M.M. Sintorini
Departemen Teknik Lingkungan Universitas Trisakti

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS RISIKO KESEHATAN dan KESELAMATAN KERJA (K3) di PT. YUASA BATTERY TANGERANG, INDONESIA Maria Sintorini, Margaretha; Yulinawati, Hernani; Rachmawati, Cherry
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Risiko kecelakaan kerja tidak mungkin untuk dihilangkan sama sekali, beberapa jenis risiko hanya dapat dikurangi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dari setiap kegiatan, menentukan nilai variabel akibat kegiatan, menentukan nilai frekuensi kegiatan, menentukan nilai variabel peluang terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di PT. Yuasa Battery Tangerang, Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei 2011 pada empat lokasi yaitu di sebelah selatan pabrik, sebelah utara pabrik, assembling manufacturing area, dan plat manufacturing area. Metode penelitian risiko K3 yang digunakan dalam penelitian in adalah metode fine yang merupakan aplikasi penilaian secara semi-kuantitatif. Sampling udara ambien memberi hasil sebesar 0,82 µg/Nm 3 masih memenuhi baku mutu 2 µg/Nm 3 , sampling udara di lingkungan kerja didapatkan hasil sebesar 0,0027 mg/m 3 masih memenuhi baku mutu 0,05 mg/m 3 .Pengukuran kebisingan di 2 lokasi berbeda yaitu di sebelah selatan pabrik menunjukkan 58,8 dB(A) dan di sebelah utara pabrik sebesar 66,1 dB(A) masih memenuhi baku mutu 70 dB(A), sedangkan kebisingan terukur di dalam ruangan yaitu di ruangan Assembling Area adalah 78,8dB(A) dan di ruangan Plat Manufacturing Area adalah 76,5dB(A) masih memenuhi baku mutu 85 dB(A). Penilaian risiko terhadap keseluruhan faktor yang terkait dengan setiap kegiatan menunjukan bahwa dengan kontrol yang sudah ada terdapat 11 kegiatan yang berkategori risiko tinggi, empat kegiatan dengan risiko sedang dan empat kegiatan berisiko rendah. Hasil wawancara terhadap 100 karyawan menunjukkan sekitar 40% menyatakan kurangnya perhatian terhadap suhu dan udara di lingkungan kerja dapat menghambat proses kegiatan kerja, 25% menyatakan kurangnya penyediaan alat pelindung diri (APD), dan 35% menyatakan adanya keamanan dalam lingkungan kerja. Kata kerja : risk hazards, control, frekuensi, konsekuensi, kesempatan
Hubungan Kadar Debu Lingkungan Kerja Unit Pengepakan Semen terhadap Kesehatan serta Upaya Pengendaliannya di PT Holcim, Bogor Maria Sintorini, Margareta
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 5, No 5 (2011)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan karyawan dalam suatu perusahaan sangat penting karena berhubungan dengan kinerja perusahaan tersebut. Penelitian pada perusahaan ini untuk mengetahui kadar debu pada lingkungan kerja, mengetahui keluhan dan gangguan yang diderita pekerja, dan mengetahui peranan alat pengendali debu terhadap keluhan dan gangguan penyakit saluran pernapasan dan iritasi. Pengamatan dilakukan di bagian pembuatan kantong semen dan pengepakan semen. Metodologi yang dipakai adalah cross sectional dengan pengukuran kadar debu dan penelusuran kasus keluhan gangguan pernapasan pada pekerja. Kadar debu rata-rata PM10 pada ruang pengepakan semen 7752,78 µg/m3 dan pada ruang pembuatan kantong semen adalah 103,3 µg/m3. Hasil penelusuran keluhan gangguan pernapasan 75% responden pada unit pengepakan semen dan 35% pada pembuatan kantong mengalami gangguan saluran pernapasan dan iritasi. Pada bagian pengepakan resiko pekerja mengalami gangguan kesehatan adalah 4,9 kali lebih besar dibandingkan resiko pekerja yang ada di lokasi pembuatan kantong. Pada lokasi pengepakan rsiko pekerja mengalami gangguan saluran pernapasan 10 kali lebih besar disbanding dengan pekerja dibagian pembuatan kantong. Untuk gangguan iritasi mata dan kulit pada pekerja di pengepakan semen mempunyai resiko 14,5 kali lebih besar dibandingkan di bagian pembuatan kantong. Hasil analisis spirometer pada ruang pengepakan semen menunjukkan 5 pekerja yang diambil dari 5 pekerja dalam sampel dinyatakan restrictive, berarti telah terjadi pengecilan kapasitas total paru. Sedangkan pada ruang pembuatan kantong semen terdapat 3 pekerja yang diambil dari total 5 pekerja dinyatakan restrictive dan 2 dinyatakannormal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah resiko gangguan pernapasan dan iritasi pada pekerja di ruang dengan kadar debu tinggi lebih besar dibandingkan dengan yang bekerja di bagian kadar debu rendah. Karena itu tetapdisarankan semua pekerja menggunakan masker sebagai alat pelindung diri utama selain helm, sarung tangan dan sepatu kerja. Alat pengendali pencemaran udara yang ada sebaiknya dipelihara dan dibersihkan secara berkala sehingga kerusakan dapat diminimalisir dan alat dapat bekerja maksimal.Key words : kadar debu, gangguan kesehatan, odds ratio
ANALISIS RISIKO PAPARAN SO2 DAN KEBISINGAN TERHADAP PEKERJA PADA AREA KERJA COAL YARD DI PT. INDONESIA POWER, SURALAYA, PROVINSI BANTEN Akbar, Hadiyan; Susanto, Amir; Maria Sintorini, Margaretha
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 7, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis Risiko paparan SO2, dan  Kebisingan Terhadap Kesehatan Pekerja Di PT Indonesia Power dilakukan pada area Coal Yard. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan menganalisis risiko faktor lingkungan kerja yang mencakup pencemar udara, dan kebisingan. Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara pengamatan di lapangan dan wawancara. Sedangkan dalam menganalisis risiko faktor lingkungan dilakukan menggunakan metode kuesioner dan selanjutnya dianalisis menggunakan metode regresi logistik dengan jumlah responden 140 karyawan dari populasi karyawan yang bekerja di area coal yard dan sekitar area coal yard. Hasil identifikasi bahaya yang dapat menimbulkan risiko tinggi di coal yard adalah paparan dri gas SO2  yang diakibatkan proses dari pembakaran batu bara pada unit pembakit dan, adanya area penyimpanan batu bara. Batu bara yang berada di area penyimpanan tersebut terbakar karena suhu yang panas dan menimbulkan gas SO2 di sekitar area tersebut. Selain paparan gas SO2 proses yang terjadi di unit pemangkit menimbulkan kebisingan di sekitar area kerja coal yard sehingga pekerja yang bekerja di area tersebut perlu memperhatikan kedua hal tersebut selama bekerja untuk menjaga kesehatan dan keselamatan selama bekerja. Dari hasil identifikasi potensi bahaya di area kerja coal yard dapat diamati faktor-fakor yang paling dominan berisiko terhadap gangguan kesehatan pekerja adalah paparan SO2 dan paparan kebisingan,yang ditunjukan dengan hasil analisis regresi logistik (P= 0,001) untuk pengaruh kebisingan, dan SO2, serta umur pekerja dan ketaatan penggunaan alat pelindung diri berhubungan dengan gangguan kesehatan. Ditunjukan dengan hasil analisis regresi logistik (p= 0,006) untuk variabel umur, dan (p=0,001) untuk variabel APD. Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan SO2 didapatkan bahwa faktor tingkat SO2 tidak berhubungan dengan keluhan pusing maupun sesak nafas pada pekerja. Faktor yang berhubungan spesifik adalah faktor lamanya masa kerja terhadap keluhan sesak nafas (OR =2,006), faktor tidak menggunakan APD terhadap keluhan pusing (OR =3,484). Pada analisis hubungan pekerja terhadap paparan kebisingan didapatkan bahwa faktor tingkat konsentrasi kebisingan tidak berhubungan dengan keluhan pusing, darah tinggi, dan cepat lelah namun berhubungan dengan keluhan kurang pendengaran pada pekerja (p=0,001). Faktor yang berhubungan berdasarkan hasil analisis regresi logistik adalah faktor kebisingan terhadap kurang pendengaran (OR = 3,136), faktor tidak menggunakan APD terhadap keluhan pusing (OR =3,484) dan kurang pendengaran (OR = 2,077)  Key word: SO2, Noise, Risk Analysis, Health Problem/Issue 
KAJIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT PT STELINDO WAHANA PERKASA, BELITUNG TIMUR Maria Sintorini, Margaretha; DS Silalahi, Mawar; Pratawijaya, Anggriawan
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 6, No 4 (2013)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses produksi secara umum yang terdiri dari tahap penerimaan buah, perebusan, Thressing, Pressing, pemurnian minyak, dan pengolahan biji sawit. Mengetahui penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan oleh pengelola pabrik kelapa sawit PT Steelindo Wahana Perkasa apakah sudah berjalan dengan baik, Populasi penelitian ini adalah sebanyak 110 orang yaitu seluruh pekerja pada pabrik kelapa sawit PT Steelindo Wahana Perkasa Belitung Timur.. Hasil penelitian: Program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan seperti rekruitmen, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, penggunaan alat pelindung diri, papan peringatan/rambu-rambu kecelakaan kerja, sanksi dan penghargaan, sehingga diharapkan kinerja, keselamatan dan kesehatan kerja semakin meningkat. Penggunaan alat pelindung diri seperti penggunaan helm sekitar 100%, sepatu boot dipakai 100% pekerja, sarung tangan dipakai 72,73% pekerja, penutup telinga dipakai 88,24% pekerja, penahan radiasi komputer dipakai 62,50% pekerja, penutup mulut dipakai 77,78% pekerja, pelindung dada dipakai 53,34% pekerja. Berdasarkan kondisi yang ditemui di lapangan saat ini maka prioritas utama pengendalian risiko dari seluruh kegiatan pada lingkungan fasilitas produksi pada PT Steelindo Wahana Perkasa mencakup 8 kegiatan yang berisiko tinggi, prioritas kedua yaitu penanganan risiko terhadap 4 kegiatan berisiko sedang dan prioritas terakhir yaitu penanganan risiko terhadap 27 kegiatan yang berisiko rendah. Kata kunci : Safety Management System and Occupational Health, risiko, perangkat pengaman
ANALISIS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (Studi Kasus Pertamina EP Field Jatibarang, 2005-2010) Maria Sintorini, Margareta
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 5, No 4 (2010)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Resiko keceakaan kerja tidak mungkin untuk dihilangkan sama sekali, beberapa jaenis resiko hanya dapat dikurangi. Permasalahan ini memerlukan skala prioritas. Penentuan skala rioritas penanganan resiko memerlukan penilaian terhadap tingkat resiko yang dimiliki oleh setiap kegiatan. Hasil penilaiaan tersebut akan menunjukan tingkat resiko dari tertinggi sampai yang terendah berdasarkan nilai resiko yang terukur. Metode penilaian resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode Fine yang yang merupakan aplikasi dan penilaian secara semi-kuantitatif. Proses produksi secara umum yang dilaksanakan oleh PT Pertamina EP Field Jatibarang pada fasilitas produksi SPU-A Mundu ialah menampung fluida reservoir dari delapan sumur produksi minyak dan tiga sumur produksi gas setelah sebelumnya ditampung terlebih dahulu di SP-SP sekitarnya untuk dilakukan pengolahan terhadap berikutnya. Di lingkungan SPU-A Mundu terdapat 37 kegiatan yang mencakup kegiatan operasional perminyakan dan kegiatan infrastruktur sipil. Faktor-faktor resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang teridentfikasi di lingkungan SPU- Mundu mencakup aspek fisik, kimia dan biologis. Penilaian resiko terhadap seluruh factor yang terkait dengn setiap kegiatan menjelaskan bahwa dengan system control resiko bahaya yang sudah ada dapat terdapat 20 egiatan yang berkatagori resiko tinggi, Sembilan kegiatan dengan resiko sedang, dan delapan kegiatan dengan resiko rendah. Berdasaran kondisi yang ditemui di lapangan saat ini maka prioritas utama pengendalian resiko dari selutuh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT Pertamina EP Field Jatibarang pada fasilitas produksi SPU-A Mundu mencakup 20 kegiatan yang beresiko tinggi dan harus segera diterapkan kontrl resiko tambahan dan prioritas kedua adalah penanganan terhadap semblan kegiatan beresiko sedang. Prioritas terakhir adalah penanganan terhadap delapan kegiatan yang beresiko rendah.Key words: dust levels, health problems, the odds ratio
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG Ferianita Fachrul, Melati; Moerdjoko, Sintorini; Verogetta, Lova
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 7, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kebisingan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan membandingkan dengan nilai Baku Mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, analisis tingkat kebisingan Ls (siang hari), Lm (malam hari), Lsm (siang dan malam hari), mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kesehatan pekerja, mengetahui pola sebaran tingkat kebisingan di Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Penelitian ini dilakukan di Pabrik IB PT. Pupuk Sriwidjaja, Jl. Mayor Zen Palembang. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014, menggunakan alat Sound Level Meter : Ono Sokki LA-5111, stopwatch dan Global Positioning System (GPS). Pengukuran dilakukan selama 10 menit diambil setiap 5 detik pada 16 titik sampling. Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas sedang berlangsung pada siang hari selama 16 jam (Ls) pada selang waktu pukul 06.00 - 22.00 WIB dan pada malam hari selama 8 jam (Lm) pada selang waktu pukul 22.00 - 06.00 WIB. Responden dalam penelitian ini adalah 116 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di Pabrik IB berkisar 85,17dB(A) - 100,80dB(A) mengakibatkan gangguan pendengaran 9 pekerja. Pada area produksi amoniak tingkat kebisingannya berkisar antara 96,28dB(A) - 100,80dB(A), di area produksi urea 92,08dB(A) - 95,75dB(A), di area produksi utilitas 85,06dB(A) - 91,37dB(A).Hasil perhitungan Odds Ratio (OR), di area produksi amoniak 1,16 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area urea, di area urea 1,64 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area utilitas dan di area amoniak 1,89 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area utilitas. Kata kunci : Bising, Gangguan Pendengaran, Keselamatan, Pekerja, Industri Pupuk
ANALISIS RISIKO BAHAYA KIMIA PADA AREA STOCK FIT INDUSTRI SEPATU, PT PRATAMA ABADI INDUSTRI, TANGERANG, INDONESIA Maria Sintorini, Margareta; Putra, Hadiyanto
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 6, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Obyek penelitian ini adalah menentukan peluang terjadinya paparan dan faktor resiko terhadap kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia pada area stock fit process di tempat produksi bottom sepatu di industri sepatu Nike PT. Pratama Abadi Industri. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2011 sampai Desember 2011 dengan menggunakan Metode Fine. Dari 13 kegiatan terdapat 5 kegiatan yang berkategori “Lakukan perbaikan secepatnya dan kegiatan sebaiknya dihentikan sampai risiko dapat dikurangi” atau beresiko tinggi, dan 8 kegiatan berkategori “Risiko sebaiknya diminimalisir tanpa penundaan, tapi situasi bukan darurat” atau beresiko rendah. Risiko bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi dapat diminimalisir, baik konsekuensinya maupun kemungkinannya. Risiko K3 yang ada pada seluruh kegiatan yang berlangsung di area stock fit dapat diminimalisir secara optimum jika pengendalian terhadap faktor-faktor risiko bahaya dari setiap kegiatan dapat diimplementasikan secara efektif dan efisien. Kata kunci : Paparan, Faktor Risiko, Metode Fine, Area Stock Fit
HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PESAWAT UDARA TERHADAP KESEHATAN PEKERJA DI SEKITAR LANDAS PACU 1 DAN 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO–HATTA, BANTEN Sintorini, Margareta Maria; Hutapea, Paido H.; Vicaksono, Agrivickona Ario
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 4, No 1 (2007): JUNI 2007
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.688 KB)

Abstract

The Relations between Airplane's Noise Level and Employees Health in Runways 1 and 2 Soekarno-Hatta International Airport, Banten. Soekarno-Hatta International Airport in Tangerang, Indonesia has flew over 70.000 passengers every day nowadays, it has 2 runways with specification number 07R/25L, length 3600 m (1st runway), 3660 m (2nd runway), width 60 m and can be used for Boeing 747 landing. Noise level measurement at Soekarno-Hatta International Airport conducted at 4 measurement points around 1st and 2nd runway using Sound Level Meter at 300 m from runway. 120 questionnaires were given to the employees around runway to observe their health problem. The result of noise level measurement was due from 72,15 dB(A) to 87,93 dB(A).As for Time Weighted Average (TWA) calculation was only conducted at point 1 to point 4, but point 1 and point 2 was not included at the calculation due to normal result at point 1 and 2 compared to the permitted threshold 85 dB(A) which ruled by Kep - 51/MEN/1999. As for point 3 and 4 the result shown that Time Weighted Average are 88,40 dB(A) and 88,52 dB(A) for 5,48 hours and 5,33 hours. The result shown that 41,67 % of employees at PKP-PK unit had hearing problem, as for office employees is 3,33 %. The result shown that Self Protection Device was the only significant relation due to employees’ hearing problem with 1,5 times larger hearing problem chance to the employees with more than 10 years work duration compared to the less than 10 years work duration employee. As for the official workers the risk was 4,1 times for the employees with more than 50 years old age compared to less than 50 years old age. Self Protection Device usage should be more effective with regular inspection by the occupational safety authorities and punishment to the indiscipline employee, and to place more barriers at the location which has direct impact to the employees, and also placing some acoustic noise absorber at PKP-PK building. Abstract in Bahasa Indonesia:Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandar udara terbesar di Indonesia yang saat ini menerbangkan 70.000 orang tiap harinya, spesifikasi panjang landasan pacu (runway) 1 dengan nomor 07R/25L sebesar 3600 m dan runway 2 dengan nomor 07L/25R sebesar 3660 m dan lebar 60 m. Pengukuran bising dilakukan di 4 titik di sekitar wilayah runway 1 dan 2 menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) pada jarak 300 m dari runway. Untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh pekerja di area runway dilakukan penyebaran kuesioner terhadap pekerja sebanyak 120 buah, 20 eksemplar pada tiap unit PKP-PK, serta 60 pada area perkantoran. Hasil pengukuran antara 72,15 dB(A) sampai 87,93 dB(A). Perhitungan tingkat pemaparan kebisingan (TWA) dilakukan pada titik 1 hingga 4, adapun titik 1 dan 2 tidak dilanjutkan karena masih dibawah ambang batas yaitu 85 dB(A) oleh Kep- 51/MEN/1999. Perhitungan TWA di titik 3 dan 4 menunjukkan waktu pemaparan yang diizinkan sebesar 5,48 jam dan 5,33 jam, pemaparan sebesar 88,40 dB(A) dan 88,52 dB(A). Dari penyebaran kuesioner didapat hasil sebanyak 41,67 % pekerja di unit PKP-PK mengalami gangguan pendengaran, dan di area perkantoran sebanyak 3,33 %. Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa kepatuhan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan pendengaran pekerja di unit PKP-PK dengan masa kerja >10 tahun memiliki resiko 1,5 kali mengalami gangguan pendengaran dibanding masa kerja < 10 tahun. Pekerja di perkantoran dengan umur > 50 tahun memiliki resiko 4,1 kali lebih besar mengalami gangguan pendengaran dibanding pekerja dengan umur < 50 tahun. Efektifitas penggunaan APD sebaiknya ditingkatkan dengan pemeriksaan berkala oleh pihak K3 PT. Angkasa Pura II serta pemberian sanksi bagi yang melanggar, begitu pula dengan pemberian barrier pada daerah yang berhubungan langsung dengan lokasi kerja serta pemberian peredam akustik pada bangunan PKP-PK.
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 2004 PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER TANGERANG Sintorini, Margareta M.; Suswantoro, Endro; Rarasningrum, Sinthya
Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti Vol 4, No 2 (2007): DESEMBER 2007
Publisher : Jurnal Teknologi Lingkungan Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.13 KB)

Abstract

Analysis of Applying the Environment Management System ISO 14001 2004 Analysis of applying the environment management system ISO 14001 2004 PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tangerang. PT. IKPP Tangerang is the biggest pulp and paper industry in Asia. The industry applied SML ISO 14001 : 2004 to support effort protection of environment and prevention of contamination from the consumer aspect, both at the local and international levels. PT. IKPP Tangerang got the certificate of ISO 14001:2004. The objective of this research was to analyze the application of such EMS of ISO 14001. Some 10 questionnaires were given to structured respondents through validity test and of reliability.. The result of the analysis indicated that awareness at executor level and of the middle manager level equal to 90% and at manager level culminate equal to 94%. Amount of employees taken as samples counted 76 from 91 respondents with Taro Yamane formula. Amount of question counted 10 disseminated items in Department of QAE. From result of data inspection of June, 2007, obtained by value of COD is 95,44 mg/l, BOD is 14,99 mg/l, TSS is 38,92 mg/l with temperature 34,55oC and PH 6,92 waste of process which is express that process processing of waste consist of processing of physical (and sedimentation of coagulation). Processing of chemistry and biologic process (activated sludge).   Abstract in Bahasa Indonesia: Analysis of Applying the Environment Management System ISO 14001 2004 PT. Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) Tangerang sebagai penghasil pulp dan paper terbesar di Asia telah menerapkan SML ISO 14001 : 2004 untuk mendukung upaya perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran dari sudut pandang konsumen, internasional maupun lokal. Bahan baku kertas yang digunakan untuk pulp (kayu) dengan besaran 110.000 ton/tahun dan menghasilkan produk sebesar 75% x 110.000 = 82.500 ton/tahun: proses yang terjadi menghasilkan B3 yang bersifat korosif seperti Biocide, PAC, Caustic soda. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, naturalistik atau kualitatif, benchmarking kuantitatif. Sebagai obyek penelitian digunakan fasilitas yang ada di bawah naungan departemen QAE. Untuk keperluan penelitian disiapkan kuesioner 10 buah pertanyaan yang ditujukan pada responden yang tersusun melalui uji validitas dan reliabilitas. Hasil analisis kuesioner menunjukkan bahwa kesadaran pada tingkat pelaksana dan tigkat manajer menengah sebesar 90% dan pada tingkat manajer puncak sebesar 94%. Jumlah karyawan yang dijadikan sampel sebanyak 76 dari 91 responden dengan rumus Taro Yamane. Dari hasil data pemeriksaan air limbah bulan Juni 2007, diperoleh nilai COD adalah 95,44 mg/L, BOD adalah 14,99 Mg/L, TSS adalah 38,92 Mg/L dengan temperatur 34,55oC dan PH 6,92 limbah dari proses yang dilakukan menyatakan bahwa proses pengolahan limbah terdiri dari pengolahan fisik (sendimentasi dan koagulasi), pengolahan kimia dan pengolahan secara biologis (lumpur aktif).
Pengaruh Iklim terhadap Kasus Demam Berdarah Dengue Sintorini, Margareta Maria
Kesmas Vol. 2, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi penyakit endemik di kota-kota besar di Indonesia. Ramalan Intergovernmental Panel on Climate Change tahun 1996 menyebutkan insidens DBD di Indonesia dapat meningkat tiga kali lipat pada tahun 2070. Tujuan penelitian ini untuk membuat model dinamika sistem dengan analisis ekologi untuk mengetahui dinamika kejadian DBD dalam kaitan dengan pola variablitas iklim di DKI Jakarta. Rancangan penelitian digunakan adalah ecologic study dengan uji hipotesis, permodelan, simulasi, dan intervensi. Wawancara terhadap 844 responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) masyarakat. Pengukuran faktor iklim meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kadar CO2. Aspek vektor yang diukur adalah angka hinggap per jam nyamuk Aedes (AHJ) dan nyamuk istirahat per rumah (NIR). Hasil penelitian menunjukkan kasus DBD dipengaruhi curah hujan (p:0,000..), suhu lingkungan (p:0,000..), kelembaban ruang (p:0,003), kelembaban lingkungan (p:0,000..), AHJ Aedes (p:0,016), NIR Aedes (p:0,000..) dan pengetahuan masyarakat (p:0,008). Disimpulkan, faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap kasus DBD adalah curah hujan, suhu dan kelembaban serta pengetahuan masyarakat yang rendah. Sedangkan AHJ Aedes dapat dijadikan indikator kenaikan kasus DBD. Dengue hemorrhagic fever (DHF) has become endemic in many big cities in Indonesia. It was predicted by Intergovernmental Panel on Climate Change, that in 1996 the DHF in Indonesia in 2070 would be tripled. The objective of this research is to make a system dynamic model using ecological analysis to identify the dynamic of DHF cases related to the pattern of the climate variability in Jakarta. This research uses the design of ecological study with hypothesis testing, modeling, simulation, and intervention. Respondents of 844 households were interviewed to explore their knowledge, attitude and practice (KAP) regarding DHF using a standard questionnaire. Precipitation, humidity, light intensity and CO2 concentration were determined per week. AHJ (Man Landing Rate) and NIR (resting habit) were determined for Aedes population density. The results indicate that the DHF cases all are influenced by precipitation (0.000), temperature ambient (0.000), indoor humidity (0.003), outdoor humidity (0.000), AHJ (0.016), NIR (0.000), and knowledge (0.008). The most influencial climate factor to the DHF cases are precipitation, temperature, humidity and the low level of the community knowledge.