Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

INTRODUKSI LAMPU CELUP PADA PENGOPERASIAN JARING INSANG HANYUT Gondo Puspito; Sugeng Hartono; Fakhri Kurniawan; Wazir Mawardi
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 4 No. 3 (2020): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.4.3.283-293

Abstract

Peluang keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut sangat ditentukan oleh arah ruaya ikan terhadap posisi jaring. Ikan akan tertangkap jika arah renangnya terhadang oleh jaring. Penelitian mencoba meningkatkan peluang ikan tertangkap dengan memanfaatkan lampu celup. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa penggunaan lampu celup akan meningkatkan jumlah ikan hasil tangkapan tanpa mengurangi komposisi jenisnya. Dua unit jaring insang dioperasikan secara bersamaan. Salah satu unit jaring insang dilengkapi dengan lampu celup. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lampu celup tidak mempengaruhi komposisi jenis ikan yang tertangkap, tetapi hanya mempengaruhi jumlah tangkapannya. Jumlah total ikan hasil tangkapan jaring insang yang dilengkapi lampu celup mencapai 3.521 ekor, atau 58,82% dari seluruh ikan hasil tangkapan, sedangkan jaring insang tanpa lampu celup sebanyak 2.465 ekor (41,18%). Rincian hasil tangkapan jaring insang yang dilengkapi lampu celup dan tanpa lampu celup adalah mackerel tuna (Euthynnus affinis) sebanyak 218 ekor dan 129 ekor, spanish mackerel (Scomberomorus commerson) (80; 50), needlefish (Tylosurus crocodilus) (7; 3), Indo-Pacific sailfish (Istiophorus platypterus) (4; 2), gelang sadap/driftfish (Psenes cyanophrys) (2.838; 2.051), dan moonfish (Mene maculata) (374; 230). Kata kunci: high-brightness LEDs, jaring insang hanyut, komposisi jenis ikan, lampu celup
SELEKSI JENIS DAN KETINGGIAN UMPAN PANCING ULUR UNTUK MENANGKAP IKAN DEMERSAL Gondo Puspito; Sugeng Hartono; Mustaruddin; Andrew Amadeus
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 4 No. 3 (2020): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.4.3.341-351

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh perbedaan umpan dan ketinggian umpan pancing ulur terhadap komposisi jenis dan jumlah ikan demersal yang tertangkap. Penelitian menggunakan metode eksperimen. Jenis umpan yang digunakan berupa udang putih (Penaeus merguiensis), udang dogol (Metapenaeus monoceros), dan cumi-cumi (Loligo spp.). Adapun ketinggian umpan adalah 1, 2 dan 3 m dari permukaan dasar perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis ikan hasil tangkapannya sama, yaitu kakap merah (Lutjanus sp), kuwe (Caranx ignobilis), kerapu (Epinephelus sp), kuniran (Upeneus sulphureus), kerong-kerong (Terapon jarbua). Umpan udang putih ternyata mendapatkan 196 ikan, atau 57,94 % dari seluruh ikan hasil tangkapan, selanjutnya udang dogol (111 ikan; 35,92 %), dan cumi-cumi (24 ikan; 6,13 %). Sementara, ketinggian umpan yang memberikan hasil tangkapan terbanyak adalah 1 m, yaitu 157 ekor, atau 47,43 % dari seluruh ikan hasil tangkapan, sedangkan 2 m (146 ikan; 44,11 %), dan 3 m (28 ekor; 8,46 %). Kata kunci: ikan demersal, jenis umpan, ketinggian umpan, pancing ulur
Estimasi Potensi dan Alokasi Sumber Daya Perikanan Demersal di Perairan Cilacap, Indonesia Hartono, Sugeng; Adiyanto, Fajar; Yuliardi, Amir Yarkhasy; Abdulrahman, Idris
Juvenil Vol 6, No 3: Agustus (2025)
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v6i3.31300

Abstract

ABSTRAKStudi ilmiah terkait potensi dan alokasi pemanfaatan sumber daya perikanan demersal di Perairan Cilacap belum pernah dilakukan. Oleh karenanya, penelitian bertujuan menentukan tangkapan lestari maksimum atau Maximum Sustainable Yield (MSY) untuk mengkaji potensinya. Adapun alokasi pemanfaatannya ditentukan berdasarkan analisis tangkapan yang dibolehkan atau Total Allowable Catch (TAC). Data sekunder dikumpulkan untuk kebutuhan analisis yang berupa data jumlah tangkapan dan jumlah usaha penangkapan yang bersumber dari PPS Cilacap dan Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap. Selanjutnya, kajian estimasi potensi dilakukan dengan menggunakan Rumus Surplus Produksi Gordon-Schaefer. Ada tujuh alat tangkap yang digunakan nelayan untuk memanfaatkan sumber daya ikan demersal di Perairan Cilacap. Hasil tangkapannya terdiri atas 64 jenis ikan demersal yang dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Osteichthyes (35 jenis) dan Chondrichthyes (29 jenis). Perikanan demersal di Perairan Cilacap masih memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Namun, ada banyak jenis ikan demersal yang harus diberi kesempatan untuk pulih agar populasinya dapat lestari. Setidaknya 21 ikan demersal dari masing-masing Osteichthyes dan Chondrichthyes masuk kategori tereksploitasi secara penuh dan berlebihan. Jenis ikan dari Osteichthyes meliputi Black pomfret, Silver pomfret Three lined rockcod, White spotted triggerfish, Indian halibu, Banded grunter, Black jew, Sin croaker, Triple tail, Red snapper, Largescaled terapon, Chacunda gizzard shad, Largehead hairtail, Common ponyfish, Giant trevally, Goatfish, Bluespot mullet, Bombay duck, Yellow pike conger, Flathead, dan Giant catfish. Sementara jenis ikan dari Chondrichthyes meliputi Tiger shark, Sharpnose sevengill shark, Silky shark, Gummy shark, Bigeye thresher, Dog fish, Sandbar shark, Blue shark, Spot tail shark, Spinner shark, Smalltooth thresher shark, Longfin mako, Shortfin mako, Guitarfishes, Wing skate, Giant manta ray, White spotted whipray, Japanese devilray, Round ribbontail ray, Bowmouth guitarfish, dan Leopard whipray. Penangkapan sumber daya ikan demersal selanjutnya di Perairan Cilacap harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan biodiversitas, agar perikanannya berkelanjutan. Caranya meliputi pemeliharaan dan perbaikan ekosistem perairan serta pembatasan dan pemantauan jumlah tangkapan sumber daya ikan demersal yang dieksploitasi. Peningkatan kualitas kedua aspek dapat mempercepat resiliensi populasi masing-masing spesies.Kata Kunci: Perikanan demersal, status pemanfaatan, tangkapan lestari.   ABSTRACTScientific studies on the potential and allocation of demersal fishery resource utilization in Cilacap waters have not yet been conducted. Therefore, this study aims to determine the Maximum Sustainable Yield (MSY) to assess its potential. The allocation of utilization is determined based on the Total Allowable Catch (TAC) analysis. Secondary data were collected for the analysis, consisting of catch and fishing effort data obtained from Cilacap Fishing Port (PPS Cilacap) and the Cilacap District Fisheries Office. Subsequently, potential estimation was carried out using the Gordon–Schaefer Surplus Production Formula. There are seven fishing gears used by local fishers to exploit demersal fish resources in Cilacap Waters. The catches consist of 64 species of demersal fish, which can be divided into two groups, namely Osteichthyes (35 species) and Chondrichthyes (29 species). Demersal fisheries in Cilacap waters still have potential for further utilization. However, many demersal fish species need opportunities to recover in order to sustain their populations. At least 21 demersal fish species from both Osteichthyes and Chondrichthyes are classified as fully or overexploited. Species of Osteichthyes included black pomfret, silver pomfret three lined rockcod, white spotted triggerfish, Indian halibu, banded grunter, black jew, sin croaker, triple tail, red snapper, largescaled terapon, chacunda gizzard shad, largehead hairtail, common ponyfish, giant trevally, goatfish, bluespot mullet, bombay duck, yellow pike conger, flathead, and giant catfish. Meanwhile species of Chondrichthyes included tiger shark, sharpnose sevengill shark, silky shark, gummy shark, bigeye thresher, dog fish, sandbar shark, blue shark, spot tail shark, spinner shark, smalltooth thresher shark, longfin mako, shortfin mako, guitarfishes, wing skate, giant manta ray, white spotted whipray, Japanese devilray, round ribbontail ray, bowmouth guitarfish, and leopard whipray. Future fishing of demersal fish resources in Cilacap waters must be carried out with consideration for environmental and biodiversity aspects to ensure sustainable fisheries. Methods include maintaining and rehabilitating the aquatic ecosystem, as well as limiting and monitoring the catch size of exploited demersal fish resources. Improving the quality of these two aspects can accelerate the population resilience of each species.Keywords: Demersal fisheries, sustainable yield, utilisation status.
First Report on the Reproductive Biology of Saurida tumbil in Jizan Waters, Saudi Arabia Based on Histological Analysis : Reproductive Biology of Saurida tumbil in Jizan Waters Hartono, Sugeng; Santanumurti, Muhammad Browijoyo; Puspito, Gondo; Salsabila, Sahda; Abualreesh, Muyassar Hamid
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 14 No. 3 (2025): JAFH Vol. 14 No. 3 September 2025
Publisher : Department of Aquaculture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jafh.v14i3.76081

Abstract

A scientific study on Saurida tumbil is essential, particularly concerning fishing activities. The current study aimed to investigate the reproductive biology of Saurida tumbil through monthly sampling. Fish were dissected to determine sex and gonadal maturity stages, with gonads furthermore preserved in a 10% formalin solution. Reproductive parameters, including sex ratio, gonad maturity, length at first sexual maturity, gonadosomatic index (GSI), and fecundity, were analysed, followed by length at first capture analysis. Histological techniques were applied to assess gonadal maturity at a microscopic level. The peak reproductive period of Saurida tumbil in Jizan waters was identified between February and April (winter–spring), with the highest GSI values recorded for females (3.6) and males (0.96). Reproductive activity declined between October and December (autumn–winter). The estimated length at first sexual maturity was 23.49 cm for females and 23.94 cm for males. Both values were lower compared to length at first capture (22.75 cm). Absolute fecundity averaged 42528 eggs, ranging from 4485 to 225549 eggs. Identifying optimal fishing areas and seasons simultaneously in Jizan waters is crucial for maximising sustainable fisheries.
ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP SCOOP NET YANG BEROPERASI DI PERAIRAN CILACAP Adiyanto, Fajar; Fitri, Aristi Dian Purnama; Hanifa, Irfan; Suryanti, Ani; Hartono, Sugeng; Junaidi, Teuku
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 21, No 3 (2025): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.21.3.191-198

Abstract

Kajian mengenai jaring scoop net di perairan Cilacap masih tergolong minim. Keterbatasan data perikanan ini berdampak pada rendahnya pemahaman terhadap manfaat dan kontribusi alat tangkap tersebut terhadap perikanan skala kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji nilai produktivitas jaring scoop net. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara, sedangkan analisis produktivitas dihitung menggunakan pendekatan Catch per Unit Effort (CPUE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan terdiri dari empat spesies, yaitu teri putih (Stolephorus commersonii), teri nasi (S. indicus), teri jengki (S. insularis), dan tembang (Sardinella fimbriata). Jenis tangkapan didominasi oleh teri putih (S. commersonii) sebesar 57,63%, sedangkan jumlah terendah berasal dari teri nasi (S. indicus) sebesar 0,7%. Nilai CPUE tertinggi yang diperoleh adalah 500 kg/trip, rata-rata sebesar 260 kg/trip, dan terendah sebesar 77 kg/trip. Tangkapan spesies S. commersonii paling banyak diperoleh pada periode Agustus–Oktober. Periode tersebut bertepatan dengan musim puncak migrasi dan pemijahan ikan pelagis kecil di perairan selatan Jawa, yang ditandai dengan suhu perairan yang lebih hangat dan peningkatan ketersediaan fitoplankton sebagai sumber makanan utama. Hasil ini menunjukkan bahwa produktivitas jaring scoop net masih cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan perikanan skala kecil yang berkelanjutan di wilayah pesisir Cilacap.
Sea Surface Temperature Trends (1993–2022) at the Central–West Java Border: Climate Change Indicator Hartono, Sugeng; Prayogo, Luhur Moekti; Nugroho, Agung Tri; Rahmalia, Diah Ayu; Sari, Ratna Juita; Yuliardi, Amir
Jurnal Ekologi, Masyarakat dan Sains Vol 6 No 2 (2025): Jul-Des 2025
Publisher : ECOTAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55448/j94d1w11

Abstract

This study analyzes the variability of sea surface temperature (SST) in the coastal waters of Cilacap and Pangandaran, South Java Sea, during the 1993–2022 period using satellite data from Marine Copernicus. The analysis covers long-term trends, interannual fluctuations, and seasonal patterns related to regional oceanographic dynamics such as ENSO and seasonal upwelling. The results show a warming trend of SST at 0.06 ± 0.02 °C per decade, indicating the influence of regional climate change. Interannual variability highlights significant cooling in 1997 (La Niña) and extreme warming in 1998 and 2010 (El Niño). Seasonal patterns reveal the highest SST from March to May during the west monsoon, and the lowest SST in August–September due to upwelling. Upwelling plays an important role in regulating sea temperatures and supporting biological productivity. These findings underscore the importance of SST monitoring for climate-adaptive marine resource management in the southern coastal region of Java.
Advances in understanding physical and biological controls on eggs and larval distribution in Pacific fisheries: A review Sumon, Md Afsar Ahmed; Hartono, Sugeng; Amran, Ramzi H.; Santanumurti, Muhammad Browijoyo; Khan, Saadullah Jan; Akther, Sajia; Gabr, Mohamed Hosny; Linh, Nguyen Vu; Doan, Hien Van
Journal of Marine Studies Volume 1, Issue 3 (November, 2024)
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/joms.v1i3.18627

Abstract

The early stages of fish, comprising eggs and larvae, are exceptionally fragile and sensitive to environmental dynamics and climate change. Pacific Ocean (PO) currents play an important role in shaping the distribution of marine organisms, influencing global climate patterns, heat distribution, coastal temperatures, and nutrient redistribution. These currents reveal significant changes within the climate system. Their variability across different timescales can be attributed to the complex interplay of physical forces. These currents are subjected to diverse anthropogenic factors, exerting detrimental effects on the dispersal of fish larvae. Furthermore, climate change variables, including alterations in tropical PO temperature associated with the ENSO cycle, Atlantic Nino modes influencing equatorial Atlantic temperature, changes in ocean salinity, polar ice cap melting, increasing greenhouse gases, marine heatwaves, and fluctuations in subsurface flows, directly impact the distribution, abundance, and species composition of early life stages. Major Pacific fisheries, such as those targeting Pacific sardines, saury, and anchovies, undergo population booms and declines due to significant alterations in the current dynamics of currents and fronts within the PO. The anticipated intensification of the ENSO cycle, characterized by more frequent and severe El Niño (warm) and La Niña (cold) events as a result of climate change, is expected to significantly impact the early developmental stages of important commercial fish stocks regularly. This review synthesizes the current understanding of the physical and biological parameters driving changes in ocean currents and their implications for early fish dispersion, emphasizing the critical need for research in this area to inform global conservation efforts, fisheries management, and food security.
Morphometric and Meristic Characteristics of Freckled Goatfish (Upeneus tragula) from Madura Strait, East Java Santanumurti, Muhammad Browijoyo; Hartono, Sugeng; Alim, Muhammad Bachrun
Jurnal Sains dan Teknologi Perikanan Vol 5 No 2 (2025): OKTOBER
Publisher : Fisheries Science Study Program, Faculty of Science and Technology, Muhammadiyah University of Sidenreng Rappang.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55678/jikan.v5i2.2306

Abstract

The kuniran fish or goatfish, from genus Upeneus, is the most commonly found species in the world from the Mullidae family. This study aims to provide information regarding the morphological characteristics of Upeneus from the Madura Strait. The method used in this study is the survey method. This study was conducted in June 2023 in the Madura Strait (East Java, Indonesia). The parameters tested for the morphological identification of Upeneus fish are morphometric and meristic tests. Fish morphometric tests are quantitative measurements and analyses of the shape and size of fish body parts to identify fish species in terms of length or weight. Meanwhile, meristic tests are recording and analyzing the number of fish body structures that can be counted, such as the number of scales, fin rays, or certain bones. The results show that the kuniran fish/goatfish or Upeneus found in the Madura Strait was U. tragula which had the main morphometric characteristics of 17 cm SL, with a head length of 25.88, a head depth of 18.82, and a snout length of 5.88. This fish had two dorsal fins, one ventral fin, two pectoral fins, one anal fin, and a caudal fin. The ventral and anal fins were yellow, with a brownish-white caudal fin. In this study, U. tragula had meristic characteristics of VIII dorsal fin spines, 10 dorsal fin rays, 34 caudal fin rays, III + 6 anal fin rays, and 12 pectoral fin rays.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA UDANG PENAEID DI TELUK CILETUH, PALABUHANRATU BERDASARKAN ANALISIS KESESUAIAN KAWASAN Hartono, Sugeng; Riani, Etty; Yulianda, Fredinan; Puspito, Gondo
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 1 (2020): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.557 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v12i1.27771

Abstract

Pemanfaatan sumberdaya udang penaeid di Teluk Ciletuh, Kabupaten Sukabumi berisiko tinggi untuk tereksploitasi secara berlebih karena daerah penyebaran udang penaeid relatif sempit di perairannya. Pengelolaan berbasis zonasi perlu diterapkan sebagai upaya pengelolaan sumber daya maupun upaya untuk menjelaskan fungsi dan luas satu kawasan pemanfaatan. Penelitian bertujuan untuk merancang satu kawasan pemanfaatan sumber daya udang penaeid yang sesuai dan terukur berdasarkan potensi dan karakteristik habitatnya secara spasial. Penelitian lapang dan laboratorium dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis sampel hasil tangkapan dan sedimen. Seluruh kegiatannya berlangsung antara Februari-April 2019. Metode pengumpulan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Pengoperasian pukat tarik dan Van Veen Grab dilakukan untuk mengumpulkan masing-masing sampel hasil tangkapan dan sampel sedimen. Analisis spasial dilakukan dengan perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) untuk menghasilkan satu kawasan pemanfaatan dengan menggunakan analisis inverse distance weighted (IDW) dan map algebra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua jenis udang penaeid yang tertangkap di perairannya, yaitu udang dogol (Metapenaeus ensis) dan udang jerbung (Fenneropenaeus merguiensis). Berdasarkan karakteristik habitatnya, sedimen permukaan dasar perairannya dikategorikan sebagai lanau (silt). Perairan yang dikategorikan sangat sesuai (S1) seluas 209,254 ha atau 43,7% dari total luas kawasan kajian (479,288 ha). Perairan yang dikategorikan sesuai (S2) seluas 209,067 ha (43,6%) dan yang tidak sesuai (N) 60,967 ha (12,7%).