Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Permata Indonesia

Gambaran Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Pelayanan Kesehatan Jarot Yogi Hernawan; Prita Swandari; Aglita Janis Rupita
Jurnal Permata Indonesia Vol 12 No 1 (2021): Volume 12,Nomor 1, Mei 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.641 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v12i1.14

Abstract

 Pelayanan kefarmasian di Apotek merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,mencegah, menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Namun masihditemukan perbekalan farmasi di Pelayanan Kesehatan yang tidak sesuai standar mutu pelayanan, obat expired,obat rusak, bisa rusak saat penerimaan barang, penyimpanan atau saat distribusi. Obat hilang, stok fisik obat yangjumlahnya tidak sesuai dengan stok komputer, dapat terjadi saat penerimaan barang tidak dicocokkan dengancermat kesesuaian antara nama obat, jumlah, jenis dan expired pada faktur dengan barang yang datang, salahjumlah dan nama obat saat input data atau memasukkan data ke komputer. Mengetahui gambaran penerimaan danpenyimpanan perbekalan farmasi di Pelayanan Kesehatan. Penelitian deskriptif dengan metode kualitatif bersifatkonkuren. Teknik pengumpulan data menggunakan cek list dengan pengamatan langsung dan wawancara. SOP(Standar Operasional Prosedur) di Pelayanan Kesehatan sudah ada dan gambaran penerimaan dan penyimpananperbekalan farmasi sudah dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) Prosedur). Kegiatan prosespenerimaan dan proses penyimpanan perbekalan farmasi di Pelayanan Kesehatan telah dilaksanakan sesuaidengan SOP (Standar Operasional Prosedur) Penerimaan dan SOP Penyimpanan.
Uji Stabilitas Sediaan Salep Ekstrak Bawang Putih Jarot Yogi Hernawan; Hari Kurniawan; Ayu Puji Lestari
Jurnal Permata Indonesia Volume 11, Nomer 1, Mei 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.867 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v11i1.76

Abstract

Bawang Putih (Allium Sativum) merupakan tumbuhan yang banyak dibudidayakan olehmasyarakat. Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat anti bakteri dan antiseptik. Sediaan salep yang baik memiliki komposisi basis dan zat aktif yang sebanding. Salahsatu alternative dalam upaya penanganan eksim yaitu dengan pemberian ekstrak dari tanamanherbal seperti bawang putih (Allium sativum) karena mengandung allicin, kalsium, belerang,protein, lemak, fosfor dan besi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui formula yang palingbaik dari salep ekstrak bawang putih (Allium sativum ) dengan bobot basis vaselin albumyang berbeda yaitu FI (10 g), FII (15 g), dan FIII (20 g) serta menguji stabilitas fisik salepekstrak bawang putih yang meliputi uji homogenitas, uji daya rekat, dan uji daya sebar.Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental. Formula dibuat dengan bobot basisvaselin album 10 g, 15 g, dan 20 g. Padasetiap formula dilakukan uji stabilitas fisik(homogenitas, daya rekat, dan daya sebar). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara statistika dengan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pada masing-masing formula. Salep FI homogen, memiliki daya rekat 4,17 detik, dan daya sebar 3,20 cm. Salep FII homogen, memiliki daya rekat 3,41 detik, dan daya sebar 3,30 cm. Salep FIIIhomogen, memiliki daya rekat 2,13 detik, dan daya sebar 3,43 cm. Kesimpulan penelitian iniberdasarkan hasil uji homogenitas, ketiga formula sudah memenuhi syarat homogenitas salepyang ditinjau secara visual (Bebas dari partikel-partikel yang masih menggumpal dan warnatercampur merata). Berdasarkan hasil uji daya rekat, dari ketiga formula hanya formula Iyang memenuhi syarat daya rekat salep yang baik dengan waktu 4,17 detik Karena syaratdaya rekat salep yang baik memiliki daya rekat yang tidak kurang dari 4 detik. Berdasarkanhasil uji daya sebar, ketiga formula tidak memenuhi syarat daya sebar salep karena memilikidiameter yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu 5-7 cm.
PERBANDINGAN EFFEKTIVITAS DAYA ANALGETIKA ANTARA CELECOXIB DAN ANTALGIN (Metampiron) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) DENGAN METODE WITKIN Joko Santoso; Jarot Yogi; Estika Sonia
Jurnal Permata Indonesia Volume 9, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.983 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v9i1.99

Abstract

Obat antiinflamasi utama adalah non steroid antiinflammatory drugs (NSAID) merupakan obat antiinflamasi yang paling banyak digunakan. Obat NSAID mempunyai tiga tipe efek farmakologi yaitu antiinflamasi, analgesik dan anti piretik. Obat ini beraksi dengan menghambat enzim siklooksigenase. Celecoxib adalah obat dengan fungsi untuk mengobati arthritis, nyeri akut, dan rasa tidak nyaman serta nyeri saat menstruasi. Termasuk kedalam kelas obat yang disebut nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) khususnya COX-2 inhibitor, yang mengurangi rasa sakit dan bengkak (inflamasi). Antalgin ( metampiron) menurunkan sintesis prostaglandin D dan E menghasilkan efek analgesik ( mengurangi rasa sakit) antipiretik (menurunkan demam) dan antiinflamasi ( mengurangi peradangan). Antalgin ( metampiron) mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh. Tujuan : Untuk membandingkan seberapa besar daya analgetik celecoxib dengan antalgin pada mencit jantan dengan metode Witkin. Metode : Rancangan penelitian dengan post only control grup design dengan cara penelitian langsung di laboratorium. Menggunakan 3 kelompok perlakuan. Kelompok I ( Celecoxib) kelompok II (Antalgin) kelompok III kontrol ( Aquades) Tiap kelompok menggunakan 5 ekor mencit. Hasil : Dari hasil perhitungan persen daya analgetik didapat hasil 36,29 % untuk kelompok I celecoxib 0,52 mg dan 53,66 % untuk kelompok II antalgin 1,3 mg. Pada uji anova antara kelompok I celecoxib dan kelompok II antalgin memberikan nilai F hitung sebesar 5.220 dengan probabilitas 0,015 adalah < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara setiap Variable. Hasil uji Anova diatas dapat pula disimpulkan bahwa antalgin dan celecoxib memiliki daya analgetik yang berbeda. Kesimpulan : Kelompok II ( Antalgin 500 mg) yang diberikan secara peroral lebih efektif mengurangi rasa nyeri dibanding Kelompok I (Celecoxib 200 mg) yang diberikan secara peroral.
PERBANDINGAN EFFEKTIVITAS DAYA ANALGETIKA ANTARA CELECOXIB DAN ANTALGIN (Metampiron) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) DENGAN METODE WITKIN Joko Santoso; Jarot Yogi; Estika Sonia
Jurnal Permata Indonesia Volume 9, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.983 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v9i1.99

Abstract

Obat antiinflamasi utama adalah non steroid antiinflammatory drugs (NSAID) merupakan obat antiinflamasi yang paling banyak digunakan. Obat NSAID mempunyai tiga tipe efek farmakologi yaitu antiinflamasi, analgesik dan anti piretik. Obat ini beraksi dengan menghambat enzim siklooksigenase. Celecoxib adalah obat dengan fungsi untuk mengobati arthritis, nyeri akut, dan rasa tidak nyaman serta nyeri saat menstruasi. Termasuk kedalam kelas obat yang disebut nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) khususnya COX-2 inhibitor, yang mengurangi rasa sakit dan bengkak (inflamasi). Antalgin ( metampiron) menurunkan sintesis prostaglandin D dan E menghasilkan efek analgesik ( mengurangi rasa sakit) antipiretik (menurunkan demam) dan antiinflamasi ( mengurangi peradangan). Antalgin ( metampiron) mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh. Tujuan : Untuk membandingkan seberapa besar daya analgetik celecoxib dengan antalgin pada mencit jantan dengan metode Witkin. Metode : Rancangan penelitian dengan post only control grup design dengan cara penelitian langsung di laboratorium. Menggunakan 3 kelompok perlakuan. Kelompok I ( Celecoxib) kelompok II (Antalgin) kelompok III kontrol ( Aquades) Tiap kelompok menggunakan 5 ekor mencit. Hasil : Dari hasil perhitungan persen daya analgetik didapat hasil 36,29 % untuk kelompok I celecoxib 0,52 mg dan 53,66 % untuk kelompok II antalgin 1,3 mg. Pada uji anova antara kelompok I celecoxib dan kelompok II antalgin memberikan nilai F hitung sebesar 5.220 dengan probabilitas 0,015 adalah < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara setiap Variable. Hasil uji Anova diatas dapat pula disimpulkan bahwa antalgin dan celecoxib memiliki daya analgetik yang berbeda. Kesimpulan : Kelompok II ( Antalgin 500 mg) yang diberikan secara peroral lebih efektif mengurangi rasa nyeri dibanding Kelompok I (Celecoxib 200 mg) yang diberikan secara peroral.
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN SEMANGGI AIR (Marsilea crenata) PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) DENGAN INDUKSI KARAGENIN Siti Fatimah; edy suprasetya; Jarot Yogi Hernawan
Jurnal Permata Indonesia Vol 15 No 1 (2024): Volume 15, Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59737/jpi.v15i1.289

Abstract

Inflammation is a complex biological response to stimulation that damages tissue with signs such as erythema (redness), dolor (heat), edema (swelling) and pain. Water clover (Marsilea crenata) has phytochemical compounds in the form of reducing sugars, steroids, carbohydrate content, and flavonoids as antioxidant agents. The aim of the research was to determine the anti-inflammatory activity of ethanol extract of water clover leaves (Marsilea crenata) as a natural antioxidant in white mice (Mus musculus L.) with carrageenin induction. The samples in this study were water clover leaves (Marsilea crenata) and were tested on white mice with different extract doses. The research was experimental using a completely randomized design (CRD) with different concentrations of extract doses and the movement of mice was observed. The stretching data was analyzed statistically using the one way ANOVA test with a confidence level of 95% (α=0.05) if there was significance, followed by the Tukey test to determine the differences between concentration treatments. The results showed that the percentage of anti-inflammatory protection from the negative control group was 61.14%, the 50 mg/kgBB dose group was 22.82%, the 100 mg/kgBB dose extract group was 37.14%, and the 200 mg/kgBB dose group was 70.15%. %. From these results it is known that the antioxidant activity of the ethanol extract of water clover (Marsilea crenata) with an extract dose of 200 mg/kgBW showed the best activity compared to other doses. Keyword : water clover, anti-inflammatory, percent protection
FORMULASI SEDIAAN KAPSUL PENAMBAH NAFSU MAKAN EKSTRAK KUNYIT (Curcuma Domestica) Jarot Yogi Hernawan; Hanita Christiandari; Febliana Putri
Jurnal Permata Indonesia Vol 15 No 1 (2024): Volume 15, Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59737/jpi.v15i1.302

Abstract

Kapsul penambah nafsu makan sebagai salah satu cara mengatasi sulit makan anak. Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai kapsul penambah nafsu makan adalah tanaman kunyit (Curcuma domestica). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil fisik formulasi sediaan kapsul penambah nafsu makan ekstrak kunyit (Curcuma domestica). Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental, dengan perbedaan konsentrasi ekstrak kunyit (Curcuma domestica) FI (30 %), FII(40 %), FII (50 %). Evaluasi fisik kapsul penambah nafsu makan yang dilakukan meliputi organoleptis, homogenitas, keseragaman bobot. Uji fisik kapsul penambah nafsu makan pada organoleptis menghasilkan FI warna kuning muda, FII kuning kecoklatan, FIII kuning tua, berbentuk serbuk, bau khas kunyit, dan rasa pahit. Hasil homogenitas pada FI, FII, FIII sediaan kapsul penambah nafsu makan tidak menujukan adanya partikel kasar pada sediaan. Hasil keseragaman bobot pada FI, FII, FIII sediaan kapsul penambah nafsu makan menujukan bahwa tidak ada 2 kapsul yang bobotnya menyimpang lebih dari 7,5 % dan tidak ada satupun yang bobotnya menyimpang lebih dari 15 % dari bobot rata-ratanya. Formulasi sediaan kapsul penambah nafsu makan dapat disimpulkan bahwa formulasi I, formulasi II, formulasi III dengan konsentrasi 30 %, 40 %, 50 % menghasilkan sediaan yang baik. Pada formulasi II memenuhi evaluasi fisik pada organoleptis berwarna kuning kecoklatan, homogenitas tidak adanya partikel kasar pada sediaan, keseragaman bobot.