Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Pengaruh Lama Hipoksia terhadap Angka Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Rattus norvegicus Uyun, Hidayati Fitrohtul; Indriawati, Ratna
Jurnal Mutiara Medika Vol 13, No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Oksigen berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme berlangsung tidak sempurna. Hipoksia merangsang sistem hematologi dan sirkulasi untuk meningkatkan fungsi oksigenasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh lama hipoksia terhadap angka eritrosit dan kadar hemoglobin Rattus norvegicus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, pre and post control group design. Perlakuan hipoksia menggunakan modifikasi hypoxia chamber dengan pemberian kadar oksigen sebesar 10% dari total volume kandang. Pengukuran eritrosit menggunakan manual haemositometer dan hemoglobin menggunakan spektrofotometer. Analisis data menggunakan uji T test dan oneway anova, Kruskall Wallis dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil rerata ± SD hemoglobin (gr/dl) dari seluruh kelompok kontrol, 12, 24 dan 36 jam hipoksia sebelum dan sesudah secara berturut-turut yakni 10,89 ± 0,755 dan 8,74 ± 0,762. Hasil rerata ± SD eritrosit (juta/¼l) seluruh kelompok kontrol, 12, 24 dan 36 jam sebelum dan sesudah yakni 5,63 ± 0,74 dan 4,19 ± 0,523. Hasil Uji T-test hemoglobin dari kelompok kontrol, 12, 24 dan 36 jam hipoksia secara berturut-turut dengan nilai  p = 0,227, p = 0,492, p = 0,000, p = 0,000 dan hasil uji T-test eritrosit dari kelompok kontrol, 12, 24, 36 jam hipoksia secara berturut-turut dengan nilai p = 0,004, p = 0,243, p = 0,001, p = 0,003. Hasil oneway anova kadar hb (p = 0,000)  dan hasil Kruskall Wallis angka eritrosit (p = 0,018). Disimpulkan bahwa terjadi peningkatan angka eritrosit dan kadar hemoglobin pada perlakuan 12 jam dan penurunan pada perlakuan 24 dan 36 jam hipoksia pada Rattus norvegicus. Oxygen have an important role in body metabolism. Lack of oxygen caused uncomplete metabolism. Hypoxia can stimulate the circulatory system and hematology to improve oxygenation function. This research purpose to knows effect of hypoxia duration to the erythrocyte and hemoglobin on Rattus norvegicus. This is experimental research, pre and post control group design. Hypoxia condition made from modification of hypoxia chamber with 10% oxygen level from total volume of chamber. Measuring of erythrocyte used manual hemocytometer and the hemoglobin use spektrofotometer. Data analysis used T test and oneway anova, Kruskall Wallis with CI 95 %. The result from all of group control, 12, 24 and 36 hour pre and post hemoglobin median ± SD (gr/dl) were 10,89 ± 0,755 and 8,74 ± 0 ,762 and median ± SD of erythrocyte (106/ ¼l) were 5,63 ± 0,74 and 4,19 ± 0,523. The result T test showed the correlation of pre and post hemoglobin from control, 12, 24, and 36 hour duration hypoxia were p = 0,227, p = 0,492, p = 0,000, p = 0,000 and the erythrocyte from control, 12, 24, and 36 hour duration hypoxia were p = 0,004 , p =  0,243, p = 0,001, p = 0,003. Result from Oneway anova from haemoglobin (p = 0,000) and result of Kruskall Wallis from erythrocyte (p = 0,018). It can concluded that there is increasing erythrocyte and hemoglobin on 12 hour and decreasing on 24 and 36 hour hypoxia on Rattus norvegicus.
Pemberdayaan Masyarakat sebagai Upaya Deteksi Dini Faktor Risiko Hipertensi Indriawati, Ratna; Usman, Sherly
Jurnal Surya Masyarakat Vol 1, No 1 (2018): November 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1216.51 KB) | DOI: 10.26714/jsm.1.1.2018.59-63

Abstract

Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan yang penting. Prevalensi hipertensi nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebesar 35,8% dengan proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 24%. Hal ini berarti bahwa masih ada 76,0% kasus hipertensi di masyarakat yang belum terdiagnosis. Tingginya angka insidensi hipertensi di propinsi DIY tersebut turut mempengaruhi insidensi penyakit ini di kabupaten Bantul. Pola makan yang tidak sehat dan kurang terjaga, perilaku merokok, stress psikososial karena faktor ekonomi, dan minimnya sarana & prasarana kesehatan merupakan faktor pemicu tingginya insidensi penyakit hipertensi di wilayah ini. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan faktor risiko, menanggulangi penyakit hipertensi dan komplikasi hipertensi serta pelatihan kader kesehatan terkait penyakit hipertensi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi: melakukan pemeriksaan kesehatan dan faktor risiko hipertensi (berat badan, tinggi badan, dan body mass index/BMI) untuk skrining hipertensi, promosi kesehatan berupa penyuluhan hipertensi, pelatihan pengukuran tekanan darah yang baik dan benar, dan pembuatan dan pembagian leaflet hipertensi. Sebanyak 105 orang yang diperiksa tekanan darahnya, didapatkan 31 orang menderita hipertensi. Rentang umur kurang dari 40 tahun didapatkan 8 orang penderita hipertensi. Sedangkan kelompok umur 45-55 tahun juga didapatkan 8 orang dengan hipertensi. Terdapat 15 orang dengan hipertensi pada kelompok usia lebih dari 75 tahun.Kata kunci: hipertensi, faktor risiko, tekanan darah, berat badanAbstractHypertension is still the important health problem. The prevalence of national hypertension in the Special Region of Yogyakarta (DIY) was 35.8% with the proportion of cases of hypertension diagnosed by health personnel at 24%. This means that there are still 76.0% cases of hypertension in the community that have not been diagnosed. The high incidence of hypertension in the province of DIY also affects the incidence of this disease in the Bantul district. Unhealthy and poorly maintained eating patterns, smoking behavior, psychosocial stress due to economic factors, and the lack of health facilities & infrastructure are factors that trigger the high incidence of hypertension in this region. This community service aims to provide additional knowledge of risk factors, overcome hypertension and complications of hypertension and health cadres training related to hypertension. These community service activities included: conducting health checks and risk factors for hypertension (body weight, height, and body mass index/BMI) for hypertension screening, health promotion in the form of hypertension counseling, excellent and correct blood pressure measurement training, and making hypertension leaflets. A total of 105 people who were tested for blood pressure were 31 people suffering from hypertension. The age range of fewer than 40 years found eight people with hypertension. Whereas the age group of 45-55 years also found eight people with hypertension. There are 15 people with hypertension in the age group over 75 years.
Relationship between Demographic Factors and Body Mass Index with the Prevention of Hypertension in Adolescents Indriawati, Ratna; Syaifudin, Syaifudin
Journal of Health Promotion and Behavior Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.177 KB)

Abstract

Background: Hypertension or increased blood pressure is often referred as the silent killer because it usually does not show significant signs and symptoms. Thus, almost all patients do not realize if they suffer from hypertension. The Basic Health Research (Riskesdas) 2007 reported that the prevalence of hypertension in the population aged over 18 years old in Indonesia was 31.7%. Because of the increasing prevalence of hypertension in adolescence, it is necessary to take precautions. This study aimed to examine the relationship between demographic factors and body mass index with the prevention of hyper­tension in adolescentsSubjects and Method: This was a cross sec­tional study conducted at Muhammadiyah 1 Senior high school, Yogyakarta, from May 2017 to February 2018. A sample of 80 students was selected for this study. The dependent variables were prevention behavior. The independent variables were age, sex, body mass index (BMI), and residence. The data were collected by questionnaire and analyzed by Chi square.Results: 48 (60%) students had good hyper­tension prevention behavior. Female (OR= 3.00; p= 0.030), urban residence (OR= 2.78; p= 0.040), and normal body weight (OR= 4.30; p= 0.001) increased behavior of hypertension prevention, and they were statistically signi­ficant. Older age (OR= 1.59; p= 0.220) incre­ased behavior of hypertension preven­tion, but it was statistically non-significant.Conclusion: Female, urban residence, normal body weight, and older age increase behavior of hypertension prevention.Keywords: hypertension prevention behavior, demographic factorsCorrespondence: Ratna Indriawati. Department of Physiology, Faculty of Medicine and Health Sciences, Uni­versitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogya­karta 55183 Indonesia. Email: r_indriawati­wibowo@yahoo.comJournal of Health Promotion and Behavior (2020), 5(2): 72-78https://doi.org/10.26911/thejhpb.2020.05.02.01  
Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia 11-13 Tahun Indriawati, Ratna; Soraya, Faerus
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (s) (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i2 (s).1615

Abstract

Obesity is a chronic condition characterized by an excess of body fat. Obesity in adolescence also cause a problem for social life and emotional. Food habit in adolescent is significantly influenced by their life style, including the consumption of fast food. This research was aimed to know whether consumption of fast food and physical activity is a risk factor of obesity in adolescent. This research was observed with cross-sectional design. Subject were students of SLTP, aged 11-13 year old samples for obesity were obtained by random sampling. The data of obesity prevalence were calculate based on the number of obesity students. The correlation of fast food consumption and physical activity with obesity was analyzed with regression and correlation analysis. There was no significant correlation between the amount of fast food and fast food consumption frequency and obesity (p 0.05), while the level of physical activity has a significant correlation with obesity (p 0.05). The contribution of fast-food consumption does not increase the risk of obesity and the higher level of physical activity, the lower the risk of obesity.Obesitas merupakan kondisi kronis dengan karakteristik kelebihan lemak tubuh. Obesitas pada remaja juga menyebabkan masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti. Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan gaya hidup mereka, temasuk mengkonsumsi makanan cepat saji. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah konsumsi fast food dan tingkat aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja. Penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan rancangan cross-sectional. Populasi dan sampel adalah remaja SLTP dengan usia 11-13 tahun, dengan pengambilan sampel untuk penjaringan obesitas secara random sampling. Analisis untuk mengetahui hubungan konsumsifast food dan tingkat aktivitas fisik terhadap obesitas dilakukan dengan menggunakan regresi dan korelasi. Tidak ada hubungan yang bermakna antara banyaknyajenisfast food dan frekuensi konsumsi fast food terhadap obesitas (p 0,05) sedangkan tingkat aktivitas fisik memiliki hubungan bermakna dengan obesitas (p 0,05). Kontribusi konsumsi fast food tidak meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Semakin tinggi tingkat aktivitas fisik, semakin rendah resiko terjadinya obesitas.
Pengaruh Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Hipertensi pada Kelompok Usia Lanjut Indriawati, Ratna; Hartono, Ibnu Sarwo Edhie
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 3 (2011)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v11i3.962

Abstract

Hipertensi merupakan problem kesehatan yang sangat penting di masyarakat Indonesia. Obat untuk hipertensi semakin berkembang dari tahun ke tahun. Penelitian-penelitian untuk menemukan obat dengan efektifitas yang lebih baik dan efek samping seminimal mungkin terus berlanjut. Namun di sisi lain secara turun temurun sebenarnya telah dikenal pengobatan tradisional untuk mengatasi hipertensi, salah satunya adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia) . Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh M. citrifolia terhadap hipertensi pada kelompok usia lanjut. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian pre test-post test randomized control group design. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Hasil uji analisis statistik untuk tekanan darah sistolik adalah terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak M. citrifolia yang bermakna secara statistik (p=0,00). Demikian juga dengan ekanan darah diastolik terdapat penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah minum kapsul ekstrak M. citrifolia yang bermakna secara statistik ( p=0,00). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia yang rutin minum kapsul ekstrak M. citrifolia secara teratur.
Pengaruh Seduhan Teh Hibisscus sabdariffa L terhadap Kadar Albumin pada Rattus norvegicus yang Diinduksi CCl4 Purwanto, Anggi Apriansyah; Indriawati, Ratna
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 14, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v14i1.2465

Abstract

Senyawa yang terkandung dalam Rosella (Hibisscus sabdariffa L) antara lain asam hibiscus ptotocathecuric (fenol) dan antosianin yang memiliki efek protektif terhadap hidroperoksida butil tart yang menginduksi hepatotoksik pada tikus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian seduhan teh H. sabdariffa L khususnya terhadap kadar albumin. Subyek penelitian yaitu 20 ekor tikus. Sampel dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan 4 ml seduhan teh H. sabdariffa L yang dibuat dari 2 gram (kelompok A), 4 gram (kelompok B), dan 8 gram (kelompok C) dalam 75 ml air bersuhu 800, sedangkan kelompok D (kontrol) diberi aquades. Lama perlakuan 14 hari. Hari ke-15 subyek diberi pajanan CCl4. Kadar albumin diperiksa 2 kali, sebelum perlakuan dan setelah induksi CCl4 dengan metode enzimatik kolorimetrik. Kadar albumin sebelum dan sesudah perlakuan dianalisis menggunakan Paired-t-test. Kadar albumin dianalisis menggunakan uji Anova dan dilanjutkan uji Post Hoc. Hasil Paired-t-test menunjukkan perbedaan kadar rata-rata albumin yang bermakna (p 0,05) sebelum perlakuan dan setelah induksi CCl4 pada kelompok A, B, C, sedangkan kelompok D menunjukkan peningkatan yang tidak bermakna (p 0,05). Uji oneway ANOVA menunjukan terdapat peningkatan kadar albumin yang bermakna (p 0,05) antara kelompok. Hasil analisis post hoc menunjukkan terdapat peningkatan kadar albumin yang bermakna antar kelompok (p 0,05). Disimpulkan bahwa pemberian seduhan teh H. sabdariffa L sebanyak 2, 4 dan 8 gram/hari selama 14 hari dapat meningkatkan kadar albumin pada Rattus norvegicus yang telah diinduksi CCl4.Compounds that contained in roselle (Hibisscus sabdariffa L) are Hibiscus ptotocathecuric acid (phenol) and anthocyanins which have a protective effect against tart butyl hydroperoxide induced hepa- totoxic in rats. This study aims to determine the effect of H. sabdariffa L Hibiscus sabdariffa L tea steep­ing to albumin serum on rattus norvegicus which is induced by CCl4. Twenty rats used as subject. Samples divided into 4 groups (1 control and 3 treatment groups). Treatment group were given 4 ml of H. sabdariffa L tea steeping made from 2 grams (Group A), 4 grams (group B), and 8 grams (group C) in 75 ml of with temperature 800 C. The group D (control) were given aquades. Length of treatment 14 days. Rattus norvegicus given CCl4 exposure on 15th day. Albumin examination carried out 2 times, before treatment and after CCl4 exposure with enzimatic colorimetric method. Albumin, bilirubin, ALP levels before and after treatment were analyzed using Paired-t-test. Albumin levels were analyzed using ANOVA followed by Post hoc test. The result of Paired-t-test showed a significant difference of albumin levels before treatment and after CCl4 exposure in group A, B, C (p 0,05), while in group D showed not significant increase (p 0,05). Oneway ANOVA result showed a significant difference of albumin levels increase between group (p 0,05). Post hoc test results showed that albumin levels in all group were significantly different (p 0,05). It was concluded that giving H. sabdariffa L in 2, 4 and 8 gram/day in 14 days can increase albumin levels in rattus novergicus which is induced by CCl4.
Efek Mengkonsumsi Air Minum dengan Mineral Rendah dan Minuman Isotonik Bervitamin terhadap Kemampuan Rehidrasi Indriawati, Ratna; Kodri, Riverian Wijaya
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i1.1586

Abstract

All of drinks can restore the body fluid balance and electrolytes which loss because of sports and activity. The aim of this study was to reveal the effect of consumption of drink with low mineral, ordinary and isotonic drink with vitamin. Experimental study, with pre and post test control group design. Subjects were thirty male Medical Faculty of Muhammadiyah University of Yogyakarta students fulfilling the inclusion criteria and divided into 3 groups, the control group, treated group and treated group. The controlled group was given plain water, the treated group I was given water containing low mineral and the treated group II was given isotonic drink with vitamin. Dehydration levels were measured by weighing the subject before and after exercise to find out the level. The restored fluid balance was determined by comparing the results of body weight, clarity, color, and urine specific gravity 15 minutes after rehydration I and 15 minutes after rehydration II to before exercise. The statistic analysis using paired t-test and one way anova test. The results showed that the means of body weight, clarity, color and urine specific gravity before and after exercise were significantly different (p 0,05) based on statistical analysis of three groups. The three groups experienced mild dehydration. There were significant difference (p 0,05) of urine specific gravity 15 minutes after rehydration I, between 2nd treated group with controlled group, 2nd treated group with Ist treated group. No significant difference (p 0,05) of body weight, clarity, and color urine means so 15 minutes after rehydration II among the three groups. An isotonic drink with vitamin was able to restore the body fluid balance in mild dehydration in 15 minutes after exercise. Meanwhile, drink containing low mineral was able to restore the body fluid balance in mild dehydration in 30 minutes after exercise.Semua minuman dapat mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang hilang akibat beraktivitas dan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek konsumsi air minum dengan mineral rendah, biasa dan minuman isotonik bervitamin. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan rancangan pre and post test control design. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi, berjumlah 30 orang, dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, perlakuan I dan perlakuan II. Kelompok kontrol diberi air biasa, kelompok perlakuan I diberi air mineral rendah dan kelompok perlakuan II diberi minuman isotonik bervitamin. Dilakukan penimbangan berat badan (BB) sebelum dan sesudah olahraga untuk mengetahui tingkat dehidrasi. Kemampuan rehidrasi diketahui dengan cara membandingkan hasil  penimbangan BB, pemeriksaan kejernihan, warna dan berat jenis urin 15 menit sesudah rehidrasi I dan 15 menit sesudah rehidrasi II dengan sebelum olahraga. Analisis data menggunakan paired t test dan one way anova test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata BB, kejernihan, warna dan berat jenis urin 15 menit sebelum dan sesudah olahraga terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada ketiga kelompok (p 0,05). Ketiga kelompok berada pada tingkat dehidrasi ringan. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p 0,05) antara rerata berat jenis urin15 menit setelah rehidrasi I pada ketiga kelompok. Rerata BB, kejernihan, warna dan berat jenis urin tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p 0,05). Rerata BB, kejernihan, warna dan berat jenis urin 15 menit setelah rehidrasi II, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara ketiga kelompok (p 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah minuman isotonik bervitamin mampu mengembalikan keseimbangan cairan tubuh pada dehidrasi ringan, dalam waktu 15 menit setelah olahraga, sedangkan air mineral rendah mampu mengembalikan keseimbangan cairan tubuh pada dehidrasi ringan dalam waktu 30 menit setelah olahraga.
Obesitas Hubungannya dengan Pola Asuh dan Tingkat Penghasilan Orang Tua pada Kelompok Usia 11-13 Tahun Caesarianna, Dian; Indriawati, Ratna
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 7, No 2 (s) (2007): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v7i2 (s).1660

Abstract

Obesity has been a seriously problem in many developed country. The increase of obesity number and many risk factor that will faced the suffer cause the important of controlling obesity number early on. This research purpose is to know the correlation between parenting styles and degree of parents income in 11-13 years old. The research subjects are students 7th class of 11-13 years old in research time as many 114 respondents (46 respondents are obesity, 68 respondents are non-obesity). High and weight of respondents are measured to get IMT, then gave questioner for respondents and their parents. Statistic test done with lambda and coefficient correlation after data collected. The result of statistic test with lambda show that statistically no significant correlation (p 0,05) between parenting style and obesity. The statistic test result with correlation show that no significant correlation between degree of family income with obesity statistically (p 0,05). The result of this research is there are no correlation between parenting styles and degree of family income with obesityObesitas sudah menjadi masalah yang penting di berbagai negara maju. Semakin meningkatnya angka obesitas dan banyaknya faktor resiko yang akan dihadapi penderita menyebabkan pentingnya pengendalian angka obesitas sejak dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dan tingkat penghasilan orang tua pada kelompok usia 11¬13 tahun. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 7 SMP yang berusia 11-13 tahun pada saat penelitian berlangsung sebanyak 114 responden (46 responden yang obesitas, 68 responden yang tidak obesitas). Responden diukur tinggi dan berat badannya untuk mendapatkan IMT, kemudian diberikan kuesioner untuk responden dan orang tuanya. Setelah data dikumpulkan, dilakukan uji statistik dengan lambda dan coefficient correlation. Hasil uji statistik dengan lambda menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik (p 0,05) antara pola asuh dan obesitas. Sedangkan hasil uji statistik dengan correlation menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik (p 0,05) antara tingkat penghasilan orang tua dengan obesitas. Hasil Penelitian dapat memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dan tingkat penghasilan dengan obesitas.
UPAYA PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS MELALUI PROMOSI KESEHATAN DI ERA COVID-19 Indriawati, Ratna; Wibowo, Tunjung
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 4 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.323 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i4.5108

Abstract

Abstrak: Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, kesadaran dan kewaspadaan tentang diabetes melitus, faktor-faktor risiko, pengendalian serta komplikasi DM. Sasaran program pengabdian ini adalah 17 kader kesehatan  di desa Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.  Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berlangsung di masa pandemi COVID-19. Metode kegiatan pengabdian adalah promosi kesehatan diabetes melitus secara online melalui Zoom meeting. Hasil kegiatan pengabdian ini memperlihatkan bahwa sasaran kegiatan pengabdian antusia dan memberikan respon yang baik. Hasil evaluasi (pretest dan postest) kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan DM sebesar 25%. Promosi kesehatan DM di era COVID-19 secara online dengan media Zoom meeting dapat meningkatkan pengetahuan tentang diabetes dengan baik. Abstract: This community service aims to increase knowledge, awareness and vigilance about diabetes mellitus, risk factors, control and complications of diabetic. The target of this service program is 17 health cadres in Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. The implementation of this community service took place during the COVID-19 pandemic. The method of community service activities is online diabetes mellitus health promotion through Zoom meetings. The results of this service activity show that the target of the service activity is enthusiastic and gives a good response. The results of the evaluation (pretest and posttest) of activities showed an increase in DM knowledge by 25%. DM health promotion in the COVID-19 era online with the Zoom meeting media can improve diabetic knowledge well.
Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Tingkat Aktivitas Fisik terhadap Obesitas pada Kelompok Usia 11-13 Tahun Indriawati, Ratna; Soraya, Faerus
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 9, No 2 (s) (2009)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v9i2 (s).1615

Abstract

Obesity is a chronic condition characterized by an excess of body fat. Obesity in adolescence also cause a problem for social life and emotional. Food habit in adolescent is significantly influenced by their life style, including the consumption of fast food. This research was aimed to know whether consumption of fast food and physical activity is a risk factor of obesity in adolescent. This research was observed with cross-sectional design. Subject were students of SLTP, aged 11-13 year old samples for obesity were obtained by random sampling. The data of obesity prevalence were calculate based on the number of obesity students. The correlation of fast food consumption and physical activity with obesity was analyzed with regression and correlation analysis. There was no significant correlation between the amount of fast food and fast food consumption frequency and obesity (p 0.05), while the level of physical activity has a significant correlation with obesity (p0.05). The contribution of fast-food consumption does not increase the risk of obesity and the higher level of physical activity, the lower the risk of obesity.Obesitas merupakan kondisi kronis dengan karakteristik kelebihan lemak tubuh. Obesitas pada remaja juga menyebabkan masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti. Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan gaya hidup mereka, temasuk mengkonsumsi makanan cepat saji. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah konsumsi fast food dan tingkat aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja. Penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan rancangan cross-sectional. Populasi dan sampel adalah remaja SLTP dengan usia 11-13 tahun, dengan pengambilan sampel untuk penjaringan obesitas secara random sampling. Analisis untuk mengetahui hubungan konsumsifast food dan tingkat aktivitas fisik terhadap obesitas dilakukan dengan menggunakan regresi dan korelasi. Tidak ada hubungan yang bermakna antara banyaknyajenisfast food dan frekuensi konsumsi fast food terhadap obesitas (p0,05) sedangkan tingkat aktivitas fisik memiliki hubungan bermakna dengan obesitas (p0,05). Kontribusi konsumsi fast food tidak meningkatkan resiko terjadinya obesitas. Semakin tinggi tingkat aktivitas fisik, semakin rendah resiko terjadinya obesitas.