Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Formulasi sediaan lip cream ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami Jarot Yogi; Rosa Rosa; Chici Riansih
Borobudur Pharmacy Review Vol 2 No 1 (2022): January-June
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/bphr.v2i1.7060

Abstract

Latar Belakang : Lip Cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan nilai estetika dalam tata rias wajah. Salah satu contoh yang dapat dijadikan pewarna alami adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) karena mengandung pigmen antosianin yang berfungsi sebagai pigmen warna. Tujuan : Untuk mengetahui ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) sebagai pewarna alami dapat diformulasikan dalam sediaan lip cream. Metode : Penelitian dilakukan secara eksperimental, buah naga merah diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Dibuat dalam tiga formula sediaan lip cream dengan konsentrasi F1 (2g), F2 (4g), dan F3 (6g), dilakukan pengujian sifat fisik meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya lekat, dan uji pH. Hasil : Uji pemeriksaan sifat fisik sediaan lip cream untuk seluruh sediaan memiliki aroma oleum rosae dengan tekstur halus, F1 warna cream , F2 warna pink dan F3 warna pink tua. Sediaan memiliki susunan yang homogen, pH rata-rata 5,0-5,6, sediaan memiliki daya lekat yang baik. Kesimpulan : Ekstrak buah naga merah dapat digunakan sebagai pewarna dalam formulasi lip cream. Variasi konsentrasi pewarna ekstrak buah naga merah yang digunakan dalam formulasi menghasilkan perbedaan intensitas warna sediaan lip cream yang dilihat secara visual.
Gambaran Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Pelayanan Kesehatan Jarot Yogi Hernawan; Prita Swandari; Aglita Janis Rupita
Jurnal Permata Indonesia Vol 12 No 1 (2021): Volume 12,Nomor 1, Mei 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.641 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v12i1.14

Abstract

 Pelayanan kefarmasian di Apotek merupakan kegiatan terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,mencegah, menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Namun masihditemukan perbekalan farmasi di Pelayanan Kesehatan yang tidak sesuai standar mutu pelayanan, obat expired,obat rusak, bisa rusak saat penerimaan barang, penyimpanan atau saat distribusi. Obat hilang, stok fisik obat yangjumlahnya tidak sesuai dengan stok komputer, dapat terjadi saat penerimaan barang tidak dicocokkan dengancermat kesesuaian antara nama obat, jumlah, jenis dan expired pada faktur dengan barang yang datang, salahjumlah dan nama obat saat input data atau memasukkan data ke komputer. Mengetahui gambaran penerimaan danpenyimpanan perbekalan farmasi di Pelayanan Kesehatan. Penelitian deskriptif dengan metode kualitatif bersifatkonkuren. Teknik pengumpulan data menggunakan cek list dengan pengamatan langsung dan wawancara. SOP(Standar Operasional Prosedur) di Pelayanan Kesehatan sudah ada dan gambaran penerimaan dan penyimpananperbekalan farmasi sudah dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) Prosedur). Kegiatan prosespenerimaan dan proses penyimpanan perbekalan farmasi di Pelayanan Kesehatan telah dilaksanakan sesuaidengan SOP (Standar Operasional Prosedur) Penerimaan dan SOP Penyimpanan.
Uji Stabilitas Sediaan Salep Ekstrak Bawang Putih Jarot Yogi Hernawan; Hari Kurniawan; Ayu Puji Lestari
Jurnal Permata Indonesia Volume 11, Nomer 1, Mei 2020
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.867 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v11i1.76

Abstract

Bawang Putih (Allium Sativum) merupakan tumbuhan yang banyak dibudidayakan olehmasyarakat. Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat anti bakteri dan antiseptik. Sediaan salep yang baik memiliki komposisi basis dan zat aktif yang sebanding. Salahsatu alternative dalam upaya penanganan eksim yaitu dengan pemberian ekstrak dari tanamanherbal seperti bawang putih (Allium sativum) karena mengandung allicin, kalsium, belerang,protein, lemak, fosfor dan besi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui formula yang palingbaik dari salep ekstrak bawang putih (Allium sativum ) dengan bobot basis vaselin albumyang berbeda yaitu FI (10 g), FII (15 g), dan FIII (20 g) serta menguji stabilitas fisik salepekstrak bawang putih yang meliputi uji homogenitas, uji daya rekat, dan uji daya sebar.Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental. Formula dibuat dengan bobot basisvaselin album 10 g, 15 g, dan 20 g. Padasetiap formula dilakukan uji stabilitas fisik(homogenitas, daya rekat, dan daya sebar). Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa secara statistika dengan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pada masing-masing formula. Salep FI homogen, memiliki daya rekat 4,17 detik, dan daya sebar 3,20 cm. Salep FII homogen, memiliki daya rekat 3,41 detik, dan daya sebar 3,30 cm. Salep FIIIhomogen, memiliki daya rekat 2,13 detik, dan daya sebar 3,43 cm. Kesimpulan penelitian iniberdasarkan hasil uji homogenitas, ketiga formula sudah memenuhi syarat homogenitas salepyang ditinjau secara visual (Bebas dari partikel-partikel yang masih menggumpal dan warnatercampur merata). Berdasarkan hasil uji daya rekat, dari ketiga formula hanya formula Iyang memenuhi syarat daya rekat salep yang baik dengan waktu 4,17 detik Karena syaratdaya rekat salep yang baik memiliki daya rekat yang tidak kurang dari 4 detik. Berdasarkanhasil uji daya sebar, ketiga formula tidak memenuhi syarat daya sebar salep karena memilikidiameter yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu 5-7 cm.
PERBANDINGAN EFFEKTIVITAS DAYA ANALGETIKA ANTARA CELECOXIB DAN ANTALGIN (Metampiron) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) DENGAN METODE WITKIN Joko Santoso; Jarot Yogi; Estika Sonia
Jurnal Permata Indonesia Volume 9, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.983 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v9i1.99

Abstract

Obat antiinflamasi utama adalah non steroid antiinflammatory drugs (NSAID) merupakan obat antiinflamasi yang paling banyak digunakan. Obat NSAID mempunyai tiga tipe efek farmakologi yaitu antiinflamasi, analgesik dan anti piretik. Obat ini beraksi dengan menghambat enzim siklooksigenase. Celecoxib adalah obat dengan fungsi untuk mengobati arthritis, nyeri akut, dan rasa tidak nyaman serta nyeri saat menstruasi. Termasuk kedalam kelas obat yang disebut nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) khususnya COX-2 inhibitor, yang mengurangi rasa sakit dan bengkak (inflamasi). Antalgin ( metampiron) menurunkan sintesis prostaglandin D dan E menghasilkan efek analgesik ( mengurangi rasa sakit) antipiretik (menurunkan demam) dan antiinflamasi ( mengurangi peradangan). Antalgin ( metampiron) mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh. Tujuan : Untuk membandingkan seberapa besar daya analgetik celecoxib dengan antalgin pada mencit jantan dengan metode Witkin. Metode : Rancangan penelitian dengan post only control grup design dengan cara penelitian langsung di laboratorium. Menggunakan 3 kelompok perlakuan. Kelompok I ( Celecoxib) kelompok II (Antalgin) kelompok III kontrol ( Aquades) Tiap kelompok menggunakan 5 ekor mencit. Hasil : Dari hasil perhitungan persen daya analgetik didapat hasil 36,29 % untuk kelompok I celecoxib 0,52 mg dan 53,66 % untuk kelompok II antalgin 1,3 mg. Pada uji anova antara kelompok I celecoxib dan kelompok II antalgin memberikan nilai F hitung sebesar 5.220 dengan probabilitas 0,015 adalah < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara setiap Variable. Hasil uji Anova diatas dapat pula disimpulkan bahwa antalgin dan celecoxib memiliki daya analgetik yang berbeda. Kesimpulan : Kelompok II ( Antalgin 500 mg) yang diberikan secara peroral lebih efektif mengurangi rasa nyeri dibanding Kelompok I (Celecoxib 200 mg) yang diberikan secara peroral.
PERBANDINGAN EFFEKTIVITAS DAYA ANALGETIKA ANTARA CELECOXIB DAN ANTALGIN (Metampiron) PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) DENGAN METODE WITKIN Joko Santoso; Jarot Yogi; Estika Sonia
Jurnal Permata Indonesia Volume 9, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.983 KB) | DOI: 10.59737/jpi.v9i1.99

Abstract

Obat antiinflamasi utama adalah non steroid antiinflammatory drugs (NSAID) merupakan obat antiinflamasi yang paling banyak digunakan. Obat NSAID mempunyai tiga tipe efek farmakologi yaitu antiinflamasi, analgesik dan anti piretik. Obat ini beraksi dengan menghambat enzim siklooksigenase. Celecoxib adalah obat dengan fungsi untuk mengobati arthritis, nyeri akut, dan rasa tidak nyaman serta nyeri saat menstruasi. Termasuk kedalam kelas obat yang disebut nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) khususnya COX-2 inhibitor, yang mengurangi rasa sakit dan bengkak (inflamasi). Antalgin ( metampiron) menurunkan sintesis prostaglandin D dan E menghasilkan efek analgesik ( mengurangi rasa sakit) antipiretik (menurunkan demam) dan antiinflamasi ( mengurangi peradangan). Antalgin ( metampiron) mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh. Tujuan : Untuk membandingkan seberapa besar daya analgetik celecoxib dengan antalgin pada mencit jantan dengan metode Witkin. Metode : Rancangan penelitian dengan post only control grup design dengan cara penelitian langsung di laboratorium. Menggunakan 3 kelompok perlakuan. Kelompok I ( Celecoxib) kelompok II (Antalgin) kelompok III kontrol ( Aquades) Tiap kelompok menggunakan 5 ekor mencit. Hasil : Dari hasil perhitungan persen daya analgetik didapat hasil 36,29 % untuk kelompok I celecoxib 0,52 mg dan 53,66 % untuk kelompok II antalgin 1,3 mg. Pada uji anova antara kelompok I celecoxib dan kelompok II antalgin memberikan nilai F hitung sebesar 5.220 dengan probabilitas 0,015 adalah < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara setiap Variable. Hasil uji Anova diatas dapat pula disimpulkan bahwa antalgin dan celecoxib memiliki daya analgetik yang berbeda. Kesimpulan : Kelompok II ( Antalgin 500 mg) yang diberikan secara peroral lebih efektif mengurangi rasa nyeri dibanding Kelompok I (Celecoxib 200 mg) yang diberikan secara peroral.
Sosialisasi Manfaat Wedang Uwuh Ke Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan Covid-19) Di Dusun Gandok, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Jarot Yogi Hernawan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Permata Indonesia Vol 1 No 1 (2021): Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021
Publisher : Permata Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.542 KB) | DOI: 10.59737/jpmpi.v1i1.22

Abstract

Pemanfaatan rempah-rempah dapur untuk imunitas tubuh menjadikan kami untuk membuat wedang uwuh sebagai bentuk pengabdian dan upaya pencegaahan Covid-19. Wedang uwuh merupakan minuman yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti rimpang jahe emprit yang dimemarkan, daun pala kering, daun cengkeh kering, daun kayu manis kering dan gula jawa yang kemudian diseduh dengan air mendidih. metode pelaksanaan Kegiatan PPM ini dilakukan secara langsung terjun ke lapangan bertemu dengan warga yang berada di Padukuhan Gandok yang berada di wilayah Dusun Gandok RT 4, 5, 6, dan 7. Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi sosialisasi terkait manfaat wedang uwuh untuk pencegahan Covid-19 dengan meningkatkan imunitas tubuh kepada setiap keluarga di RT tersebut. Kegiatan ini tidak hanya melibatkan ketua dan anggota dari acara ini melainkan para pemangku kebijakan di wilayah tersebut. Tujuan dari kegiatan ini diadakan adalah untuk memanfaatkan wedang uwuh untuk pencegahan Covid-19 sebagai salah satu pencegahan Covid-19 adalah dengan meningkatkan imunitas tubuh. Pelaksana kegiatan berharap semoga dengan metode seperti ini bisa menginspirasi banyak pihak sehingga dapat tercipta semangat gotong royong untuk bisa mewujudkan kondisi wilayah yang aman dan sehat. Kesimpulan masyarakat diharapkan mulai menyadari akan manfaat wedang uwuh untuk pencegahan Covid-19 dengan meningkatkan imunitas tubuh.
Manajemen Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Di Poltekkes Permata Indonesia Dalam Acara Vaksinasi Massal Covid-19 Jarot Yogi Hernawan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Permata Indonesia Vol 2 No 1 (2022): Volume 2, Nomor 1, Maret 2022
Publisher : Permata Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.461 KB) | DOI: 10.59737/jpmpi.v2i1.47

Abstract

Meningkatnya penggunaan vaksin yang diiringi oleh tingginya cakupan imunisasi mengakibatkantimbulnya kejadian yang berhubungan dengan imunisasi. Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia telah menggunakan Sistem Informasi Pencatatan dan Pelaporan KIPI untuk mengetahuireaksi dari imunisasi yang diberikan, Sistem ini digunakan oleh seluruh provinsi di Indonesiaberdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penelitian ini akan menguji terhadapkualitas website Sistem Informasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi sebagai variabel bebas sejauhmana website ini dapat mempengaruhi penggunanya saat mengakses Sistem Informasi Pencatatandan Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sebagai variabel penilaian terdiri dari 3 komponenyaitu Kualitas kegunaan (Useability), Kualitas Informasi (Information Quality) serta Kualtias Interaksi(Interaction Quality) dengan menggunakan sampel sebanyak 75 orang. Dalam pengolahan datapenelitian kualitas website terhadap Sistem Informasi Pencatatan dan Pelaporan Kejadian IkutanPaca Imunisasi ini menggunakan SPSS 2.4 dalam pengolahan data. Hasil penelitiam dari rating scalemengambarkan bahwa penilaian terhadap Sistem Informasi Pencatatan Dan Pelaporan KejadianIkutan Pasca Imunisasi mendapatkan rating scale sangat baik, hal tersebut dibuktikan dari skala 301-375 useability mendapatkan hasil 316.1 yang artinya usability bernilai sangat baik, dari skala 301-375 information quality mendapatkan hasil 332.8 yang artinya information quality bernilai sangat baikdan dari skala 301-375 service interaction quality mendapatkan hasil 308.5 yang artinya serviceinteraction quality bernilai sangat baik.
BERSAMA KADER CIPTAKAN HIDUP SEHAT” PENGENALAN JENIS OBAT DAN PENGGOLONGAN OBAT Jarot Yogi Hernawan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Permata Indonesia Vol 2 No 2 (2022): Volume 2 Nomor 2, Oktober 2022
Publisher : Permata Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.347 KB) | DOI: 10.59737/jpmpi.v2i2.176

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat diartikan sebagai pengamalan IPTEKS yang dilakukan oleh perguruantinggi secara melembaga melalui metode ilmiah langsung kepada masyarakat di luar kampus, dalamberbagai bentuk yang mencirikan interaksi dengan masyarakat sesuai dengannya. Kegiatan inimerupakan salah satu kewajiban dharma yang harus dilakukan oleh dosen di tingkat Perguruan Tinggiselain dua dharma lainnya, yaitu: dharma pendidikan dan pengajaran serta dharma penelitian. Olehkarena itu, seluruh unsur tenaga pendidik (dosen) wajib melakukan dharma ini dengan difasilitasi olehunit kerja tempat dosen tersebut bernaung. Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta wajibmerencanakan dan memfasilitasi dosen-dosen yang berkeinginan untuk melakukan kegiatanpengabdian kepada masyarakat. Hal ini menjadi dasar bagi Program Studi D-III Farmasi PoliteknikKesehatan Permata Indonesia untuk merencanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalamsetiap rencana kerja tahunan. Tahun 2022, kegiatan pengabdian kepada masyarakat Program Studi DIII Farmasi Politeknik Kesehatan Permata Indonesia Yogyakarta sekaligus dirangkaikan dengankegiatan Institusi Poltekkes Permata Indonesia dalam mendukung kader posyandu lansia diCondongcatur.Kata Kunci : Kader, Jenis Obat, Penggolongan Obat
EVALUASI PEMILIHAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS PADA PASIEN OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DI RS BETHESDA LEMPUYANGWANGI Cristin Wiji Astuti; Jarot Yogi Hernawan; Aglita Janis Rupita
Jurnal Komunitas Farmasi Nasional Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Komunitas Farmasi Nasional
Publisher : Akademi Farmasi Yarsi Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The safety of patients is the most priority in health word. One indicator of patient safety related to medical measures is Infection in operating area.  Hospital is one of the health facilities that must ensure the safety of patients from infection and support the use of antibiotics in accordance with regulations. The most operating case in Bethesda Lempuyangwangi Hospital is Sectio Caesaria (SC) surgery. Purpose of this study was to find out the apropriateness of Antibiotic profiles for Sectio caesarea (SC) surgery patients at Bethesda lempuyangwangi Hospital.  This research used a descriptive design with quantitative data that was retrospective in nature. Sampling method was saturated sample in the form of a prescription for caesarean section surgery patients . The variable used is independent variable, namely the selection of prophylactic antibiotics in Sectio Caesarea (SC) surgery patients at Bethesda Lempuyangwangi Hospital by analyzed data in univariate analysis in form of a percentage. Data from 81 patients' prescriptions for Sectio Caesarea (SC) showed that the name of a drug or antibiotic prophylaxis used in Bethesda Lempuyangwangi Hospital was four namely: Cefazolin, Cefotaxime, Ceftriaxone, and Ceftazidime. Data on suitability of drug types showed as much as 35,8% accordingly and 64.2% are not appropriate. Data on suitability of dose selection in this case there were no additional oral or parenteral antibiotics showed as much as 2.46% were appropriate and 97.54% were notsuitable. Prophylactic antibiotics used in Bethesda Lempuyangwangi Hospital are availablefour namely: Cefazolin, Cefotaxime, Ceftriaxone and Ceftazidime. Appropriate type of prophylactic antibiotics based on guidelines from POGI Appropriate 35.8% (Cefazolin). Not suitable: 64.2% (Cefotaxime, Ceftriaxone, Ceftazidime). Dosage compliance (no additional oral / parenteral antibiotics). In accordance: 2.46%. Not suitable: 97.54%
Pola Peresepan Obat Diare Pada Balita di Rawat Jalan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Sadewa Periode Januari – Juni 2022 Hanita Christiandari; Jarot Yogi Hernawan; Aprilia Siti Nur Hidayyah
The Journal General Health and Pharmaceutical Sciences Research Vol. 1 No. 4 (2023): December: The Journal General Health and Pharmaceutical Sciences Research
Publisher : LPPM STIKES KESETIAKAWANAN SOSIAL INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57213/tjghpsr.v1i4.118

Abstract

Diarrhea is a condition in which a person has bowel movements with a soft or liquid consistency, it can even be just water and the frequency is more frequent in one day. Diarrheal disease in toddlers is ranked 2 out of the top 10 childhood diseases at the Sadewa Mother and Children Hospital (RSKIA) in May 2022. Knowing the pattern of prescribing diarrhea drugs in toddlers in outpatient care at the Sadewa Mother and Children Hospital for the period January - June 2022. The research conducted was a non-experimental descriptive research with a retrospective method. The study was conducted by taking prescription data from electronic medical records at the Sadewa RSKIA pharmacy and then recording them on a data collection sheet. Data were analyzed using tabulations in the form of percentages (%). The results showed that out of 130 samples, the profile of diarrhea patients under five was dominated by males, 77 children (59%), aged 2-3 years 65 children (50%), and the degree of dehydration of patients without dehydration, 120 children (92%). ). The most widely used drug class was zinc with 120 prescriptions (34.3%), zinc has a protective effect against diarrhea and can reduce recurrence and probiotics with 119 prescriptions (33.8%), probiotic bacteria will help the process of nutrient absorption and prevent disturbances in water absorption. The dominating combination was a combination of 3 drugs namely electrolytes, zinc and probiotics 69 prescriptions (57%), oralit functioned to replace fluids and electrolytes in the body that are wasted during diarrhea, zinc supplementation and probiotics in diarrhea effectively reduced stool output. The rule for using the treatment of diarrhea in toddlers is mostly 1 time a day with a total of 132 drugs (37.7%). The dominating drug was zinc with 117 prescriptions (88.6%) The pattern of prescribing diarrhea drugs in toddlers in this study was dominated by male patients, aged 2-3 years with a degree of dehydration, patients without dehydration. The most widely used drug classes are zinc and probiotic groups. The most common drug combination found is a combination of 3 drugs, namely electrolyte, zinc and probiotic group drugs. The rule for using the treatment of diarrhea in most toddlers is 1 time a day.