Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kepekaan Enterobacteriaceae Asal Cobek Batu Gado-Gado Terhadap Amoxicillin, Chloramphenicol, dan Tetracycline Hamida, Fathin; Ambarsari, Ratna; Djuhariah, Yayah Siti; Fahrudin, Fahri; Sholikha, Munawarohthus
Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 17 No 2 (2024): Sainstech Farma: Jurnal Ilmu Kefarmasian
Publisher : LPPM, INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37277/sfj.v17i2.1966

Abstract

Enterobacteriaceae are non-spore-forming Gram-negative bacteria that are widespread throughout the world. Most members of the Enterobacteriaceae are pathogenic bacteria in humans, animals and plants. Treatment of infections caused by Enterobacteriaceae is to use antibiotics. Enterobacteriaceae resistance to antibiotics has been widely reported in previous studies. Infections caused by antibiotic-resistant bacteria are more difficult to treated and endanger health. This bacteria can enter the body, one of the ways is through contaminated food such as gado-gado. Gado-gado is a ready-to-eat food made from various raw or partially boiled vegetables mixed with peanut sauce. Making peanut sauce is made directly without cooking using a stone mortar. Gado-gado is often found being sold on the side of the road in unhealthy hygiene and sanitation conditions. One of the unhealthy sanitation factors is using a stone mortar repeatedly without washing it. This provides an opportunity for contamination of the stone mortar and gado-gado itself. This study tested the susceptibility of Enterobacteriaceae isolates to the antibiotics amoxicillin, chloramphenicol, and tetracycline isolated from gado-gado stone mortars. Antibiotic susceptibility testing used the Kirby-Bauer disc diffusion method. Based on the antibiotic susceptibility test, it was found that three isolates, namely isolates CB1B (Klebsiella pneumoniae), CB3B (Serratia fonticola), and CB4A (Salmonella enterica) were resistant to amoxcillin, two isolates, namely CB1A (Proteus mirabilis) and CB2A (Enterobacter sp.) were intermediate. to amoxicillin, and one isolate, namely CB2B (Enterobacter sp.), was sensitive to amoxicillin. All Enterobacteriaceae isolates were sensitive to chloramphenicol and tetracycline in this study.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FORMULASI LOTION EKSTRAK ETANOL DAUN BROKOLI (BRASSICA OLERACEA L.) Hamida, Fathin; Blyzensky, Tamara; Djuhariah, Yayah Siti; Fahrudin, Fahri
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.36546

Abstract

Brokoli (Brassica oleracea L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang mempunyai kandungan senyawa flavonoid, tanin, fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan. Bagian tanaman brokoli yang sering dikonsumsi adalah bunganya sedangkan daunnya sangat jarang dikonsumsi bahkan hanya menjadi limbah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan lotion yang ditambahkan ekstrak etanol daun brokoli dan menguji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode DPPH. Ekstraksi etanol daun brokoli dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Sediaan lotion ekstrak etanol daun brokoli disiapkan menjadi tiga formula yaitu F0 (lotion tanpa penambahan ekstrak), F1 (penambahan ekstrak sebanyak 2%), F2 (penambahan ekstrak sebanyak 4%), dan F3 (penambahan ekstrak sebanyak 6%). Hasil evaluasi mutu fisik sediaan lotion yang ditambahkan dengan ekstrak daun brokoli menunjukkan bahwa lotion memiliki aroma khas, berbentuk semi padat, homogen, tipe emulsi minyak dalam air (o/w), pH 6,50-6,88, daya sebar 6,5-6,97 cm, daya lekat 4,55-4,75 detik, dan viskositas 7041-10949 cPs. Aktivitas antioksidan ekstrak daun brokoli sebesar 89,64 ppm yang termasuk kategori antioksidan kuat. Sedangkan aktivitas antioksidan sediaan lotion ekstrak daun brokoli dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% mempunyai nilai IC50 berturut-turut sebesar 872,49 ppm, 687,93 ppm, dan 342,27 ppm. Lotion ekstrak daun brokoli F1 dan F2 memiliki daya antioksidan sangat lemah, dan daya antioksidan lemah pada F3.
Potensi Kulit Buah Jengkol Sebagai Bioinsektisida Terhadap Rayap (Isoptera: Rhinotermitidae) Menggunakan Metode Baiting Fahrudin, Fahri; Dasumiati, Dasumiati; Angraini, Isty; Hamida, Fathin
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 18, No 2 (2025): AL-KAUNIYAH JURNAL BIOLOGI
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/kauniyah.v18i2.44952

Abstract

Bioinsektisida merupakan bahan hayati pengendali organisme pengganggu yang berpotensi menjadi hama, di antaranya rayap. Bahan hayati yang berpotensi sebagai bioinsektisida adalah kulit buah jengkol. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan konsentrasi optimal dari ekstrak kulit buah jengkol sebagai bioinsektisida rayap. Skrining fitokimia ekstrak kulit buah jengkol dilakukan secara kualitatif. Mahoni dan jati belanda dijadikan sebagai kayu uji yang direndam ekstrak kulit buah jengkol (konsentrasi 0; 2; 4; dan 6%) selama 24 jam. Kedua jenis kayu diuji pada rayap menggunakan metode pengumpanan (Baiting) dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati adalah mortalitas rayap, penurunan berat kayu uji, dan nilai retensi ekstrak. Data dianalisis Anova (95%) dengan uji lanjut DMRT menggunakan SPSS 25. Ekstrak terbukti mengandung alkaloid, fenol, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid yang berpotensi sebagai racun pencernaan pada rayap. Mortalitas rayap di setiap perlakuan (2; 4; dan 6%) berbeda nyata (P <0,05) dengan perlakuan 0% pada semua kayu uji serta dapat meningkatkan keawetan kayu. Penurunan berat kayu terendah pada perlakuan 6% dan tergolong pada kelas awet I. Ekstrak kulit buah jengkol (6%) mampu meningkatkan kelas awet kayu mahoni dan jati belanda terhadap serangan rayap.
AKTIVITAS ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL NEPHTHEA SP. TERHADAP MALASSEZIA FURFUR DAN TRICHOPHYTON RUBRUM Hamida, Fathin; Amalina, Risma Kamila; Hanifah, Nur; Djuhariah, Yayah Siti; Fahrudin, Fahri; Alma'arik, Difa; Pangestu, Danang Aji
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45105

Abstract

Infeksi mikosis termasuk salah satu infeksi yang sering terjadi di Indonesia. Infeksi mikosis menjadi sulit diobati akibat terjadinya resistensi fungi terhadap antifungi sintetik. Untuk itu, diperlukan pencarian obat berasal dari alam sebagai alternatif dalam pengobatan infeksi mikosis. Nephthea sp. merupakan jenis karang lunak yang berasal dari famili Nephtheidae yang tersebar luas di perairan laut Indo-Pasifik. Nephthea sp. mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai agen antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antifungi dari ekstrak etanol 96% Nephthea sp. terhadap Malassezia furfur dan Trichophyton rubrum. Ekstrak etanol Nephthea sp. diperoleh dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak etanol Nephthea sp. di uji secara kualitatif kandungan senyawa metabolit sekundernya, meliputi alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Ekstrak Nephthea sp. juga diuji kemampuannya menghambat pertumbuhan fungi Malassezia furfur dan Trichophyton rubrum menggunakan metode difusi cakram. Aktivitas antifungi ditunjukkan dengan zona bening (zona inhibisi) yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Ketokonazol (15 µg) digunakan sebagai kontrol positif dan DMSO 10% sebagai kontrol negatif. Data skrining senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antifungi ekstrak etanol Nephthea sp. dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan uji skrining senyawa metabolit sekunder menunjukkan bahwa ekstrak etanol Nephthea sp. positif mengandung alkaloid, saponin, dan triterpenoid. Ekstrak etanol Nephthea sp. memiliki aktivitas antifungi terhadap Trichophyton rubrum pada konsentrasi 1000 mg/mL, 750 mg/mL, dan 500 mg/mL. Sedangkan aktivitas antifungi terhadap Malassezia furfur tidak terdeteksi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol Nephthea sp. mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antifungi terhadap Trichophyton rubrum dengan daya hambat bersifat moderat.   
ANALISIS AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN METABOLIT SEKUNDER BIOTA LAUT KARANG LUNAK NEPHTHEA SP. Fahrudin, Fahri; Pramana, Firza Andika; Salshabil, Khairunnisa; Alma’arik, Difa; Hamida, Fathin
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45507

Abstract

Nephthea sp. merupakan karang lunak penyusun ekosistem terumbu karang yang memiliki fungsi ekologis dan diketahui dapat menghasilkan metabolit sekunder. Organisme laut yang menghasilkan metabolit sekunder berpotensi dijadikan sebagai marine natural product (MNP). MNP merupakan material biologis untuk bahan baku obat yang berasal dari laut seperti hewan, tumbuhan, dan alga. Nephthea sp. asal Pulau Pramuka belum pernah dilakukan uji aktivitas antioksidan dan identifikasi metabolit sekundernya. Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi metabolit sekunder secara kualitatif dan uji antioksidan pada ekstrak Nephthea sp. yang telah berhasil ditransplantasi. Sampel Nephthea sp. yang digunakan berasal dari Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS). Metode maserasi digunakan untuk ekstraksi sampel Nephthea sp. menggunakan pelarut ethanol 70% dengan perbandingan 1:4 (w/v). Identifikasi metabolit sekunder dilakukan secara kualitatif untuk mengidentifikasi alkaloid, saponin, steroid, flavonoid, dan tanin. Uji aktivitas antioksidan menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-1 pikrilhidrazil) dengan lima seri konsentrasi sampel ekstrak Nephthea sp. (10, 50, 100, 150, dan 200 ppm). Tiga metabolit sekunder berhasil diidentifikasi secara kualitatif dari ekstrak Nephthea sp. yaitu alkaloid, saponin dan steroid. Terdapat peningkatan aktivitas antioksidan dari setiap konsentrasi sampel ekstrak Nephthea sp. (daya inhibisi 34,6% - 75,8%). Sampel dengan konsentrasi 100 ppm menghasilkan daya inhibisi 61,01%. Dengan demikian, Nephthea sp. terbukti mengandung metabolit sekunder dan memiliki aktivitas antioksidan yang kuat.
In Vitro and In Silico Evaluation of Antioxidant Activity of Muscle and Endoskeleton from Sepia officinalis Daniella, Katherine; Ismail, Rafly Alif; Fahrudin, Fahri; Cing, Jap Mai; Alfarabi, Muhammad
RUMPHIUS Vol 7 No 2 (2025): RUMPHIUS Pattimura Biological Journal
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/rumphiusv7i2p128-137

Abstract

Sepia officinalis, commonly known as cuttlefish, is one of the diverse marine organisms consumed for its high protein content. Amino acids, as the building blocks of proteins, can function as antioxidant compounds. The high amino acid content in cuttlefish makes it a potential natural source of antioxidants. However, the use of cuttlefish in medicine, particularly as an antioxidant source, remains limited in Indonesia. At present, cuttlefish is mainly utilized as a dietary protein source. The objective of this study was to evaluate the antioxidant activity of muscle and endoskeleton extracts from S. officinalis using the DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) assay in vitro. In addition, an in silico approach was employed to analyze the interaction of these extracts with myeloperoxidase, an oxidant-producing enzyme. The results demonstrated that both muscle and endoskeleton extracts were able to scavenge free radicals, showing DPPH inhibition ranging from 46.19% to 48.42%. The highest inhibition was observed at a concentration of 200 ppm for both extracts. Furthermore, in silico analysis revealed that tyrosine and phenylalanine were the key amino acids with antioxidant potential, as they inhibited myeloperoxidase activity and could reduce oxidant production by the enzyme. These findings highlight the potential of S. officinalis as a natural antioxidant source and support its future development as a functional food ingredient.