Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Socket preservation Nurhaeini, Caecilia Susetya Wahyu; Komara, Ira
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 27, No 3 (2015): November
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (881.23 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol27no3.13541

Abstract

Alveolar ridge will commonly decrease in volume and change morphologically, as a result of a tooth loss. These changes are usually clinically significant and can make placement of a conventional protesa  or an implant more difficult. Socket preservation after tooth extraction can minimize ridge resorption. By using socket preservation techniques, it is possible to preserve the height and width of the ridge. Socket preservation can be done by atraumatic tooth extraction, placement of bone graft material, membrane, combination of bone graft and membrane, and connective tissue graf.
Dentin hypersensitive: Ethiology and treatment Utami, Nuryanni Dihin; Komara, Ira
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 27, No 3 (2015): November
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1116.782 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol27no3.13548

Abstract

Dentin hypersensitivity is a response in exposed dentine with a symptom of clinically sharp and short pain. This condition may occur to exposed dentine due to gingival recession or enamel loss. Dentin hypersensitivity treatment aimed to either occlude the open dentinal tubules or block the neural response of the pulp. Invasive treatment are pulpectomy, restoration or surgery, while non invasive treatment are usually done by using tooth paste or mouthwash which is added by desensitizing agent
Hard tissue augmentation for alveolar defects before implant placement Rochmawati, Mutia; Komara, Ira
Padjadjaran Journal of Dentistry Vol 28, No 1 (2016): March
Publisher : Faculty of Dentistry Universitas Padjadjaran, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1091.655 KB) | DOI: 10.24198/pjd.vol28no1.13514

Abstract

Background. Often when planning implant therapy, there is a need to augment or replace bone that has been lost. The alveolar defects may occur as a result of tooth loss due to extraction, advanced periodontal diseases or trauma, long term use of removable appliances, dehiscence and fenestration defects, developmental defects/clefts, congenitally missing teeth and odontogenic cysts and tumors. Insufficient bone volume can be brought about by hard tissue augmentation. This techniques have led to increased predictability in reconstruction of alveolar ridge defects and functional implant placement. Purpose. To describe the methods of hard tissue augmentation which can be done with block grafts (autografts and allografts), particulate grafts (cortical and cancellous), xenografts, or synthetic materials. Review. The reconstruction of a normal alveolar housing, in height and width, is imperative to achieve a harmonious balance between biology, function, and aesthetics. Depending on the size and morphology of the defect, horizontal or vertical, various augmentation procedures can be used. Soft tissue management is a critical aspect of hard tissue augmentation procedures. Incisions, reflection, and manipulation should be designed to optimize blood supply and wound closure. The design and management of mucoperiosteal flaps must consider the increased dimensions of the ridge after augmentation as well as esthetics and approximation of the wound margins. The surgical procedure needs to be executed with utmost care to preserve the maximum vascularity to the flap and minimize tissue injury. Conclusion. Alveolar ridge defects can be classified by using Seibert’s classification or HVC System. The treatment of alveolar ridge defect before implant placement can be done with hard tissue augmentation.
Kondisi periodontal penderita Diabetes Mellitus Tipe IPeriodontal condition of type I Diabetes Mellitus patients Savira, Nevada Vijayanti; Hendiani, Ina; Komara, Ira
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 29, No 2 (2017): Agustus
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.028 KB) | DOI: 10.24198/jkg.v29i2.18588

Abstract

Pendahuluan: Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan pada pankreas untuk menghasilkan insulin, terganggunya aktivitas insulin pada tubuh, atau keduanya. Diabetes Mellitus berhubungan dengan penyakit periodontal dan berperan sebagai faktor risiko dari gingivitis dan periodontitis. Risiko terjadinya gingivitis dan periodontitis meningkat pada penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi periodontal penderita Diabetes Mellitus tipe I di beberapa rumah sakit di Kota Bandung. Penelitian ini dilakukan pada 12 penderita Diabetes Mellitus tipe I yang berusia antara 21-48 tahun menggunakan indeks CPITN. Metode: Jenis penelitian deskriptif dengan metode survey dilakukan di tiga rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUD Ujung Berung, dan RS Al Islam Bandung. Hasil: 50% penderita Diabetes Mellitus tipe I menderita gingivitis dan 50% lainnya menderita periodontitis. Simpulan:.Penderita Diabetes Mellitus tipe I pada penelitian ini seluruhnya menderita penyakit gingivitis dan periodontitis. ABSTRACTIntroduction: Diabetes Mellitus is a disease of metabolism of carbohydrates, fats, and proteins characterized by hyperglycemia due to disturbances in the pancreas to produce insulin, disruption of insulin activity in the body, or both. Diabetes Mellitus is associated with periodontal disease and acts as a risk factor for gingivitis and periodontitis. The risk of gingivitis and periodontitis increases in patients with uncontrolled Diabetes Mellitus. The aim of the study was to determine the periodontal condition of type I Diabetes Mellitus patients in several hospitals in Bandung City. Methods:This study was conducted on 12 patients with type I Diabetes Mellitus aged between 21-48 years using the CPITN index. The type of descriptive research with survey method was carried out in three hospitals, namely Dr. Hasan Sadikin Hospital, Ujung Berung Hospital, and Al Islam Hospital Bandung. Result: 50% of patients with Type I Diabetes Mellitus suffer from gingivitis and 50% suffer from periodontitis. Conclusion: Patients with type I Diabetes Mellitus in this study all suffered from gingivitis and periodontitis.Keywords: Periodontal condition, gingivitis, periodontitis, type I Diabetes Mellitus.
Prevalensi hiperpigmentasi gingiva pada pasien perokok di klinik periodonsia RSGM FKG Unpad Faruchy, Annisa Ghea; Komara, Ira; Pribadi, Indra Mustika Setia
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 2, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.548 KB)

Abstract

Pendahuluan: Hiperpigmentasi gingiva merupakan pewarnaan pada gingiva berupa warna kecoklatan atau kehitaman berbentuk unit soliter atau pita bersambung yang berasal dari granula melanin yang diproduksi oleh sel-sel melanoblas, yang dapat disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Salah satu penyebab terjadinya hiperpigmentasi gingiva adalah merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hiperpigmentasi gingiva pada pasien perokok di klinik Periodonsia RSGM FKG Unpad. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 49 orang. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria ditanya beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan merokoknya kemudian diperiksa keadaan gingivanya dan ditentukan klasifikasi hiperpigmentasi gingivanya bedasarkan klasifikasi Hedin. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian mengkonsumsi rokok 1-10 batang per hari dan telah merokok lebih dari 10 tahun. Jenis rokok yang banyak dikonsumsi oleh subjek dalam penelitian ini adalah rokok kretek. Nilai hiperpigmentasi gingiva dengan jumlah terbanyak adalah 4, dan jumlah terkecil adalah 0. Simpulan: prevalensi hiperpigmentasi gingiva pada pasien perokok di klinik Periodonsia RSGM FKG Unpad adalah 89,8%.Kata kunci: Prevalensi, hiperpigmentasi gingiva, perokok
PENGARUH BERKUMUR EKSTRAK BUAH DELIMA TERHADAP TERAPI GINGIVITIS Pribadi, Indra Mustika Setia; Rusminah, Nunung; Komara, Ira
Dentika: Dental Journal Vol. 19 No. 1 (2016): Dentika Dental Journal
Publisher : TALENTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.638 KB) | DOI: 10.32734/dentika.v19i1.151

Abstract

Delima merupakan salah satu buah yang kaya antioksidan. Kandungan flavonoid dalam delima berkhasiat dapat mencegah gingivitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek ekstrak buah delima yang dibuat dalam bentuk obat kumur dengan konsentrasi 5 dan 10% sebagai obat kumur terhadap penurunan skor gingiva. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental semu menggunakan desain single blind, pre and post study. Sampel sebanyak 30 orang diambil secara purposive sampling. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A berkumur dengan ekstrak buah delima 5% dan kelompok B berkumur dengan ekstrak buah delima 10%. Subyek diminta berkumur 2 kali sehari selama 15 hari dibandingkan hasilnya dengan menggunakan indeks gingiva Loe and Silness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkumur dengan ekstrak delima konsentrasi 10% menyebabkan penurunan skor gingiva sebesar 48% pada minggu pertama dan 77% pada minggu ke-2 sedangkan penurunan skor gingiva dengan ekstrak delima konsentrasi 5%, sebesar 11% pada minggu pertama dan 27% pada minggu ke-2. Sebagai kesimpulan, peningkatan konsentrasi ekstrak obat kumur buah delima lebih efektif menurunkan tingkat keparahan gingivitis.
Prevalensi hiperpigmentasi gingiva pada pasien perokok di klinik periodonsia RSGM FKG Unpad Annisa Ghea Faruchy; Ira Komara; Indra Mustika Setia Pribadi
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 2, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v3i1.22304

Abstract

Pendahuluan: Hiperpigmentasi gingiva merupakan pewarnaan pada gingiva berupa warna kecoklatan atau kehitaman berbentuk unit soliter atau pita bersambung yang berasal dari granula melanin yang diproduksi oleh sel-sel melanoblas, yang dapat disebabkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Salah satu penyebab terjadinya hiperpigmentasi gingiva adalah merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hiperpigmentasi gingiva pada pasien perokok di klinik Periodonsia RSGM FKG Unpad. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 49 orang. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria ditanya beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan merokoknya kemudian diperiksa keadaan gingivanya dan ditentukan klasifikasi hiperpigmentasi gingivanya bedasarkan klasifikasi Hedin. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian mengkonsumsi rokok 1-10 batang per hari dan telah merokok lebih dari 10 tahun. Jenis rokok yang banyak dikonsumsi oleh subjek dalam penelitian ini adalah rokok kretek. Nilai hiperpigmentasi gingiva dengan jumlah terbanyak adalah 4, dan jumlah terkecil adalah 0. Simpulan: prevalensi hiperpigmentasi gingiva pada pasien perokok di klinik Periodonsia RSGM FKG Unpad adalah 89,8%.Kata Kunci: Prevalensi, hiperpigmentasi gingiva, perokok
Kebersihan Mulut dan Kadar Fosfat pada Saliva Perokok dan Bukan Perokok Rahmi Dwi Lestari; Ira Komara; Ina Hendiani
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i1.29792

Abstract

Pendahuluan: Rokok merupakan faktor resiko yang penting terhadap berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah masalah kesehatan rongga mulut. Merokok dapat memepengaruhi kondisi kebersihan rongga mulut dan komposisi saliva seperti kalsium dan fosfat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kebersihan rongga mulut dan kadar fosfat pada perokok dan bukan perokok. Metode: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Ada 42 subjek berpartisipasi dalam penelitian ini. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, 21 orang merupakan kelompok perokok dan 21 orang merupakan kelompok bukan perokok. Kebersihan mulut diperiksa dengan menggunakan indeks plak Silness and Löe. Sampel saliva diambil dengan menggunakan metode spitting, selanjutnya kadar fosfat diukur dengan menggunakan Spectrofotometry UV-Vis. Hasil: Skor indeks plak perokok memiliki rata-rata 0.47±0.34 dan bukan perokok memiliki rata-rata 0.27±0.14. Rata-rata fosfat pada perokok sebanyak 2.56±0.65 mg/dL dan bukan perokok sebanyak 2.48±0.68 mg/dL. Simpulan: Rata-rata kebesihan mulut perokok sebagian besar memperlihatkan indeks plak yang tergolong baik. Sedangkan bukan perokok seluruhnya memiliki indeks plak yang baik. Kadar fosfat pada saliva perokok dan bukan perokok memiliki nilai yang rendah.
Teknik sementasi ekstraoral untuk mencegah kelebihan semen di sekitar implan Setyawan Bonifacius; Ira Komara; Dyah Nindita Carolina
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 5, No 3 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65725

Abstract

Pembersihan kelebihan semen yang tidak adekuat dapat menginisiasi terjadinya proses inflamasi sekitar implan. Pemilihan jenis koneksi dan teknik sementasi implan dan restorasi adalah dua aspek yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan implan. Teknik sementasi restorasi yang dilakukan ekstraoral dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya kelebihan semen di sekitar implan. Studi kasus ini bertujuan untuk menunjukkan metode dalam mengurangi risiko kelebihan semen yang terakumulasi di sekitar implan. Pasien laki-laki, usia 50 tahun datang dengan keluhan kehilangan gigi regio 35 dan 36, ingin dibuatkan protesa implan untuk mengganti gigi 35 dan 36. Hasil radiograf CBCT tidak ada kontraindikasi untuk implan dan pasien tidak ada riwayat penyakit sistemik. Bedah implan dilakukan di regio 35 dan 36. Fase pemasangan restorasi mahkota pada implan dilakukan dengan teknik sementasi ekstraoral pada gigi 35 dan 36. Manfaat utama dari sementasi ekstra oral adalah untuk menghilangkan secara langsung kelebihan semen di sekitar margin. Teknik ini mengurangi risiko terjadinya inflamasi pada jaringan lunak dan kehilangan tulang di sekitar implan. Teknik sementasi ekstraoral dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya kegagalan implan yang disebabkan karena kelebihan semen yang tertinggal di sekitar implan.
Replantasi sebagai alternatif perawatan gigi prognosis buruk akibat penyakit periodontal Yulia Santi; Mohamad Yoga W; Ira Komara
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.65736

Abstract

Replantasi merupakan perawatan pada gigi avulsi dan gigi yang mengalami kerusakan jaringan periodontal dengan penanaman kembali gigi yang telah dicabut sebelumnya. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menunjukkan proses replantasi yang disengaja pada gigi insisivus kedua yang mempunyai kerusakan jaringan periodontal, abses periodontal disertai kegoyangan gigi derajat 2 yang didahului dengan perawatan endodontik didalam mulut. Gigi yang akan direplantasi sebelumnya dilakukan perawatan endodontik. Gigi dilepas dari soket selanjutnya dilakukan kuretase pada soket dan pengeboran di soket gigi sesuai dengan panjang akar gigi dengan menggunakan bor implant lalu aplikasi bone graft pada soket serta aplikasi tetrasiklin HCl conditioner pada akar gigi selama 2 menit Setelah selesai prosedur persiapan soket gigi dimasukan kembali dan di splinting. Observasi dilakukan selama 3 bulan, hasilnya kegoyangan gigi hilang, jaringan periodontal sehat, tidak terbentuk poket, tidak ada rasa sakit serta terdapat gambaran aposisi tulang yang cukup padat hingga 1/3 akar serta tidak tampak gambaran radiolusen sepanjang permukaan akar. Kesimpulan yang diambil pada studi kasus ini adalah bahwa replantasi gigi yang disengaja dapat menjadi alternatif perawatan pada gigi dengan prognosis buruk akibat kerusakan periodontal.