Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Evaluasi Aplikasi Aksara Sunda Mobile menggunakan API Gesture SITI YULIYANTI; AHMAD RIZKY FAUZI; PUSPA CITRA
MIND (Multimedia Artificial Intelligent Networking Database) Journal Vol 7, No 2 (2022): MIND Journal
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/mindjournal.v7i2.218-228

Abstract

ABSTRAKAksara sunda merupakan kebudayaan yang hampir terlupakan di kalangan anak-anak ataupun remaja milenial dan generasi Z, belum banyaknya media interaktif yang menjadi trigger dalam belajar aksara, sehingga aksara Sunda kurang diminati, sehingga objek yang diangkat dalam penelitian adalah aksara sunda. Pemanfaatan API Gesture dengan media android dalam aplikasi aksara sunda menjembatani pembelajaran yang interaktif dan komunikatif sehingga menjadi daya tarik bagi pengguna khususnya usia sekolah. Materi pada aplikasi menampilkan sejarah dan filosofi aksara Sunda, aksara ngalagena, rarangken, swara, aksara rekaan, angka, serta evaluasi. Secara keseluruhan menyatakan rata-rata kualitas aplikasi adalah 3.59 point atau sebesar 89.83% yang memenuhi aspek uji kehandalan sebesar 91.67%, uji kebergunaan sebesar  88.33%, uji efisiensi sebesar 90.83%, uji fungsionalitas sebesar 85.25% dan uji umum sebesar 92.50%.Kata Kunci: aksara sunda, API gesture, interaktif, polaABSTRACTThe Sundanese script is a culture that has been almost forgotten among millennial and generation Z children or youth, not many interactive media have become triggers in learning the script, so that the Sundanese script is less attractive, so the object raised in this research is the Sundanese script. Utilization of the Gesture API with Android media in the Sundanese script application bridges interactive and communicative learning so that it becomes an attraction for users, especially school age. The material in the application displays the history and philosophy of the Sundanese script, the ngalagena script, rarangken, swara, fictional script, numbers, and evaluation. Overall stated that the average application quality is 3.59 points or 89.83% which fulfills the reliability test aspect of 91.67%, the usability test is 88.33%, the efficiency test is 90.83%, the functionality test is 85.25% and the general test is 92.50%.Keywords: sundanese script, API gesture, interactive, pattern
Eksistensi Tradisi Hajat Bumi Cariu di Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Ahmad Rizky Fauzi
Jurnal Artefak Vol 10, No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v10i1.9164

Abstract

This research aims to find out when Hajat Bumi Cariu existed, and the procession, benefits, and values contained in it. In the oral tradition of the Cariu community, Hajat Bumi has existed since hundreds of years ago (approximately 500 YA) since the era of Prabu Sirnaraja, king of Samida, Rajadesa son of Prabu Siliwangi IV (Jayadiningrat). Hajat Bumi tradition consists of 1) Pre-Implementation, 2) Implementation and 3) a Closing Meeting after the event is over. In the beginning, the desire for the earth was interpreted as a ritual or a tradition of asking God for salvation. Then, along with the development of the Hajat Bumi period, apart from being a story, it is also a form of gratitude to Almighty God for the abundant harvest, the event is regularly held every two years every Muharram month because in the past that month was when the harvest arrived precisely on the day between Monday or Thursday. The background of the writing of this article is based on the condition of the social crisis of the community that destroys a nation, while in tradition it can be a media to strengthen social bonds between communities so that a society that is compact and cooperates is realized. The research method used is a qualitative method with a descriptive approach. The research consists of The research method consists of several stages, namely, the pre-field stage, the work stage in the field, and the analysis stage in the field. The data collection technique used in this research uses observation, interview, and documentation. In this research, the author uses primary data sources and secondary data sources. The results of the research show that the people of Cariu and its surroundings still hold fast to the cultural heritage that has existed for a long time and apply the values that exist in it such as always maintaining the sustainability of nature, always being grateful and praying to the Almighty God, and maintaining cooperation.
Eksistensi Tradisi Mupunjung Situs Lengkong Ciilat Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Ahmad Rizky Fauzi
Jurnal Tamaddun Vol 11, No 1 (2023)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/tamaddun.v11i1.13858

Abstract

The existence of the Mupunjung tradition which still exists today is an interesting study material for writers. Mupunjung comes from the word munjung or ngunjung. Mupunjung has many meanings such as "full to beyond capacity", coming, asking, and offering prayers. after the entry of the Islamic religion, the Mupunjung tradition became one of the worship activities, namely pilgrimage and Tawasulan. The event is held once a year every Wednesday or Thursday in the month of Ruwah. The research method used is a qualitative method with an ethnographic approach. Data collection techniques through observation, interviews, and document studies. This research uses primary and secondary data sources. Primary data sources were obtained from observations and interviews, while secondary data sources were obtained from supporting documents in the form of photographs and research reports with the same research subject. The results showed that the Mupunjung procession was: (1) preparation, and (2) implementation which consisted of opening, greeting, prayer/tawasul and botram (meal together). The people of Dusun Ciilat always work together and support one another in carrying it out.
Tinggalan Arkeologis Situs Cariu Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Ahmad Rizky Fauzi; Yulia Sofiani
Jurnal Artefak Vol 10, No 2 (2023): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v10i2.12636

Abstract

This study aims to describe the archaeological remains of the Cariu Site in Sukadana District, Ciamis Regency which has the potential as a historical and cultural educational tourist attraction. Data was collected through observation and interview techniques that utilized field notes and an interview guide in the form of a list of questions for informants. Data analysis was carried out by triangulation through techniques of comparing, looking at sequences, and simultaneously examining cause-and-effect relationships. Based on the results of observations, it can be concluded that the Cariu Site which consists of the Mount Cariu area, the Cariu Girang Tomb, the Cariu Hilir Tomb, the Paneresan area, and the Pasir Pantun area has archaeological and historical remains in the form of cultural objects and historical texts. These remains are cross-sectional in nature and have educational, recreational, and economic values, so they are appropriate to be developed as educational tourism objects. The use of the Cariu site as an educational tourist attraction can not only provide economic value to the community and the government but also preserve the site as a cultural heritage in accordance with archaeological and historical concepts.
MAKNA DAN PENGARUH PANTRANG CARIU DALAM MASYARAKAT DESA CARIU KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT Soegandi, Eryina Noer Zakhia; Fauzi, Ahmad Rizky
Metahumaniora Vol 13, No 3 (2023): METAHUMANIORA, DESEMBER 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v13i3.50842

Abstract

Pantrangan merupakan salah satu tradisi kearifan lokal yang ada di setiap daerah di Indonesia. Tradisi ini bersifat norma yang memiliki nilai untuk mengatur kehidupan masyarakat. Pantrangan diwariskan secara turun-temurun dan melekat pada setiap masyarakat. Ada berbagai istilah untuk norma ini seperti pantrangan, tabu dan pamali. Setiap daerah memiliki penyebutan yang berbeda, perbedaan ini pula berpengaruh pada makna, namun ada juga yang berbeda istilah namun maknanya itu-itu juga. Salah satu wilayah yang memiliki tradisi pantrangan tersebut adalah Eks Desa Cariu yang sekarang sudah dimekarkan menjadi beberapa desa. Terdapat pantrangan unik di wilayah ini yaitu 1) pantrang kidang, 2) pantrang wayang dan 3) pantrang joledar ka kolot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejak kapan dan bagaimana adanya pantrangan cariu, pengaruh atau dampak pantrangan terhadap kehidupan sosial masyarakat dan makna dari adanya pantrangan ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Berdasarkan tradisi lisan masyarakat sekitar pantrang cariu sudah ada sejak jaman dahulu, sejak era Prabu Sirnaraja atau sekitar 500 tahun yang lalu. Adanya pantrangan dari Prabu Sirnaraja bahkan berkaitan dengan toponimi Cariu. Konsep pantrangan ini begitu berpengaruh dalam kehidupan masyarakat sehingga mereka sangat menaati aturan ini, bahkan tidak jarang berakibat fatal bagi yang melanggarnya. Pantrangan ini memiliki manfaat dalam menjaga kelestarian alam, menjaga keseimbangan pelaku seni, bahkan saat ini pantrangan tersebut dianggap sejalan dengan agama Islam. Adanya tradisi ini menjadi keunikan dan karakter tersendiri untuk wilayah Eks Desa Cariu yang tidak ada di wilayah lain terutama di Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis.
IMPLEMENTASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA SISWA SEKOLAH DASAR DALAM RITUS HAJAT BUMI DAN MERLAWU DI KECAMATAN SUKADANA Fauzi, Ahmad Rizky
Jurnal Intisabi Vol 1 No 2 (2024): Maret 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Putra Galuh Ciamis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61580/itsb.v1i2.7

Abstract

Globalisasi berdampak pada lunturnya jati diri bangsa karena adanya pergeseran etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Rasa cinta terhadap nilai budaya harus ditanamkan sejak usia dini terutama sekolah dasar. Berdasarkan permasalah tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang nilai pendidikan karakter dalam ritus Hajat Bumi dan Merlawu di Kecamatan Sukadana bagi peserta didik sekolah dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Target penelitian adalah siswa SD dan subjek penelitian adalah para pelaku budaya dalam ritus Hajat Bumi dan Merlawu. Teknik analisis data menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam ritus Hajat Bumi dan Merlawu memuat 18 nilai pendidikan karakter. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan jika para siswa SD selayaknya dilibatkan dalam kegiatan ritus yang ada di daerahnya dan dibimbing oleh guru pembina maupun pelaku budaya agar nilai-nilai karakter dapat tersampaikan sesuai dengan program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Nilai-Nilai Karakter Tradisi Merlawu Situs Ciluncat pada Masyarakat Desa Ciparigi Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Fauzi, Ahmad Rizky; Wahyunita, Rina; Nurholis, Egi
Jurnal Artefak Vol 11, No 2 (2024): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v11i2.10458

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai Merlawu Ciluncat dan nilai-nilai karakter dalam tradisi merlawu pada masyarakat Desa Ciparigi, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis. Merlawu berawal dari asal kata lawuh yang berarti makanan, diberi awalan mer- sebagai bentuk “saling”, jadi Merlawu secara bahasa berarti berbagi makanan. Tradisi Merlawu adalah bentuk penghargaan dan mendo’akan leluhur atas segala jasanya terutama dalam penyebaran agama Islam. Selain itu juga sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rezeki yang diberikan-Nya terutama dalam hal hasil bumi. Acara tersebut dilaksanakan satu tahun sekali tiap bulan Maulud (Rabi’ul Awal) tepatnya pada hari Jum’at di akhir bulan. Latar belakang penulisan adalah dengan adanya kajian nilai-nilai budaya sebagai wujud kearifan local, salah satunya ialah Tradisi Merlawu dinilai relevan untuk direvitalisasi, terutama dalam merespon krisis moral yang terjadi akhir-akhir ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara, serta studi dokumen. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Prosesi pelaksanaan merlawu Ciluncat ini secara umum dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Persiapan, 2) Acara Inti, dan 3) Makan Bersama (mer-lawuh). Masyarakat Ciparay memiliki nilai-nilai karakter yang diwujudkan dalam tradisi hajat bumi diantaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, cinta tanah air, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Naskah Carita Sajarah Désa Bunter: Kajian Filologis, Fungsi dan Nilai Ahmad Rizky Fauzi; Iwang Rusniawan Aditya; Gunari Putra Erisman
Manuskripta Vol 14 No 1 (2024): Manuskripta
Publisher : Masyarakat Pernaskahan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33656/manuskripta.v14i1.12

Abstract

The Carita Sajarah Désa Bunter manuscript is a manuscript in Bunter Village, Sukadana District, Ciamis Regency, West Java Province which was completed in 1960, telling the history of the Bunter Village area since the beginning of the 19th century. This article aims to find out the contents of the manuscript, the function of the manuscript and the values ​​contained therein which can be a guide to life now and in the future. This research uses a qualitative and philological approach. Editing the manuscript is carried out using the standard edition method. The results of the research show that the Carita Sajarah Désa Bunter manuscript is a Latin script with Suwandi spelling/Republican spelling, containing the history of the Bunter area starting from the wilderness and then the arrival of people until it became a village. This manuscript is still functional and is often read at village birthday events. The values ​​contained in it are moral values, leadership values, mutual cooperation, humility, religious values ​​and knowledge based on local wisdom. === Naskah Carita Sajarah Désa Bunter adalah naskah yang berada di Desa Bunter Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat yang selesai ditulis tahun 1960, menceritakan sejarah di wilayah Desa Bunter sejak awal abad ke-19. Naskah ini belum terpublikasi dan terkaji secara mendalam sehingga menarik minat penulis. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui isi naskah, fungsi naskah dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya yang dapat menjadi pedoman hidup di masa sekarang dan masa nanti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode penelitian yang digunakan adalah bersifat filologis. Dalam mengedisi naskah dilakukan dengan menggunakan metode edisi standar. Hasil penelitian menunjukan naskah Carita Sajarah Désa Bunter berupa naskah beraksara latin berejaan Suwandi/ Ejaan Republik, berisi tentang sejarah wilayah Bunter mulai dari hutan belantara lalu berdatangan orang hingga menjadi sebuah desa. Naskah tersebut sampai saat ini masih berfungsi dan sering dibacakan dalam acara ulang tahun desa. Nilai-nilai yang terkandung didalamnya ialah nilai moral, nilai kepemimpinan, gotong royong, rendah hati, nilai religius hingga pengetahuan berbasis kearifan lokal.
Makna Simbolik dalam Kawih-Kawih Ngangkring Cariu Desa Sukadana Kabupaten Ciamis Fauzi, Ahmad Rizky; Fauzian, Yudi; Nur Intandian, Annastasya
PANGGUNG Vol 35 No 1 (2025): Wacana Seni dalam Identitas, Simbol, Pendidikan Karakter, Moral Spiritual dan Pr
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v35i1.3693

Abstract

Ngangkring adalah seni yang masih terjaga hingga sekarang di Dusun Cariu Desa Sukadana Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Ngangkring termasuk dalam seni tetabuhan dengan alat utamanya lisung dan halu. Lirik Ngangkring berbahasa Sunda buhun dan memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi. Nilai-nilai filosofis tersebut dapat diketahui dari makna simbolik di dalamnya. Berdasarkan latar belakang tersebut membuat penulis tertarik untuk mengkaji mengenai apa itu seni Ngangkring di Dusun Cariu, bagaimana makna simbolik pada syair kawihkawih dalam seni Ngangkring, dan apa nilai-nilai yang berguna untuk kehidupan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi dan penyajian data menggunakan metode deskriptif. Nilai yang terkandung dalam kawih-kawih Ngangkring yaitu nilai religi, peduli alam, bekerja keras, tatakrama, tidak berharap kepada manusia, bersikap tenang, bersikap dewasa, jangan rakus, jika menginginkan sesuatu maka harus berusaha keras, dan berbakti kepada orang tua.
Tradisi “Ngayah” pada Masyarakat Bali: Nilai-nilai Keberagaman dan Keberlanjutan Budaya di Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara Hasan, Hasni; Daus, Rahman; Sevita, Putu; Fauzi, Ahmad Rizky; Wahidin, La Ode
Tambo: Journal of Manuscript and Oral Tradition Vol. 3 No. 1 (2025): Tambo
Publisher : Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/tambo.2025.11326

Abstract

This paper aims to describe the values contained in the "ngayah" tradition in the Balinese Community in Landono District, South Konawe Regency, and to explain the strategies for its preservation and sustainability. The Ngayah tradition is a form of mutual cooperation and selfless devotion, has strong cultural roots in the traditions of the Balinese Community in Landono District. This paper uses a multidimensional approach to understand the social, cultural, and spiritual dimensions of the ngayah tradition. This tradition shows that the values contained in the ngayah tradition include tolerance in diversity, brotherhood, and spirituality. Ngayah functions as a medium to strengthen relationships between individuals, build solidarity across religions and cultures, and create a harmonious environment. The Ngayah tradition is an inspiration for other communities in maintaining diversity and preserving cultural traditions in the modern era. This paper is expected to provide insight and recommendations for the preservation of the sustainable Ngayah Tradition.