Ciliwung. Peningkatan pengetahuan dianggap perlu dan penting karena masyarakat merupakan pelaku aktif kelestarian hayati. Metode pelaksanaan edukasi konservasi tanaman khas Ciliwung yaitu sosialisasi, pelatihan dan edukasi, introduksi iptek, pendampingan, dan monitoring. Mitra yang terlibat adalah Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Gema Bersuci dan masyarakat. Hasil kegiatan adalah adanya peningkatan wawasan mitra mengenai pentingnya konservasi, tercatat dan terlabelnya tanaman di lokasi mitra, serta penanaman bibit di sempadan. Kesimpulan kegiatan adalah terdapat sekitar 100 jenis tanaman yang tumbuh di lokasi mitra, penanaman bibit kelor di sepanjang sempadan wilayah mitra, pelabelan terhadap 100 jenis tanaman, dan masyarakat berperan aktif dalam kegiatan konservasi tanaman khas Ciliwung.
Evaluasi Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Mandiri Prodi Biologi Universitas Al Azhar Indonesia: Studi Kasus Respon Mahasiswa Risa Swandari Wijihastuti; Analekta Tiara Perdana; Arief Pambudi; Firman Alamsyah; Riris Lindiawati Puspitasari; Yunus Effendi; Nurul Fauzia; Adinda Citra Dianita
Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial Vol 3, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jaiss.v3i2.1030

Abstract

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan salah satu program yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Program tersebut terdiri dari 8 kegiatan yang dapat mengasah kompetensi hard skills maupun soft skills mahasiswa. Beberapa kegiatan Program MBKM telah dilakukan di Program Studi Biologi Universitas Al-Azhar Indonesia (Prodi Biologi UAI), yaitu program pertukaran pelajar, program asistensi mengajar dan program magang bersertifikat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hasil evaluasi respons mahasiswa terhadap Program MBKM mandiri Prodi Biologi UAI. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan survey untuk mengetahui respons dari mahasiswa baik yang belum dan sudah melaksanakan Program MBKM. Hasil evaluasi respons mahasiswa menunjukan bahwa mahasiswa Prodi Biologi UAI sering mendengar istilah MBKM dan mengetahui bahwa Prodi Biologi UAI menyelenggarakan Program MBKM. Sebagian mahasiswa Prodi Biologi UAI yang belum mengikuti Program MBKM sangat berminat untuk bergabung, dan mahasiswa yang telah mengikuti Program MBKM merasa sangat puas dan ingin mengikuti program lainnya.Kata Kunci – MBKM, Prodi Biologi Universita Alzhar Indonesia, Respon
Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Tanah Sawah di Kecamatan Medan Satria dan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat Arief Pambudi; Nita Noriko; Endah Permata Sari
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 3, No 4 (2016)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v3i4.233

Abstract

Abstrak - Produksi padi di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan, namun peningkatan ini belum mampu memenuhi kebutuhan nasional sehingga impor masih harus dilakukan. Salah satu masalah dalam produksi beras adalah penggunaan pupuk berlebih yang tidak hanya meningkatkan biaya produksi, namun juga merusak kondisi tanah. Aplikasi bakteri tanah sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dapat menjadi salah satu solusi terhadap masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri tanah dari 3 lokasi sawah daerah Bekasi, membandingkan keberadaan total bakteri pada ketiga lokasi tersebut,  dan melakukan karakterisasi isolat berdasarkan karakter yang dapat memicu pertumbuhan tanaman. Dari ketiga lokasi, diperoleh total 59 isolat dan 5 diantaranya berpotensi sebagai PGPR karena kemampuan fiksasi Nitrogen, melarutkan Fosfat, katalase positif, dan motil. Dari ketiga lokasi pengambilan sampel, BK1 memiliki jumlah total bakteri terendah karena aplikasi pemupukan dan pestisida berlebih yang ditandai tingginya kadar P total, serta tingginya residu klorpirifos, karbofuran, dan paration. Kondisi fisik tanah BK1 juga didominasi partikel liat yang menyebabkan tanah menjadi lebih padat. Peningkatan jumlah penggunaan pupuk tidak selalu diikuti peningkatan produktivitas tanaman. Kata Kunci - Bakteri tanah, Rhizosfer sawah, PGPR, Pupuk Hayati Abstract - Rice production in Indonesia has increased annually, but this increase has not reached national demand,so imports still done. One of the problems in rice production is the use of excessive fertilizers that not only increase production costs, but also decreased the soil conditions. The application of soil bacteria as Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) can be the one solution to face this problem. The objective of this study was isolate soil bacteria from 3 locations of rice field in Bekasi, compare the total bacteria in the three locations, and characterize isolates based on the character that can promote plant growth. From three locations, a total of 59 isolates were obtained and 5 of them were potential as a PGPRs due to its Nitrogen fixation activity, Phosphate solubilization, positive catalase, and motility. From three sampling sites, BK1 has the lowest TPC value because of excessive  fertilizers and pesticides application which indicated by high total P levels, and also high chlorpyrifos, carbofuran and paration residues. The physical condition of BK1 soil is also dominated by clay particles which causes the soil more solid. Increasing of fertilizer application is not always followed by increased plant productivity. Keywords - Biofertilizer, PGPR, Rice field rhizosphere, Soil Bacteria
Diversifikasi Pangan Sumber Karbohidrat Canna edulis Kerr. (Ganyong) Nita Noriko; Arief Pambudi
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v2i4.160

Abstract

Abstrak - Fenomena adanya penyakit akibat kurangnya asupan serat yang memicu penyakit degeneratif di masyarakat perlu mendapat perhatian karena dapat menimbulkan masalah nasional di masa mendatang. Penelitian mengenai kadar serat dan metabolit sekunder Canna edulis Kerr. (Ganyong) yang dilanjutkan dengan pengabdian masyarakat  telah dilakukan.  Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey sedangkan pengabdian masyarakat berupa edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya serat dan metabolit sekunder melalui diversifikasi pangan sumber karbohidrat non beras seperti Canna edulis Kerr. (Ganyong). Hasil penelitian menunjukkan bahwa serat tertinggi Ganyong terdapat pada daun, selain itu ganyong juga mengandung metrabolit sekunder seperti flavonoid, steroid dan alkaloid. Pengabdian masyarakat dilaksanakan di desa Sindanglengo Gunung Putri Jawa Barat. Penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat telah mengetahui ganyong akan tetapi tidak mengetahui manfaatnya bagi kesehatan. Oleh sebab itu budidaya ganyong kurang dikembangkan  oleh masyarakat. Abstract - The phenomenon of disease that caused by lack of  fiber intake that induce  degenerative  disease  is important  to get attention  because it  can cause national problem in the future. The research on fiber concentration and secondary metabolic Canna edulis Kerr. (Ganyong) that continued by community serviced were conducted.  The methodology  used  in this research was a survey techniques, whereas  community serviced was done through extension to the community about the important of fiber and secondary metabolites through food diversification like Canna edulis Kerr (Ganyong). The research showed that the highest Ganyong fiber found in leaf, leaves also contained secondary metahabolites like flavonoid, steroid and alkaloid. Community serviced was done in desa Sindanglengo Gunung Putri Jawa Barat. This activity indicated that most community has known about Ganyong but they didn’t know its benefit for health, which result in lack of Ganyong cultivation. Keywords – degenerative disease, secondary metabolite, education,  food diversification
Keanekaragaman Fitoplankton Sungai Ciliwung Pasca Kegiatan Bersih Ciliwung Arief Pambudi; Taufiq W Priambodo; Nita Noriko; Basma Basma
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 3, No 4 (2016)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v3i4.235

Abstract

Abstrak - Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang tercemar karena banyak dimanfaatkan oleh warga jakarta diantaranya untuk kegiatan industri dan rumah tangga. Salah satu parameter biologi yang dapat digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan yaitu Fitoplankton. Peran fitoplankton dalam ekosistem perairan yaitu sebagai produsen primer, hal ini karena fitoplankton memiliki kemampuan untuk fotosintesis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2016. Kegiatan Bersih Ciliwung dilaksanakan dari Rindam Jaya, Condet menuju Bidara Cina. Pasca kegiatan bersih ciliwung nilai oksigen terlarut (DO) dari hulu Rindam Jaya (Condet) menuju hilir hingga Bidara Cina mengalami penurunan, sehingga dapat mempengaruhi keanekaragaman fitoplankton. Perbedaan ini diduga memberikan gambaran keragaman komunitas fitoplankton yang berbeda sehingga dilakukan pengambilan sampel fitoplankton di kedua titik tersebut masing-masing dengan 3 kali pengulangan. Metode pengambilan sampel fitoplankton yang digunakan yaitu metode sampling Horizontal dan sampel diidentifikasi menggunakan Sedgewick Rafter Cell Counting (SRCC). Berdasarkan penelitian, total kelimpahan di Rindam Jaya lebih tinggi dibandingkan di Bidara Cina dengan angka berturut-turut 2511 Ind/L dan 1495 Ind/L. Hasil identifikasi fitoplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 53 genus yang termasuk ke dalam 5 divisi yaitu, Bacillariophyta (20), Chlorophyta (16), Chrysophyta (5), Cyanophyta (8), dan Rhodophyta (4). Kelimpahan fitoplankton pada stasiun Rindam jaya lebih tinggi dibandingkan di Bidara Cina. Kata Kunci - Fitoplankton, Sungai Ciliwung, BioIndikator Abstract – Ciliwung river is one of the most polluted rivers because it’s used by many citizens of Jakarta for Industrial and household activity. One of biological parameter that’s can be used as an indicator of environmental changed is Phytoplankton.  The role of phytoplankton in aquatic ecosystem that is as primary producers, this is because phytoplankton have the ability to photosytensis. This study was conducted from February to July 2016. Ciliwung clean activity is implemented from Rindam Jaya, Condet to Bidara Cina. Post-activity clean ciliwung value of dissolved-oxygen from upstream Ridam Jaya, Condet to downsream Bidara Cina decreased, so that it can affect the diversity of phytoplankton. This difference is thought to give a picture of the diversity of different phytoplankton community so that samples were taken of phytoplankton in two points each with three repetitions. Phytoplankton sampling method was used Horizontal sampling method and samples were identified using Sedgewick Rafter Cell Counting (SRCC). Based on the research, the total abundance in Rindam Jaya is higher than in Bidara Cina with consecutive numbers 2511 Ind / L and 1495 Ind / L. The results of phytoplankton identification were found in the study sites of 53 genera belonging to 5 divisions namely, Bacillariophyta (20), Chlorophyta (16), Chrysophyta (5), Cyanophyta (8), and Rhodophyta (4). The abundance of phytoplankton at Rindam Jaya station is higher than in Bidara Cina. Keyword - Phytoplankton, Ciliwung River, Indicator Biotecnology
Identifikasi Bioaktif Golongan Flavonoid Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.) Arief Pambudi; Syaefudin -; Nita Noriko; Risa Azhari; Purwanty Rara Azura
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sst.v2i3.139

Abstract

Abstrak – Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah. Namun, untuk jenis tumbuhan, baru sekitar 8% yang dimanfaatkan sebagai tanaman pangan, obat-obatan, sumber kayu, dan  tanaman hias. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah Acalypha indica. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri Salmonella. Namun profil senyawa metabolit apa saja yang terkandung masih belum banyak diteliti. Fraksinasi senyawa metabolit dilakukan dengan kromatografi kertas pada ekstrak etanol (akar, batang, dan daun) tanaman Acalypha menggunakan eluen BAW (Butanol: Asam asetat: Air = 4:1:5) dan asam asetat 15%. Jumlah, letak, warna, dan nilai Rf bercak kemudian digunakan sebagai pedoman identifikasi dan menduga golongan flavonoid. Spektrofotometri serapan panjang gelombang maksimum dilakukan sebagai konfirmasi dugaan golongan flavonoid. Ketiga organ utama tanaman anting-anting (akar, batang, dan daun) memiliki distribusi kandungan senyawa yang berbeda-beda namun dengan jenis yang hampir sama. Golongan flavonoid yang berhasil teridentifikasi dari ketiga organ antara lain isoflavon, flavon, flavonol, flavanon, dihidroksiflavonol, khalkon, dan antosianidin. Organ daun memiliki keragaman kelas flavonoid lebih banyak dibanding akar dan batang.  Abstract – Indonesia is a megabiodiversity country, but only about 8% of its plant diversity are utilized as food, medicine, timber, and ornamental plants. One plant species that potential to be used as a medicinal plant is Acalypha indica. Previous research showed this plant extract has some antibacterial activiting against Salmonella. However, the profile of the metabolites contained in the plant is not studied yet. Fractination of the metabolites was done by using paper chromatography in ethanol extract (roots, stems, and leaves) of Acalypha plants using BAW (butanol: acetic acid: water = 4:1:5) and 15% acetic acid eluent. Number, location, color, and Rf values of spots were used for identification of flavonoids class. Maximum absorption wavelength performed using spectrophotometry assay to confirm the flavonoid class. The three major plant organs (roots, stems, and leaves) have different compounds distribution, but with almost same class. Class of flavonoids which were identified from the three organs are isoflavones, flavones, flavonols, flavanones, dihidroxyflavonols, chalcones, and anthocyanidins. Leaf has more diverse flavonoid class than roots and stems.  Keyword – Acalypha indica bioactive compound, chromatography, flavonoids.