Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Ekstrak Secang sebagai Bahan Diuretikum (Percobaan terhadap Tikus Putih Jantan Galur Spraque Dawley) Pertamawati Pertamawati; Nuralih Nuralih; Fahri Fahrudin
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 7, No 2 (2014): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.731 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v7i2.2720

Abstract

Empirically, secang (Caesalpinia sappan L.) utilized as natural materials to overcome various types of disease but not yet known how the influence of consuming secang against the volume urine. The experiment was conducted on white male rats varian Spraque dawley and sample test extract ethanol 96% of dried bark secang. The animal try grouped in seven groups and each group consists of six animal try, namely normal group, positive group (furosemide 10 mg/200 g BW), negative group (water 2 ml/200 g BW), Group of I dose (62,5 mg/kg BW), dosage II (125 mg/kg BW), dosage III (250 mg/kg BW), and dosage IV (500 mg/kg BW). Thirty minutes after granting test sample, the animal try given drinking water 2 ml/200 g BW by gastric sonde, then put them in metabolite cages for 16 hours (overnight). The result of experiment conducted show the average volume urine of animal try of normaly group was 4,5 ml, negative group was 4,25 ml, dosage I was 4,5 ml, dosage II was 8 ml, Dosage III was 5,75 ml and dosage IV was 5,5 ml. The volume of animal try urine in the group II was the highest, so it can be said that secang extract (dosage II – 125 mg/kg BW) can be used as diureticum material.
EFEKTIVITAS DOSIS KARBON TETRAKLORIDA (CCl4) TERHADAP TIKUS (Rattus norvegicus L.) SEBAGAI HEWAN MODEL FIBROSIS HATI Fahri Fahrudin; Sri Ningsih; Hajar Indra Wardhana; Dinda Rama Haribowo; Fathin Hamida
BERITA BIOLOGI Vol 19, No 3B (2020)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v19i3B.3961

Abstract

Liver damage can produce fibrosis condition both acute and chronic. Development of liver fibrosis in animal models is valuable information in order to gain new entities for treatment. The aim of this study is to get an optimal condition of CCl4 induction for achieving animal models of liver fibrosis. CCl4 diluted in coconut oil was administrated orally for 6 consecutive weeks. Total 25 male rats were divided into 5 treatment groups, namely, P1 was a normal group (without CCl4). P2 (CCl4 40%), 1 ml/kg bw 3 times a week. P3 (CCl4 40%), 0.5 ml/kg bw 3 times a week, P4 (CCl4 10%) 1 ml/kg bw 3 times a week, and P5 (CCl4 10%) 1 ml/kg bw twice a week. The analyzed parameters were the activity of liver enzymes, macro and microscopic liver damage, and the percentage of rat deaths. The results of this study indicated an increase in liver enzymes in all treatments which was higher than P1 (P<0.05). Analysis of liver histopathology exhibeted the same result. However, if viewed the percentage of rat deaths, P5 demonstrated the lowest compared to all treatment groups. It could be concluded  that the administration of CCl4 (10%) was able to create an animal model of liver fibrosis optimally.  
(The Effectiveness of Gambier Extract (Uncaria gambir (Hunter) Roxb.) as Hepatoprotective in Rat (Rattus norvegicus L.) Induced CCl4) FAHRI FAHRUDIN; DEDY DURYADI SOLIHIN; NASTITI KUSUMORINI; SRI NINGSIH
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 13 No 2 (2015): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.231 KB)

Abstract

Fungsi hati sebagai detoksifikasi sangat rentan terhadap kerusakan hati secara akut maupun kronis yang dapat menyebabkan terjadinya fibrosis hati. Salah satu pendekatan dalam pengobatan fibrosis hati adalah menggunakan antioksidan dari bahan alam. Ekstrak gambir terbukti mengandung senyawa fenolik yang bersifat antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi gambir sebagai hepatoprotektor pada hewan model fibrosis hati. Sebanyak 45 ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley dibagi menjadi sembilan kelompok yang terdiri dari D1 (menerima ekstrak gambir 13 mg/200 g bb + CCl4), D2 (ekstrak gambir 25 mg/200 g bb + CCl4), D3 (ekstrak gambir 53 mg/200 g bb + CCl4), K+1 (polifenol 25 mg/200 g bb + CCl4), K+2 (ektrak obat campuran 302 mg/200 g bb + CCl4), K- (CCl4), KG (hanya menerima ekstrak gambir 53 mg/200g bb), KP (menerima minyak kelapa), KN (kontrol normal). CCl4 (0,1 ml/kg bb) diberikan dua kali seminggu. Semua sampel diberikan secara oral (1 ml/kg bb) selama enam minggu perlakuan. Parameter yang dianalisis adalah aktivitas enzim hati, kadar malondialdehid dan glutation hati serta histopatologi hati. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak gambir mampu memperbaiki kerusakan hati. Ekstrak gambir yang diberikan berpotensi sebagai hepatoprotektor yang signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K-). Ekstrak gambir yang efektif sebagai hapatoprotektor adalah dosis ekstrak gambir 26 mg/200 g bb (D2).
Konsumsi Ekstrak Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Volume Urin Tikus Putih Jantan Galur Spraque Dawley Pertamawati Pertamawati; Sriningsih Sriningsih; Fahri Fahrudin; Julham Efendi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 3 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (889.212 KB) | DOI: 10.29244/jji.v2i3.41

Abstract

Secara empiris secang (Caesalpinia sappan L.) dimanfaatkan sebagai bahan untuk mengatasi penyakit, namun bagaimana pengaruhnya terhadap pengeluaran urin belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi ekstrak secang terhadap pengeluaran urin. Percobaan dilakukan terhadap hewan coba tikus putih jantan galur Spraque dawley dengan sampel uji ekstrak etanol 96% kulit kayu secang. Hewan coba dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor, yaitu kelompok normal, kelompok positif (Furosemide 10mg/200g BB), kelompok negatif (air 2ml/200g BB), kelompok sampel uji dosis I (62.5 mg/kg BB), dosis II (125mg/kg BB), dosis III (250mg/kg BB) dan dosis IV (500mg/kg BB), tigapuluh menit setelah pemberian sampel uji, hewan coba diberi air minum 4ml/200g BB dilakukan melalui sonde lambung, selanjutnya hewan coba dimasukkan ke dalam kandang metabolit selama 16 jam (overnight). Hewan coba dengan dosis II menghasilkan volume urin paling besar (8.00 mL) yaitu hampir dua kali lipat dibandingkan urin yang dihasilkan oleh kelompok normal (4.50 mL) Volume urin berkurang jika konsumsi ekstrak secang bertambah pada dosis III dan IV. Disimpulkan bahwa hewan coba yang diberi ekstrak kulit secang dengan dosis 125 mg/kg BB (dosis II) rata-rata mampu mengeluarkan urin lebih banyak daripada hewan coba dalam kelompok lainnya.
Rambutan Fruit Peel Extract Reduces Abnormal Sperm Morphology in Male Wistar Rats with Obesity Iqlima Luthfiya; Oktania Sandra Puspita; Yudhi Nugraha; Fahri Fahrudin
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 16, No 2 (2023): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v16i2.25729

Abstract

AbstractObesity is an accumulation of excessive fat tissue in the body. Excessive fat tissue in the body lead to infertility by increased Reactive Oxygen Species (ROS) and decrease the hormone balance regulation, those things can be affected the process of spermatogenesis, especially sperm morphology. Rambutan peel was known as a source of antioxidants because it has phenolic compounds, so it has a protective effect on free radicals. The research purpose knew the effect of Rambutan Peel Extract (RPE) (Nephelium lappaceum) on abnormal sperm morphology of Wistar rats (Rattus novergicus) percentage induced with a High-Fat Diet (HFD). This study uses True experimental post control group design for this research on 30 male Wistar rats. Samples were divided into 5 groups. Group 1: induced HFD only, Group 2: only given RPE at a dosage of 30 mg/kilogram Body Weight (kg BW), Group 3, 4, and 5: induced HFD and RPE at dosage of 15 mg/kg BW, 30 mg/kg BW, and 60 mg/kg BW feed using sonde. The data were analysed using ANOVA One Way. The result showed that RPE has decreased the abnormal sperm morphology of male Wistar rats at dose of 15 mg/kg BW. This is the first study that observe the effect of RPE administration to sperm morphology of obese and non-obese group of rats, with larger rats’ population, several doses of the RPE extract, and longer time to complete one cycle of rat spermatogenesis.AbstrakObesitas diartikan sebagai akumulasi jaringan lemak berlebihan yang ada di dalam tubuh. Jaringan lemak yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan regulasi hormonal dan terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS). Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi proses spermatogenesis sehingga dapat menyebabkan infertilitas, terutama pada morfologi sperma. Ekstrak Kulit Rambutan (EKR) diketahui memiliki efek sebagai antioksidan dikarenakan memiliki senyawa fenolik, senyawa tersebut dapat menangkal radikal bebas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian EKR (Nephelium lappaceum) terhadap persentase morfologi abnormal sperma tikus Wistar (Rattus novergicus) yang diinduksi dengan Pakan Tinggi Lemak (PTL). Penelitian ini menggunakan desain True experimental post control group design pada 30 ekor tikus. Sampel dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok 1: hanya diberi PTL, Kelompok 2: hanya diberikan EKR dengan dosis 30 mg/kilogram Berat Badan (kgBB), Kelompok 3, 4 dan 5: diinduksi dengan PTL dan EKR dengan dosis 15 mg/kgBB, 30 mg/kgBB, dan 60 mg/kgBB. Pemberian PTL dan EKR dilakukan menggunakan sonde. Data dianalisis menggunakan uji ANOVA One Way. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EKR dapat menurunkan jumlah morfologi abnormal pada kelompok dengan induksi PLT, dengan dosis yang paling efektif 15 mg/kgBB. Studi ini adalah yang pertama dalam mencari tahu efek pemberian RPE tehadap morfologi spermatozoa pada kelompok tikus obesitas dan tidak obesitas, dengan populasi tikus yang lebih besar, beberapa dosis ekstrak RPE, dan waktu yang lebih lama agar dapat menyelesaikan satu siklus spermatogenesis tikus.
Kepekaan Enterobacteriaceae Asal Cobek Batu Gado-Gado Terhadap Amoxicillin, Chloramphenicol, dan Tetracycline Hamida, Fathin; Ambarsari, Ratna; Djuhariah, Yayah Siti; Fahrudin, Fahri; Sholikha, Munawarohthus
Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 17 No 2 (2024): Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : LPPM, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37277/sfj.v17i2.1966

Abstract

Enterobacteriaceae are non-spore-forming Gram-negative bacteria that are widespread throughout the world. Most members of the Enterobacteriaceae are pathogenic bacteria in humans, animals and plants. Treatment of infections caused by Enterobacteriaceae is to use antibiotics. Enterobacteriaceae resistance to antibiotics has been widely reported in previous studies. Infections caused by antibiotic-resistant bacteria are more difficult to treated and endanger health. This bacteria can enter the body, one of the ways is through contaminated food such as gado-gado. Gado-gado is a ready-to-eat food made from various raw or partially boiled vegetables mixed with peanut sauce. Making peanut sauce is made directly without cooking using a stone mortar. Gado-gado is often found being sold on the side of the road in unhealthy hygiene and sanitation conditions. One of the unhealthy sanitation factors is using a stone mortar repeatedly without washing it. This provides an opportunity for contamination of the stone mortar and gado-gado itself. This study tested the susceptibility of Enterobacteriaceae isolates to the antibiotics amoxicillin, chloramphenicol, and tetracycline isolated from gado-gado stone mortars. Antibiotic susceptibility testing used the Kirby-Bauer disc diffusion method. Based on the antibiotic susceptibility test, it was found that three isolates, namely isolates CB1B (Klebsiella pneumoniae), CB3B (Serratia fonticola), and CB4A (Salmonella enterica) were resistant to amoxcillin, two isolates, namely CB1A (Proteus mirabilis) and CB2A (Enterobacter sp.) were intermediate. to amoxicillin, and one isolate, namely CB2B (Enterobacter sp.), was sensitive to amoxicillin. All Enterobacteriaceae isolates were sensitive to chloramphenicol and tetracycline in this study.
Identifikasi Metabolit Sekunder dan Aktivitas Antioksidan Karang Lunak Nephthea sp. Hasil Transplantasi Secara In Situ dan Ex Situ Fahri Fahrudin; Dinda Rama Haribowo; Rahmi Karmila; Danang Aji Pangestu; Fathin Hamida
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 17, No 1 (2024): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v17i1.35781

Abstract

AbstrakKarang lunak (Nephthea sp.) menghasilkan metabolit sekunder di habitat aslinya dan dapat dikembangkan menjadi marine natural product (MNP). Nephthea sp. hasil transplantasi diharapkan juga menghasilkan metabolit sekunder yang sama. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi metabolit sekunder secara kualitatif dan kuantitatif pada Nephthea sp. hasil transplantasi serta menguji aktivitas antioksidannya. Sampel Nephthea sp. berasal dari Taman Nasional Ujung Kulon (in situ) dan dari akuarium sebagai sampel transplantasi ex situ. Kedua sampel diekstraksi dengan maserasi menggunakan etanol 70% dengan perbandingan 1:3 (w/v). Identifikasi metabolit sekunder dilakukan secara kualitatif dan metode Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) untuk identifikasi kuantitatif. Aktivitas antioksidan menggunakan uji DPPH (2,2-difenil-1-1 pikrilhidrazil) dengan lima konsentrasi dari setiap sampel (10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm). Nephthea sp. hasil transplantasi memiliki metabolit sekunder golongan alkaloid, tanin, dan steroid. Hasil uji GC-MS menunjukkan terdapat enam jenis senyawa aktif golongan benzene dan fatty acid. Aktivitas antioksidan diperoleh 34,3–73,1% (in situ) dan 33,2–72,3% (ex situ) serta berbeda nyata (P <0,05) pada setiap konsentrasi dari dua sampel. Peningkatan aktivitas antioksidan Nephthea sp. tidak berbeda signifikan (P >0,05) pada perbedaan lokasi transplantasi (in situ dan ex situ). Nephthea sp. hasil transplantasi mengandung enam jenis senyawa metabolit sekunder dan memiliki aktivitas antioksidan.AbstractSoft corals (Nephthea sp.) produce secondary metabolites in their habitat and can be used as marine natural products (MNP). However, Nephthea sp. transplantation not done identified for secondary metabolites. The aim research to identify secondary metabolites and antioxidant activity assay in Nephthea sp. transplant. Samples of Nephthea sp. used from the transplant area of Ujung Kulon National Park (in situ) and from the aquarium as ex situ transplant samples. Both samples extracted by maceration with 70% ethanol (1:3, w/v). Identification of secondary metabolites was carried out qualitatively and using the GC-MS method for quantitative. Antioxidant activity using the DPPH (2,2-diphenyl-1-1 picrylhydrazyl) assay. with concentrations of each sample (10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm). Nephthea sp. proven to have secondary metabolites from the alkaloids, tannins and steroids. The result of GC-MS showed that six types of active compounds from the benzene and fatty acid groups. Antioxidant activity obtained was 34.3–73.1% (in situ) dan 33.2–72.3% (ex situ) and was significantly different (P <0.05) at each concentration of the two samples. Antioxidant activity at different transplant locations (in situ and ex situ) in Nephthea sp. did not a significant (P >0.05). Thus, Nephthea sp. transplant were proven to contain six types of secondary metabolite compounds and has antioxidant activity.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FORMULASI LOTION EKSTRAK ETANOL DAUN BROKOLI (BRASSICA OLERACEA L.) Hamida, Fathin; Blyzensky, Tamara; Djuhariah, Yayah Siti; Fahrudin, Fahri
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.36546

Abstract

Brokoli (Brassica oleracea L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai kandungan senyawa flavonoid, tanin, fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan. Bagian tanaman brokoli yang sering dikonsumsi adalah bunganya sedangkan daunnya sangat jarang dikonsumsi bahkan hanya menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan lotion yang ditambahkan ekstrak etanol daun brokoli dan menguji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH. Ekstraksi etanol daun brokoli dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Sediaan lotion ekstrak etanol daun brokoli disiapkan menjadi tiga formula yaitu F0 (lotion tanpa penambahan ekstrak), F1 (penambahan ekstrak sebanyak 2%), F2 (penambahan ekstrak sebanyak 4%), dan F3 (penambahan ekstrak sebanyak 6%). Hasil evaluasi mutu fisik sediaan lotion yang ditambahkan dengan ekstrak daun brokoli menunjukkan bahwa lotion memiliki aroma khas, berbentuk semi padat, homogen, tipe emulsi minyak dalam air (o/w), pH 6,50-6,88, daya sebar 6,5-6,97 cm, daya lekat 4,55-4,75 detik, dan viskositas 7041-10949 cPs. Aktivitas antioksidan ekstrak daun brokoli sebesar 89,64 ppm yang termasuk kategori antioksidan kuat. Sedangkan aktivitas antioksidan sediaan lotion ekstrak daun brokoli dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% mempunyai nilai IC50 berturut-turut sebesar 872,49 ppm, 687,93 ppm, dan 342,27 ppm. Lotion ekstrak daun brokoli F1 dan F2 memiliki daya antioksidan sangat lemah, dan daya antioksidan lemah pada F3.
Potensi Kulit Buah Jengkol Sebagai Bioinsektisida Terhadap Rayap (Isoptera: Rhinotermitidae) Menggunakan Metode Baiting Fahrudin, Fahri; Dasumiati, Dasumiati; Angraini, Isty; Hamida, Fathin
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 18, No 2 (2025): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v18i2.44952

Abstract

Bioinsektisida merupakan bahan hayati pengendali organisme pengganggu yang berpotensi menjadi hama, di antaranya rayap. Bahan hayati yang berpotensi sebagai bioinsektisida adalah kulit buah jengkol. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan konsentrasi optimal dari ekstrak kulit buah jengkol sebagai bioinsektisida rayap. Skrining fitokimia ekstrak kulit buah jengkol dilakukan secara kualitatif. Mahoni dan jati belanda dijadikan sebagai kayu uji yang direndam ekstrak kulit buah jengkol (konsentrasi 0; 2; 4; dan 6%) selama 24 jam. Kedua jenis kayu diuji pada rayap menggunakan metode pengumpanan (Baiting) dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati adalah mortalitas rayap, penurunan berat kayu uji, dan nilai retensi ekstrak. Data dianalisis Anova (95%) dengan uji lanjut DMRT menggunakan SPSS 25. Ekstrak terbukti mengandung alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid yang berpotensi sebagai racun pencernaan pada rayap. Mortalitas rayap di setiap perlakuan (2; 4; dan 6%) berbeda nyata (P <0,05) dengan perlakuan 0% pada semua kayu uji serta dapat meningkatkan keawetan kayu. Penurunan berat kayu terendah pada perlakuan 6% dan tergolong pada kelas awet I. Ekstrak kulit buah jengkol (6%) mampu meningkatkan kelas awet kayu mahoni dan jati belanda terhadap serangan rayap.
AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL NEPHTHEA SP. TERHADAP MALASSEZIA FURFUR DAN TRICHOPHYTON RUBRUM Hamida, Fathin; Amalina, Risma Kamila; Hanifah, Nur; Djuhariah, Yayah Siti; Fahrudin, Fahri; Alma'arik, Difa; Pangestu, Danang Aji
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45105

Abstract

Infeksi mikosis termasuk salah satu infeksi yang sering terjadi di Indonesia. Infeksi mikosis menjadi sulit diobati akibat terjadinya resistensi fungi terhadap antifungi sintetik. Untuk itu, diperlukan pencarian obat berasal dari alam sebagai alternatif dalam pengobatan infeksi mikosis. Nephthea sp. merupakan jenis karang lunak yang berasal dari famili Nephtheidae yang tersebar luas di perairan laut Indo-Pasifik. Nephthea sp. mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai agen antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antifungi dari ekstrak etanol 96% Nephthea sp. terhadap Malassezia furfur dan Trichophyton rubrum. Ekstrak etanol Nephthea sp. diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak etanol Nephthea sp. di uji secara kualitatif kandungan senyawa metabolit sekundernya, meliputi alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Ekstrak Nephthea sp. juga diuji kemampuannya menghambat pertumbuhan fungi Malassezia furfur dan Trichophyton rubrum menggunakan metode difusi cakram. Aktivitas antifungi ditunjukkan dengan zona bening (zona inhibisi) yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Ketokonazol (15 µg) digunakan sebagai kontrol positif dan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Data skrining senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antifungi ekstrak etanol Nephthea sp. dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan uji skrining senyawa metabolit sekunder menunjukkan bahwa ekstrak etanol Nephthea sp. positif mengandung alkaloid, saponin, dan triterpenoid. Ekstrak etanol Nephthea sp. memiliki aktivitas antifungi terhadap Trichophyton rubrum pada konsentrasi 1000 mg/mL, 750 mg/mL, dan 500 mg/mL. Sedangkan aktivitas antifungi terhadap Malassezia furfur tidak terdeteksi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol Nephthea sp. mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antifungi terhadap Trichophyton rubrum dengan daya hambat bersifat moderat.