Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

DESAIN AWAL DAN BIAYA PEMBUATAN KAPAL OPERASIONAL KAMPUS USN KOLAKA BERBAHAN FIBERGLASS Azhar Aras Mubarak; Samaluddin Samaluddin; Rahmawati Djunuda; Alfiyah Alif
Jurnal Transportasi Vol. 21 No. 2 (2021)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/jtrans.v21i2.5161.133-142

Abstract

Abstract Universitas Sembilanbelas November Kolaka is a university located in Kolaka Regency. This university has another campus, namely Campus B, which is located in Central Buton Regency and is separated by the sea. To increase access to these campuses, an operational ship is needed. This study aims to design an operational ship to serve the two campuses of the Universitas Sembilanbelas November Kolaka. The ship is designed using fiberglass. This study resulted in an operational ship design made of fiberglass, which has a capacity of 20 people with a maximum speed of 25 knots. The university's operational ship is 14.5 m long, 3.2 m wide, and has a draft of 0.5 m. The cost to build the ship is estimated at Rp1,526,820,000 including Value Added Tax. Keywords: operational ship; fiberglass; fiberglass ship; shipbuilding costs. Abstrak Universitas Sembilanbelas November Kolaka yang berkedudukan di Kabupaten Kolaka mempunyai Kampus B, yang berlokasi di Kabupaten Buton Tengah, dan dipisahkan oleh laut. Untuk meningkatkan akses ke kampus-kampus tersebut diperlukan kapal operasional. Studi ini bertujuan untuk merancang kapal operasional untuk melayani kedua kampus Universitas Sembilanbelas November Kolaka. Kapal dirancang menggunakan bahan fiberglass. Studi ini menghasilkan rancangan kapal operasional yang terbuat dari fiberglass, yang mempunyai kapasitas 20 orang dengan kecepatan maksimum 25 knot. Kapal operasional universitas ini mempunyai panjang 14,5 m, lebar 3,2 m, dan sarat 0,5 m. Biaya untuk membuat kapal diperkirakan sebesar Rp1.526.820.000 termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Kata-kata kunci: kapal operasional; fiberglass; kapal fiberglass; biaya pembuatan kapal.
Tarif Pelayanan Pandu pada PT Pelindo IV (Persero) Cabang Parepare Rahmawati Djunuda; Syamsul Asri; Andi Sitti Chairunnisa Mappangara
Jurnal Penelitian Enjiniring Vol 21 No 1 (2017)
Publisher : Center of Techonolgy (COT), Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.916 KB) | DOI: 10.25042/jpe.052017.12

Abstract

Jasa pemanduan diberikan sewaktu kapal memasuki alur pelayaran menuju dermaga untuk menjaga keselamatan kapal dan muatannya ketika memasuki alur pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan tarif pelayanan pandu di pelabuhan Parepare jika ditinjau dari sisi operator. Data dianalisis dengan metode RFR (Requered Freight Rate). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif variabel pelayanan pandu yang berlaku sekarang sudah layak. Dari hasil perhitungan didapatkan tarif minimal yaitu Rp. 8,38 per GT/gerakan lebih kecil dari tarif yang berlaku sekarang yaitu Rp. 76,78 per GT/gerakan. Ini berarti bahwa tarif yang berlaku sekarang sudah mampu menutupi biaya operasional. Sedangkan tarif tetap pelayanan pandu yang berlaku dianggap belum layak. Karena dari hasil perhitungan diperoleh tarif minimal Rp. 251.797 per gerakan lebih besar dari tarif yang berlaku sekarang yaitu Rp. 175.175 per gerakan, yang berarti bahwa tarif tetap yang berlaku sekarang belum mampu menutupi biaya operasional. Tarif ini bisa dinaikkan oleh pihak operator dengan lebih meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa.
Strategi Pengembangan Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo, Sulawesi Selatan Rahmawati Djunuda; Samaluddin Samaluddin
Jurnal Informasi, Sains dan Teknologi Vol. 6 No. 1 (2023): Juni: Jurnal Informasi Sains dan Teknologi
Publisher : Politeknik Negeri FakFak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/isaintek.v6i1.83

Abstract

Wilayah hinterland Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo mempunyai keunggulan yang kompetitif diberbagai sektor, sehingga berperan penting untuk memajukan dan mengembangkan perekonomian terkhusus daerah bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Pelayanan Pelabuhan Tanjung Ringgit terhadap kegiatan bongkar muat barang dikategorikan masih kurang baik, penyebabnya adalah minimnya infrastruktur yang dimiliki oleh Pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pengembangan terhadap Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo. Data dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil analisis diperoleh bahwa diagram SWOT IFAS/EFAS terletak di kuadran I sehingga strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan Pelabuhan Tanjung Ringgit Palopo adalah strategi agresif dengan strategi pemaksimalan pemakaian dermaga, lapangan penumpukan, dan pelayanan dokumen untuk menangantisipasi kenaikan arus kunjungan kapal dan barang, melakukan penambahan infra dan suprastruktur Pelabuhan, pengadaan fasilitas dan peralatan yang modern sehingga proses bongkar muat dan sandar kapal dapat berjalan dengan mudah, cepat dan aman.
Pelatihan Pembuatan Briket dengan Bahan Limbah Tempurung Kelapa pada Kelompok Masyarakat Desa Balobone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah Mubarak, Azhar Aras; Samaluddin, Samaluddin; Yuvita Satriani Djuli; Rahmawati Djunuda; Alfiah Alif; Alfonds Andrew Maramis; Anatje Lihiang; Moh Fikri Pomalingo
DHARMA RAFLESIA Vol 21 No 2 (2023): DESEMBER (ACCREDITED SINTA 5)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v21i2.31372

Abstract

Salah satu program unggulan kegiatan Kosabangsa (Kegiatan Sosial Membangun Masyarakat) Tim Kolaborasi USN Kolaka dengan UNIMA Manado untuk pelaksanaan tahun 2023 adalah memberikan pelatihan kepada masyarakat Desa Balobone Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah tentang pengolahan tempurung kelapa menjadi briket yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam memanggang makanan yang bisa menjadi nilai jual jika dibuat dengan baik. Potensi kelapa yang besar di lingkungan desa menjadi faktor utama dalam mengolah tempurung kelapa yang selama ini sebagian besar hanya dibuang atau dibakar langsung. Dengan ditunjang dengan pengadaan mesin TTG pengolah tempurung kelapa menjadi briket maka diharapkan produksi briket di desa memanfaatkan potensi perkebunan dapat berjalan maksimal.  Metode yang diterapkan pada kegiatan ini adalah penyampaian materi pembuatan briket, kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung pengolahan tempurung kelapa menjadi briket dengan melalui proses persiapan, penghancuran tempurung, pencampuran, pencetakan pada mesin dan pengeringan. Kegiatan ini menarik antusias yang besar dari masyarakat sekitar sehingga kedepan masyarakat mampu mengolah sendiri limbah tempurung kelapa yang tidak terpakai. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah meningkatan pemahaman dan keterampilan masyarakat sekitar dalam pengolahan tempurung kelapa menjadi briket siap pakai.
Analisis Tarif Pelayanan Tunda Di Pelabuhan ParePare Berdasarkan Pengguna Jasa Rahmawati Djunuda; Samaluddin, Samaluddin
Jurnal Penelitian Rumpun Ilmu Teknik Vol. 1 No. 2 (2022): Mei : Jurnal Penelitian Rumpun Ilmu Teknik
Publisher : Pusat Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (941.542 KB) | DOI: 10.55606/juprit.v1i2.801

Abstract

Jasa tunda merupakan jasa yang diberikan oleh pelabuhan untuk mendorong atau menarik kapal keluar atau menuju dermaga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kesesuaian tarif pelayanan tunda kapal yang berlaku saat ini di Pelabuhan ParePare dengan kemampuan dan kemauan bayar pengguna jasa. Data dianalisa dengan menggunakan metode ATP dan WTP. Hasil analisis diperoleh tarif variable pelayanan tunda yang berlaku saat ini sudah sesuai dengan kemampuan bayar pengguna jasa karena ATP responden lebih besar dari tarif yang berlaku saat ini, tetapi belum sesuai dengan kemauan bayar pengguna jasa karena WTP responden lebih kecil dari tarif yang berlaku saat ini. Tarif tetap untuk kapal 500 GT – 3500 GT sudah sesuai dengan kemampuan bayar pengguna jasa karena ATP responden sama dengan tarif yang berlaku saat ini, tetapi belum sesuai dengan kemauan bayar pengguna jasa karena WTP responden lebih kecil dari tarif yang berlaku sekarang ini. Kapal berukuran 3501 GT – 8000 GT, tarif yang berlaku saat ini sudah sesuai dengan kemampuan dan kemauan bayar pengguna jasa karena ATP dan WTP responden sama dengan tarif yang berlaku saat ini. Kapal berukuran 14.001 GT – 18.000 GT, tarif yang berlaku saat ini sudah sesuai dengan kemapuan dan kemauan bayar pengguna jasa karena ATP responden sama dengan tarif yang berlaku saat ini, tetapi belum sesuai dengan kemauan bayar penguna jasa.
Tata Kelola Galangan Kapal Kayu di Desa Bahari I, Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan Samaluddin Samaluddin; Azhar Aras Mubarak; Rahmawati Djunuda
Globe: Publikasi Ilmu Teknik, Teknologi Kebumian, Ilmu Perkapalan Vol. 2 No. 2 (2024): Publikasi Ilmu Teknik, Teknologi Kebumian, Ilmu Perkapalan
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Teknik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/globe.v2i3.439

Abstract

The wooden shipyard in Bahari Village is a privately-owned facility that conducts maintenance, repair, and construction of new wooden ships. The vessels serviced at this shipyard range from 10 GT to 25 GT and are made from wood. The purpose of this research is to evaluate the management of the wooden shipyard in Bahari I Village, Sampolawa District, South Buton Regency. The methodology used is a survey method, and the data is analyzed using fishbone analysis followed by a descriptive approach. The results of this study indicate that the construction and repair processes of wooden ships in Bahari I Village are not efficient due to facilities that do not meet standards, with only 22% of the necessary conditions being fulfilled. The management of this wooden shipyard is still far from adequate because several aspects remain uncontrolled, such as the shipbuilding process not meeting expected targets, delays in the availability and delivery of raw materials, and the use of very basic tools and outdated technology.
Analisis Kebutuhan Material Fiberglass pada Pembangunan Kapal Perikanan Type Longline Berbahan Fiberglass pada Dinas Perikanan Kabupaten Buton Selatan Samaluddin Samaluddin; Rahmawati Djunuda; La Ode Abdul Gamsir; Dedi Ashari
JURNAL RISET RUMPUN ILMU TEKNIK Vol. 4 No. 2 (2025): Agustus : Jurnal Riset Rumpun Ilmu Teknik
Publisher : Pusat riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jurritek.v4i2.6057

Abstract

Fiberglass is a composite material composed of a mixture of various chemical substances that react and harden over a specific period of time. The use of fiberglass material composition in the construction of fishing vessels provides durability as a composite material and also influences the overall cost of building fiberglass boats. Construction costs vary significantly depending on the type of vessel, its size, the technology used, and the location of construction. The objective of this study is to determine the volume of fiberglass material used in the construction of fishing vessels. Data collection techniques included observation, interviews, and documentation, followed by a literature review related to the calculation of fiberglass material usage in boat construction with fiberglass structure. This research employs a quantitative descriptive method, which describes the subject under study based on actual conditions and draws conclusions from observed phenomena using numerical statistics. Based on the research findings, it was determined that the construction of one (1) unit of fiberglass fishing vessel requires the following materials: Chopped Strand Mat 300 (CSM 300) amounting to 101.53 kg, Chopped Strand Mat 450 (CSM 450) amounting to 130.352 kg, Woven Roving 600 (WR 600) amounting to 116.130 kg, Resin amounting to 657.171 kg, and Catalyst amounting to 6.969 kg.
ANALISIS PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK RELOKASI KAWASAN KUMUH Akhmad Fadli Ibrahim; Rahmawati Djunuda; Yuniarti Ekasaputri Burhanuddin
Journal of Innovation Research and Knowledge Vol. 4 No. 1: Juni 2024
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jirk.v4i1.7917

Abstract

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara khusus dikembangkan untuk memitigasi dan mencegah bahaya kerja di tempat kerja. Sasaran utamanya adalah pekerja dan pengusaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem perencanaan K3, mengidentifikasi potensi risiko, dan menerapkan langkah-langkah efektif untuk memitigasi risiko dan bahaya K3 dalam konteks migrasi kawasan kumuh. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian berjumlah 40 orang buruh yang berada di lokasi relokasi kawasan kumuh Kelurahan Lapulu Kota Kendari. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian utama. Analisis data kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik langsung yang disebut analisis regresi linier sederhana. Data dianalisis menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko dengan menggunakan teknik Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining Control (HIRADC). Temuan penelitian menunjukkan adanya hubungan penting antara Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan kinerja pekerja, khususnya pada proyek relokasi. Hasil studi risiko dan bahaya menunjukkan bahwa terdapat total 9 kemungkinan bahaya yang teridentifikasi, yang terkait dengan 25 risiko negatif. Pada tahap penilaian risiko, terdapat 1 risiko rendah, 7 risiko sedang, dan 2 risiko negative. tinggi. Risiko-risiko ini memiliki persentase penerapan sebesar 75%, yang menunjukkan bahwa sebagian besar kegiatan mematuhi peraturan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja. Namun angka 25% tersebut menunjukkan masih banyak inkonsistensi dalam penerapan praktis Alat Pelindung Diri (APD) dan pengelolaan bahaya dan kecelakaan kerja.