Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

PUSAT REHABILITASI MEDIK DI TOMOHON SULAWESI UTARA: Healing Architecture Vallery K. H. Powa; Fela Warouw; Michael M. Rengkung
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 11 No. 1 (2022): DASENG Volume 11, Nomor 1, Mei 2022
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Tomohon sebagai salah satu kota di Sulawesi Utara yang sedang berkembang tentunya harus diiringi dengan penambahan fasilitas penunjang untuk memperlancar kehidupan masyarakat salah satunya fasilitas kesehatan yang dalam hal ini tempat rehabilitasi medik. Rehabilitasi Medik menangani masalah kesehatan yang berkaitan dengan sistem motorik dan sensorik. Ketersedian wadah yang di khususkan untuk rehabilitasi medik di Tomohon masih minim dan tidak lepas dari berbagai aspek yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau tanggapan terhadap perilaku dari pasien rehabilitasi itu sendiri. Untuk mamaksimalkan perawatan terhadap pasien penerapan tema rancangan Healing Architecture yaitu dengan menerapkan 3 pendekatan yaitu Alam (Nature), Indra (Sense) dan Psikologis. Hasil dari perancangan akan menampilkan penerapan dari 3 prinsip yang ada untuk memberikan kenyamanan terhadap pasien yang mencakup dari tampilan bangunan baik dari luar maupun dalam objek. Kata Kunci : Kota Tomohon, Healing Architecture, Rehabilitasi Medik, Terapi.
Analisis Tipologi Wilayah Peri-Urban Di Kecamatan Mandolang Juve Tiwang; Fela Warouw; Surijadi Supardjo
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 9 No. 1 (2020): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v9i1.31724

Abstract

Kecamatan Mandolang merupakan salah satu wilayah peri-urban Kota Manado yang mengalami banyak perubahan fisik oleh karena pengaruh perkotaan yang sangat kuat. Penelitian tentang tipologi wilayah peri-urban bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik, sosial dan ekonomi dari Kecamatan Mandolang. Untuk menentukan klasifikasi tipologi wilayah peri-urban dilakukan dengan analisis skoring yang dilanjutkan dengan overlay peta untuk mendapatkan sebaran tipologi kedesaan – kekotaan pada Kecamata Mandolang. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kecamatan Mandolang memiliki karakteristik peri-urban sekunder dan rural peri-urban. Terdapat 11 desa di Kecamatan Mandolang yang termasuk dalam klasifikasi peri-urban sekunder yaitu Kalasey Satu, Kalasey Dua, Tateli Satu, Tateli Dua, Tateli Tiga, Tateli, Tateli Weru, Koha, Koha Barat, Koha Selatan, Agotey. Sementara karakteristik rural periurban hanya ditemukan pada desa Koha Timur. Kata kunci: Tipologi; peri urban;karakteristik;Kecamatan Mandolang.
Ketersediaan dan Kebutuhan Sarana pada Perumahan dan Kawasan Permukiman di Cluster Mapanget – Talawaan Kabupaten Minahasa Utara Ira Wilhelmina Janis; Veronica A Kumurur; Fela Warouw
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 9 No. 2 (2020): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v9i2.31737

Abstract

AbstrakPembangunan perumahan dan kawasan permukiman (PKP) yang ada di Provinsi Sulawesi Utara berkembang dengan pesat, hal ini sejalan dengan adanya Kawasan Metropolitan Bimindo sebagai pusat pertumbuhan wilayah di Sulawesi (RPJMN 2015-2019). Perkembangan perumahan dan kawasan permukiman ini tentunya tak lepas dari kelengkapan dasar lingkungan yaitu Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU). Kelengkapan dasar yang ada di Cluster Mapanget-Talawaan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan, karena akan berpengaruhnya jika diantaranya tidak memiliki PSU yang memadai. Tujuan penelitian ini untuk melihat ketersediaan serta kebutuhan Sarana pada 10 hingga 20 tahun mendatang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis spasial dengan aplikasi ArcGIS. Analisis spasial seperti ploting, buffer dan Overlay. Berdasarkan hasil analisis, ketersediaan Sarana pada umumnya telah memadai namun membutuhkan penambahan pada semua sarana baik pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan dan ruang terbuka hijau agar sesuai dengan standar yang berlaku. Kata kunci: Perumahan; Kawasan Permukiman; SaranaAbstractHousing development and settlement areas (PKP) in North Sulawesi Province are growing rapidly, this is in line with the presence of the Bimindo Metropolitan Area as the regional growth center in Sulawesi (RPJMN 2015-2019). The development of housing and residential areas cannot be separated from the basic completeness of the environment, namely the Provision of Infrastructure, Facilities and Utilities (PSU). The basic equipment in the Mapanget-Talawaan Cluster is the most important part of development, because it will affect if one of them does not have an adequate PSU. The purpose of this research is to see the availability and need for facilities in the next 10 to 20 years. This research was conducted using a qualitative descriptive research method with the analysis used is descriptive analysis and spatial analysis with the ArcGIS application. Spatial analysis such as plotting, buffers and overlays. Based on the results of the analysis, the availability of facilities is generally adequate but requires the addition of all facilities including education, health, worship, trade and green open spaces to comply with the applicable standards. Keyword: Housing; Residential Area; Social Facilities
Analisis Faktor Pembentuk Urban Heat Island di Kota Bitung Elroi Lempoy; Veronica Kumurur; Fela Warouw
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur Vol. 10 No. 1 (2021): SABUA : JURNAL LINGKUNGAN BINAAN DAN ARSITEKTUR
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/sabua.v10i1.34460

Abstract

Urban Heat Island (UHI) is a phenomenon where urban areas experience hotter temperatures than the surrounding rural areas. Changes in land cover that occur include the establishment of buildings and infrastructure that replace open areas and vegetation, where the land cover that was originally permeable and moist has changed to impermeable and dry as a result of urban development which led to the formation of the Urban Heat Island. UHI is formed by various factors such as weather, geographic location, vegetation, materials, geometry and anthropogenic heat. Bitung city experienced population growth from 2008-2017 of 2.12% per year as well as various land use changes resulting in decreased open space and vegetation which led to an increase in surface temperature. Therefore this research was conducted to identify the distribution of surface temperature in the Bitung city and its forming factors. This study aims to find out how the surface temperature in the city of Bitung and the conditions of land use, building materials and urban geometry at high surface temperatures. The data analysis used is in the form of spatial analysis with GIS software in the form of ArcGIS 10.3. In determining the surface temperature, data from Landsat 8 imagery is used. From image processing in Bitung city, it was found that the lowest surface temperature was 15.47 ºC and the highest surface temperature was 43.34 ºC. The highest average surface temperature in the city of Bitung is in the sub-districts of Girian, Madidir, and Maesa with land use for housing, trade, industry and services; with the use of zinc roofing material and concrete walls and a building distance of 0.82m to 8.47m. Keyword: Urban heat island; Land use; Building materials; Urban geometry
MODEL HARGA LAHAN MENURUT PREFERENSI MASYARAKAT DI KECAMATAN LANGOWAN TIMUR Cheysya H. Lumenta; Ricky S.M. Lakat; Fela Warouw
SPASIAL Vol. 10 No. 1 (2023): Volume 10, No.1, Mei 2023
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perubahan harga lahan terjadi pada wilayah yang mengalami percepatan perkembangan seperti di Kecamatan Langowan Timur. Letak wilayah ini sangat startegis karena menjadi daerah transit ekonomi dan lintas perhubungan jalur tengah Provinsi Sulawesi Utara yang menghubungkan sejumlah kabupaten dan kota disekitarnya. Harga lahan tidak hanya ditentukan sepihak oleh penjual tetapi juga ada faktor-faktor lain seperti preferensi masyarakat untuk memiliki tanah itu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor kemauan dan kemampuan dalam masyarakat memilih dan membeli lahan kemudian merumuskan model harga lahan menurut preferensi masyarakat di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dimulai dengan analisis spasial ArcGIS dan dilanjutkan dengan analisis korelasi pearson serta analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS. Berdasarkan hasil analisis regresi ditemukan faktor-faktor kemauan masyarakat dalam memilih lahan yaitu Y = -599.801 + 230.404 X1 + 12.774 X2 + 60.019 X3, dimana kemauan masyarakat dalam memilih lahan dipengaruhi positif oleh tiga variabel yaitu kelengkapan fasilitas, aksesibilitas positif dan aksesibilitas negatif. Faktor-faktor kemampuan masyarakat dalam membeli lahan berdasarkan hasil analisis regresi yaitu Y = 1.010.613 - 126.235 X4 + 30.603 X5 + 34.720 X6 – 87.868 X7, dimana kemampuan masyarakat dalam membeli lahan dipengaruhi negatif oleh pendapatan dan harga lahan minimal sementara faktor total biaya pengeluaran dan kebutuhan memiliki pengaruh positif. Selanjutnya diperoleh model harga lahan menurut preferensi masyarakat di Kecamatan Langowan Timur berdasarkan hasil analisis regresi yaitu Y = 661.636 + 303.732 X1 - 98.627 X2 + 21.128 X3 - 156.778 X4 - 24.198 X5 + 77.854 X6 - 163.579 X7 dimana harga lahan dipengaruhi oleh semua variabel yaitu X1. Kelengkapan Fasilitas; X2. Aksesibilitas Positif; X3 Aksesibilitas Negatif; X4. Pendapatan; X5. Kebutuhan; X6. Total Biaya Pengeluaran; dan X7. Harga Lahan Minimal. Kata Kunci: Preferensi Masyarakat; Harga Lahan; Langowan Timur
ANALISIS RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR KOTA MANADO BERBASIS MITIGASI BENCANA Syafrida A. Kamal; Dwight M. Rondonuwu; Fela Warouw
SPASIAL Vol. 11 No. 1 (2023): Volume 11 no.1 2023
Publisher : SPASIAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Manado terletak di wilayah pesisir pantai sehingga rentan akan fenomena alam dengan ciri geografisnya masing-masing. Pesisir Kota Manado juga rentan terhadap bencana, seperti kenaikan muka air laut yang terjadi di beberapa tahun terakhir dan juga kemungkinan dapat terjadi lagi bencana tsunami. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis karakteristik wilayah pesisir kota manado dan untuk mengetahui konsep rencana zonasi berbasis mitigasi bencana Tsunami dan kenaikan muka air laut di wilayah pesisir Kota Manado. Penelitian ini diolah melalui Analisis Spasial GIS untuk mengetahui karakteristik Kawasan pesisir, resiko bencana dan rencana zonasi berbasis mitigasi bencana. Dari analisis tersebut diusulkan 4 zona berbasis mitigasi bencana di wilayah pesisir Kota Manado, yaitu Zona Preservasi, Zona Konservasi, Zona Penyangga dan Zona Pemanfaatan. Kata Kunci: Karakteristik Wilayah Pesisir, Resiko Bencana, Mitigasi Bencana, Konsep Zonasi Berbasis Mitigasi Bencana
TERMINAL WISATA DI KAWASAN PELABUHAN MANADO. ‘ADAPTIVE REUSE’ Awaliyah Oktaviani; Fela Warouw; Judy O. Waani
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17078

Abstract

Kawasan Pelabuhan Manado merupakan kawasan besejarah di Kota Manado yang telah direncanakan untuk direvitalisasi. Permasalahan yang ada sekarang adalah belum optimalnya pengaturan kawasan tersebut misalnya terminal penyeberangan yang belum tertata dengan baik, padahal berpotensi menjadi terminal wisata ke sejumlah pulau di sekitar Kota Manado. Permasalahan lain yaitu vitalitas kawasan yang menurun, penataan parkir yang kurang optimal, dan lain-lain. Oleh karena itu perlu direncanakan kembali dengan penerapan tema adaptive reuse yang menghasilkan konsep baru marriage old and new design bangunan dan kawasan. Luas site yang dikembangkan 37.525,77 m2, yang dilakukan penambahan reklamasi pada area pelabuhan untuk memaksimalkan fungsi baru pada kawasan Pelabuhan Manado.  Fungsi bangunan meliputi : terminal wisata, museum, galeri, retail, restaurant, cafe, aula, perpustakaan, menara wisata, halte, traditional market. Fungsi wisata juga dikembangkan yaitu area berjemur, outdoor childplay, outdoor event space and park, open stage sebagai penyambut kedatangan dan keberangkatan penumpang dan hiburan menarik pengunjung lokal dan asing untuk datang berkunjung.Dalam memperkuat karakteristik dan mempertahankan keunggulan bangunan  lama terhadap bangunan baru diterapkan 5 konsep dasar yang terdapat  pada tema adaptive reuse, yaitu: wraps, juxtaposition, parasit, weaving and insertion, dengan penggunaan metode studi komparasi menghasilkan konsep bentuk dinamis yang menyesuaikan dengan eksisting site di pinggir laut, dengan memberikan koneksi terhadap 2 blok, menyediakan arahan pada setiap zona kawasan yang memberikan sense of place terhadap pengunjung. Kata kunci : terminal wisata, revitalisasi kawasan pelabuhan, adaptive reuse
SEKOLAH TINGGI KESENIAN di MANADO (PURISME dalam ARSITEKTUR) Sonya A. Gabriela; Alvin J. Tinangon; Fela Warouw
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17081

Abstract

Kota Manado sendiri memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan dalam bidang seni. Melihat kenyataan bahwa seni saat ini penting untuk dipelajari dalam dunia pekerjaan, maka selayakya pendidikan seni dikedepankan juga di Manado. Menghadirkan suatu objek Sekolah Tinggi yang berfungsi sebagai sarana entertainment, agar dapat memacu aktifitas dan kreatifitas di bidang senipada wilayah Indonesia bagian timur khususnya Manado agar menjadi lebih maju dan berkembang.Dalam proses perancangan Sekolah Tinggi Kesenian di Manado menggunakan proses desain generasi II oleh John Zeisel dalam bukunya Inquiry by Design : Tools for Environment Behavior Research. Sekolah Tinggi Kesenian di Manado hadir sebagai fasilitas pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan akademik atau profesional dalam lingkup disiplin ilmu seni yang mengutamanak peningkatan kemampuan / keterampilan kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi, dengan tujuan untuk menghasilkan para profesional muda yang mampu bersaing dan berkembang dalam negeri maupun di luar negeri. `Kata Kunci : Sekolah Tinggi, Kesenian, Purisme, Le Corbusier
AMFITEATER DAN KONSER HAL DI PULAU TIDORE. Desriyati H. Folasimo; Fela Warouw; Esli D. Takumansang
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17088

Abstract

Amfiteater merupakan sebuah rancangan teater terbuka yang di fungsikan sebagai sarana dalam mendukung kegiatan kesultanan serta konser hal yang juga merupakan sebuah rancangan gedung pertunjukan yang di fungsikan sebagai sarana pertunjukan seni maupun pertunjukan musik. Tema Perancangan yang digunakan ialah Arsitektur akustik dimana sebuah ruangan dengan perhitungan akustik ruang sehingga tidak mengakibatkan cacat akustik yang disebabkan oleh pantulan suara dari sumber suara (stage) maupun suara yang berasal dari penonton, pengulangan suara akibat pantulan suara yang berulang-ulang maka dibuat berdasarkan konsep akustik pada material ruang berdasarkan fungsinya. Sesuai dengan fungsi kegiatan yaitu untuk melestarikan kesenian daerah yang diselenggarakan  Kesultanan Tidore dan masyarakat maka lokasi pengembangan diarahkan ke Kelurahan Soasio, area kawasan Kesultanan Tidore sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Tidore. Dan fungsi ruang dengan bangunan utama ruang konser untuk menyalurkan bakat seni yang ada serta melestarikan kesenian daerah sesuai dengan visi Kota Tidore menuju Kota Budaya. Konsep bangunan utama konser hal menggunakan bentuk kerang laut yang juga merupakan alat music tradisional Maluku yaitu terompet kerang dengan berdasarkan pada perhitungan akustik ruang. Dengan adanya Amfiteater dan Konser Hal ini diharapkan mampu mewadahi kegiatan didalamnya sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang mempertahankan nilai budaya daerahnya. Kata kunci : Amfitheater,  Konser Hal,  Arsitektur Akustik,  Arsitektur.
RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO. Behaviour Modifier Elza Y. Landimuru; Pierre H. Gosal; Fela Warouw
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 6 No. 2 (2017): DASENG Volume 6, Nomor 2, November 2017
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/daseng.v6i2.17290

Abstract

            Menurut UU No. 38 tahun 2011, Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Kawasan daerah bantaran sungai seringkali luput dari perhatian pemerintah. Sungai hanya menjadi halaman belakang kota, terabaikan, dan jarang tersentuh. Akibatnya permukiman kumuh tumbuh berkembang secara liar di pinggir sungai yang mengakibatkan terjadinya banjir. Kota Manado memiliki permukiman kumuh dan rawan banjir. Pada Kawasan bantaran sungai Tondano menjadi yang paling dominan. Sehingga perlu dilakukan penataan ulang salah satunya yaitu dengan menyediakan rumah susun. Dengan melakukan metodologi penelitian langsung pada kawasan  daerah aliran sungai Tondano di Manado dan studi literatur maka ditemukan site yang sesuai yaitu berada pada lingkungan II. III, IV dan V, kelurahan karame. Dan tema yang sesuai untuk perancangan rumah susun pada kawasan daerah aliran sungai Tondano di Manado yaitu behavior modifier. Dari hasil perancangan dapat disimpulkan bahwa  rumah susun berada di luar kawasan daerah aliran sungai Tondano, terdapat dua tipe unit hunian yaitu tipe 42 untuk masyarakat menengah kebawah dengan jumlah 430 unit hunian dan tipe 84 untuk masyarakat menengah keatas dengan jumlah 183 unit hunian. Rumah susun milik digunakan oleh masyarakat yang berada pada lingkungan II, III, IV dan V Kelurahan Karame dan rumah susun sewa digunakan oleh masyarakat di luar lingkungan II, III, IV dan V Kelurahan Karame. Tema behavior modifier diterapkan pada desain ruang dalam unit hunian dan desain ruang luar bangunan berdasarkan perilaku yang didapat pada survey lapangan. Kata kunci: Rumah susun, Kawasan bantaran sungai Tondano, permukiman kumuh, behavior modifier