Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Pendekatan Lansekap Budaya dalam Pengelolaan Ekomuseum: Studi di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara Cynthia E. V. Wuisang; Joseph Rengkung; Dwight M. Rondonuwu
Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia Vol. 6 No. 4 (2017): JLBI
Publisher : Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32315/jlbi.7.4.191

Abstract

Lansekap budaya adalah fenomena integrasi dari lahan (land), manusia, budaya, dalam kurun waktu dan sejarah yang panjang. Dalam upaya pelestarian Lansekap Budaya berkelanjutan, Ekomuseum adalah salah satu model pengelolaan dengan berbasis sosio-budaya dan etnoekologi. Konsep Ekomuseum berkembang dengan pesat di berbagai negara di belahan dunia dengan berbagai strategi yang melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan. Tulisan ini memetakan interaksi masyarakat Minahasa dengan lingkungannya dan bagaimana ekomuseum digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam pengembangan dan pelestarian lansekap budaya. Metoda yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan melakukan survey terhadap sejumlah permukiman wilayah regional dan melihat potensi ekomuseum masing-masing teritory. Data kemudian dianalisis berdasarkan pendekatan geografi. Kesimpulan tulisan ini adalah merekomendasikan model pengelolaan ekomuseum yang ideal untuk Kabupaten Minahasa.
RESORT WEDDING CENTER DI MANADO. AMPHIBIOUS ARCHITECTURE Novianti R. Datu; Pingkan P. Egam; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17115

Abstract

Resort Wedding Center di Manado adalah sebuah wadah yang melayani akan kebutuhan saat akan melaksanakan pernikahan maupun setelah pernikahan serta bangunan yang menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya juga sebagai tempat yang menyediakan sarana rekreasi sehingga dapat menarik minat para turis lokal maupun mancanegara.Wadah ini nantinya akan menjadi alternatif pemecah masalah bagi pasangan kekasih yang ingin menikah atau untuk liburan setelah pasca pernikahan. Amphibious Architecture merupakan tema yang dipilih agar tercipta sebuah Resort Wedding Center yang unik dan baru bagi pengunjungnya karena massa bangunan di desain berada di darat dan ada juga yang di atas air sehingga mampu memberikan sensasi yang berbeda-beda.Kota Manado sebagai kawasan  pengembangan tepian air / waterfront city memenuhi kriteria dalam penerapan tema, serta kota Manado sebagai kota pariwisata banyak menarik turis menjadikan  kota Manado memiliki prospek lokasi yang tinggi dalam pembangunan Resort Wedding Center.  Kata kunci: Wedding Center,Manado, Amphibious Architecture.
GEDUNG VERTIKULTUR DI MANADO. Bangunan Hemat Energi Valentino S. Poluan; Pierre H. Gosal; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17259

Abstract

Visi pemerintah dalam pembangunan jangka menengah Kota Manado periode 2016-2021 yaitu “Manado Kota Cerdas 2021” atau “The Smart City of Manado in 2021”. Menurut laman smartcityindonesia.org, Smart City adalah konsep kota cerdas yang dirancang guna membantu berbagai hal kegiatan masyarakat, terutama dalam upaya mengelola sumber daya yang ada dengan efisien, memberikan kemudahan akses kepada masyarakat, untuk mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya, dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Ada beberapa masalah dalam mewujudkan Manado sebagai kota cerdas, salah satunya pertumbuhan penduduk setiap tahunnya jika dilihat dari data statistik penduduk kota Manado beberapa tahun kebelakang. Kebutuhan konsumsi pangan masyarakat juga berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, perlu adanya solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Budidaya tanaman vertikal (Vertical Farming) atau Vertikultur di dalam gedung sebagai salah satu poin untuk mewujudkan kota Manado sebagai Smart City, konsep ini sudah populer dan di beberapa negara lainnya. Dengan menerapkan hemat energi pada desain maka bangunan dapat beroperasi tanpa memakan energi yang berlebihan. Lokasi perancangan objek berada di kawasan Megamas Manado dengan luas lahan 70.041,25 m2 untuk mewadahi fungsi: budidaya tanaman, hunian apartemen,  dan mall organik. Dalam penerapan konsep hemat energi pada bangunan penulis menggunakan sistem operasional bangunan menurut Yeang dalam jurnal Priaman, yaitu: Sistem Pasif, Sistem Hybrid, Sistem Aktif, dan Sistem Produktif.Kata kunci : Smart City, Vertikultur, Hemat Energi.
RE-DESIGN FASILITAS OLAHRAGA BERKUDA DI TOMPASO MINAHASA. Organic Architecture Windy M. Nangoy; Cynthia E. V. Wuisang; Hendriek H. Karongkong
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17273

Abstract

Olahraga adalah salah satu kebutuhan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Olahraga berkuda merupakan salah satu cabang olahraga yang memacu sportivitas dan kreatifitas bagi sumber daya manusia. Sulawesi Utara sudah sejak lama menjadi daerah yang selalu turut ambil bagian dalam olahraga berkuda di Indonesia. Tompaso merupakan daerah yang dikenal dengan olahraga berkuda ini. Mengacu dari hal ini maka dihadirkan wadah untuk memfasilitasi dan menunjang berbagai macam kegiatan yang menyangkut olahraga berkuda. Mulai dari stadion pacuan kuda, peternakan kuda, bahkan sekolah berkuda. Stadion pacuan kuda yang memiliki penunjang dengan fasilitas yang bagus menjadi kebutuhan bagi masyarakat yang mempunyai minat akan olahraga berkuda. Tema “Arsitektur Organik” yaitu sebuah langkah untuk merancang, mendesain bangunan yang menghadirkan keselarasan dengan lingkungan sekitar dari beberapa konsep-konsep yang akan diterapkan. Penerapan akan bangunan yang selaras antara bangunan tempat melakukan kegiatan, dan alam, melalui desain yang harmonis antara lokasi, bangunan, interior, dan lingkungan menjadi komposisi yang dipersatukan dan kemudian saling berhubungan. Dengan penggunaan strategi tersebut diharapkan desain yang ada bisa memiliki keunikan tersendiri tanpa mengabaikan fungsi ruang bahkan bangunan sesungguhnya.Kata Kunci : Olahraga Berkuda, Stadion Pacuan Kuda, Arsitektur Organik
GELANGGANG REMAJA DI KOTA AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Bahaviour Architecture Meldrick A. G. Purukan; Pingkan P. Egam; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17285

Abstract

Remaja merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita, perjuangan dan pembangunan bangsa. Pendidikan para remaja sangat berpengaruh atas kualitas edukasi para remaja, yang berdampak pada pembentukan karakter suatu daerah dalam pengembanganya. Kota Amurang sebagai pusat kegiatan wilayah di daerah Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai permasalahan tersendiri atas pengembangan dan pembentukan karakter para remaja. Maraknya kasus tawuran antar pelajar, penggunaan senjata tajam, narkoba dan minuman keras, menjadi hal yang tidak lasim lagi dalam lingkungan pergaulan muda mudi di Kota Amurang. Kurangnya perhatian pada remaja menjadi dampak permasalahan tersebut. Untuk meminimalisir berkembangnya hal – hal negatif yang dilakukan para remaja, kiranya perlu di hadirkan suatu sarana sebagai penyaluran aktivitas minat dan bakat dan mampu mengalihkan kegiatan remaja pada hal-hal yang lebih positif.Fasilitas dan sarana yang bergerak di bidang olahraga, seni, iptek dan pengembang diri atau mutu bagi remaja  sebagai wadah yang merupakan fasilitas pembinaan dan pengembangan fisik dan mental para remaja dalam bentuk edukatif kreatif, dan rekreatif. Rancangan Gelanggang remaja di Amurang ini menerapkan pendekatan tematik Behavior Architecture yang penerapannya selalu menyertakan pertimbangan - pertimbangan perilaku pengguna dan lingkungan sekitar dalam perancangan. Diharapkan dengan penerapan tema ini pada objek rancangan, dapat menghadirkan suatu ruang yang bisa menampung remaja dalam beraktifitas, bersosialisai dan berkreasi dalam perbedaan pada karakter remaja, dan ditunjang dengan berbagai fasilitas pendukung yang terpadu dan terarah, sebagai wadah yang menjadi solusi bagi permasalahan remaja di Kota Amurang. Kata Kunci : Penyalur Minat Bakat, Gelanggang Remaja, Amurang, Behavior Architecture
AGRO RESEARCH CENTER DI KOTAMOBAGU. Biomimicry dalam Arsitektur Tiara D. Hamin; Cynthia E. V. Wuisang; Michael M. Rengkung
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17287

Abstract

Seiring dengan bertambahnya jumlah jiwa penduduk di Indonesia konsumsi hasil pertanian juga semakin meningkat. Kota Kotamobagu merupakan wilayah yang memiliki kawasan pertanian pangan yang seluas 3.250 ha. Terkait ketahanan pangan, Kotamobagu menjadi salah satu daerah dari Sulut yang diundang pemerintah pusat guna melakukan ketahanan pangan daerah. Rencananya setiap tahun ada persediaan pangan yang akan dibiayai oleh daerah, kurang lebih 2.500 ton. Selain itu belum tersedianya tempat untuk mengembangkan kualitas pertanian, maka pusat penelitian (research center) diharapkan mampu mewadahi kegiatan tersebut. Research Center atau Pusat penelitian adalah bangunan yang didirikan untuk penelitian. Bangunan ini menyediakan ruang dan fasilitas khusus untuk meneliti lebih spesifik tentang suatu obyek. Dengan penggunaan tema Arsitektur Biomimicry dalam perancangan sehingga mampu menghadirkan tempat penelitian yang memiliki perpaduan dengan alam serta fasilitas yang baik sehingga memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.Kata kunci : Agro Research Center, Kotamobagu, Penelitian, Biomimicry.
PERPUSTAKAAN YAYASAN KRISTEN EBEN HAEZAR MANADO. Space as Language Richie Muaya; Octavianus H. A. Rogi; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17472

Abstract

Perkembangan teknologi yang cukup pesat saat ini menyajikan beragam pilihan hiburan bagi pelajar di Kota Manado dan sekitarnya terlebih bagi siswa siswi Yayasan Eben Haezar. Dimana kecenderungan hiburan saat ini adalah pilihan hiburan yang konsumtif. Maka diperlukan perancangan suatu sarana yang tidak hanya bisa menghibur tapi sekaligus bersifat edukatif dan informative, yaitu Perpustakaan. Perpustakaan didesain dengan konsep yang fleksibel dan adaptif terhadap gaya hidup pelajar yang diaplikasikan dalam waktu dan fasilitas-fasilitasnya. perpustakaan dirancang dengan suasana yang menyenangkan, betah, dan privat sehingga pengunjung dapat membaca dengan suasana akrab seperti di rumah sendiri. Pemilihan site didasarkan pada pertimbangan karakteristik area dengan tingkat aktifitas yang tinggi. Berdasarkan tema Space as Language memungkinkan pengunjung untuk memperoleh pengalaman meruang yang berbeda saat melakukan aktifitas. Aplikasi tema ini terdapat pada pengolahan ruang dan bentuk arsitektural. Setiap  bagian dari tahap ini memiliki fungsi ruang dengan suasana yang membawa pengalaman berbeda-beda bagi pengunjung. Akhirnya tujuan dari perancangan Perpustakaan Yayasan Eben Haezar ini adalah untuk menyebarkan kesenangan akan membaca, menumbuh-kembangkan kebiasaan membaca dan mencari informasi yang menyenangkan, dengan menawarkan pengalaman baru dengan konsep yang nyaman seperti dirumah. Keywords : Membaca, Perpustakaan, Pengalaman Ruang, Gaya Hidup
MUSEUM MUSIK TRADISIONAL DI MANADO. Gesture dalam Arsitektur Krystyenson Namare; Frits O. P. Siregar; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17596

Abstract

Dunia musik di Indonesia telah menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat terutama dalam musik tradisional. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai kelompok musik tradisional.musik tradisional mulai masuk di Indonesia sejak jaman hindu – budha dan terus berkembang sampai saat ini. Ironisnya, musik tradisional kurang  dikenal oleh masyarakat terlebih para pemuda penerus bangsa. Karena itu, kehadiran fasilitas rekreasi dan edukatif, dalam bentuk museum musik tradisional, diperlukan untuk lebih memperkenalkan tradisi musik tradisional kepada masyarakat terlebih di kota Manado.Pada objek desain ini menggunakan beberapa pendekatan desain, terutama dalam bentuk studi tentang tipologi objek, tapak dan lingkungannya, dan studi tematik. Secara khusus, pendekatan tematik didasarkan pada studi tentang “ Gesture DalamArsitektur “. Tema ini diterapkan karena memiliki keterkaitan dengan musik tradisional yang mempunyai gesture atau Bahasa non-verbalnya sendiri.Berdasarakan pendekatan, terutama proses tematik, hasil desain merupakan bangunan museum musik tradisional. Nilai signifikan bangunan ini mengarah pada bentukan bangunan dan pola penataan ruang, yang bertujuan menghadirkan sarana edukatif dan rekreasi bagi pengunjung, terutama masyarakat kota Manado.Kata kunci : Museum Musik Tradisional Di Manado, Manado, Gesture Dalam Arsitektur.
PUSAT KEGIATAN REMAJA DI KOTA BITUNG. Arsitektur Origami Christian V. Vially; Linda Tondobala; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 1 (2018): DASENG Volume 7, Nomor 1, Mei 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i1.19312

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil atlet olahraga dan kesenian di kawasan Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan sistem pelatihan dan bimbingan yang baik di kota-kota besarnya. Ini bertolak belakang dengan kota-kota berkembang seperti kota Bitung. Padahal, kota Bitung merupakan kota dengan beragam suku dan ras yang menyimpan berbagai talenta mulai dari usia dini yakni remaja. Remaja di kota Bitung kebanyakan menyalurkan bakat-bakat mereka ke hal-hal negatif dikarenakan belum ada wadah di Kota Bitung yang dapat menampung talenta-talenta terpendam mereka. Oleh karena itu maka dibutuhkan wadah yang selain dapat menampung bakat-bakat tersebut, namun diiringi dengan bimbingan dan didikan yang tepat agar tetap bersifat positif.                Pusat Kegiatan Remaja merupakan salah satu fasilitas yang tepat dalam mengatasi permasalahan di atas. Selain mereduksi angka kriminalitas, fasilitas ini secara tidak langsung dapat menjadi sekolah kedua para remaja yang berfokus pada Olahraga dan Kesenian. Pusat Kegiatan Remaja ini diharapkan akan menjadi suatu kawasan yang dapat menghasilkan atlet dan seniman yang dapat bersaing di kancah Nasional maupun Internasional.                Untuk menciptakan Pusat Kegiatan Remaja yang dapat menarik perhatian dan apresiasi masyarakat serta tidak kalah dari kota-kota besar, maka tema atau gaya Arsitektur yang akan digunakan sebagai pendekatan adalah Arsitektur Origami yang memberikan kelebihan pada nilai estetikanya dan sesuai denga perkembangan zaman.Kata Kunci : Pusat, Kegiatan, Remaja, Origami
TAMAN SATWA GUNUNG TUMPA. Eco Architecture Rayana S. Sondakh; Jefrey I. Kindangen; Cynthia E. V. Wuisang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 7 No. 1 (2018): DASENG Volume 7, Noomor 1, Mei 2018
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v7i1.20033

Abstract

Alam merupakan rumah bagi semua makhluk hidup. Alam yang asri dan terjaga dapat mendukung kualitas hidup. Sulawesi Utara memiliki kekayaan alam yang melimpah. Potensi yang ada dapat di arahkan untuk  menjadi hal yang positif, seperti pemeliharaan lingkungan dan perlindungan satwa endemik, dalam hal ini satwa endemik Sulawesi. Sekaligus masyarakat akan mendapatkan informasi tentang satwa-satwa yang ada. Dibutuhkan tempat sekaligus wadah untuk pemeliharaan dan perlindungan yang dapat mengenalkan satwa endemik Sulawesi kepada masyarakat yang juga dapat memiliki fasilitas yang memadai sehingga dapat menjadi tempat wisata.Penerapan tema pada perancangan adalah konsep berwawasan Eco-Architecture. Dalam penerapannya diharapkan arsitek tidak akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, melainkan dapat menyatu dengan lingkungan dan memberikan respon positif terhadap lingkungan sekitar. Dengan tema ini, arsitek di harapkan dapat mempengaruhi manusia untuk tidak merusak alam melainkan menjaga dan melestarikannya. Kata Kunci : Taman, Satwa, Eco-Architecture