Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT KELOMPOK PEMANFAAT KOTORAN HEWAN (KOHE) DAN KELOMPOK PETANI ORGANIK Ruhiyat, Ratnaningsih; Indrawati, Dwi; Indrawati, Etty; Siami, Lailatus
Empowerment : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1, No 02 (2018): Empowerment
Publisher : Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/empowerment.v1i02.1475

Abstract

The Community Partnership Program (PKM) of Kohe Beneficiary Groups in Cibodas Village and Organic Farmers Group in Cisondari Village, Pasirjambu District, Bandung Regency, is a community service activity aimed at handling cow dung in Cibodas Village, which is currently quite abundant but it has not been well managed, so it has the potential to pollute the environment. The use of cohes uses vermicomposting technology, which results in the form of organic fertilizer known as vermicompost fertilizer. The purpose of this activity was also to introduce vermicomposting technology and familiarize the use of vermicompost fertilizer to organic farmer groups in Cisondari Village, which has been using untreated chicken dung, and the chicken foal is imported from the Tangerang area. The method of implementation includes, socialization and training, polling through questionnaires, vermicomposting demplot and organic farming, focus group discussions and village consultation meetings. The demonstration plot is a field school for kohe managers and organic farmers, so that participants can understand the entire process of the activity. Group discussions are conducted to discuss the results and equate perceptions for all participants in the process of making fertilizers and organic farming. Village consultation activities are intended to convey activities that have been carried out to village heads and community leaders, so that they are expected to have support. Through this activity, cow dung can be used by user groups to become vermicompost with quality that meets quality standards based on Minister of Agriculture Regulation No. 70 / Permentan / SR.140 / 10/2011, and the vermicompost and worm production activities take place so that farmers can provide organic fertilizer and provide additional income for the dung management community.Keywords: animal waste, vermicomposting, organic farming, demonstration plot Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Kelompok Pemanfaat Kohe di Desa Cibodas dan Kelompok Petani Organik di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, merupakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan menangani kotoran hewan (kohe) sapi  di Desa Cibodas, yang saat ini cukup melimpah jumlahnya namun belum terkelola dengan baik, sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Pemanfaatan kohemenggunakan teknologi vermicomposting, yang hasilnya berupa pupuk organik yang dikenal dengan pupuk kascing. Tujuan dari kegiatan ini juga memperkenalkan teknologi vermicomposting dan membiasakan penggunaan pupuk kascing kepada kelompok petani organik di Desa Cisondari, yang selama ini menggunakan kohe ayam tanpa perlakuan, dankohe ayam tersebut didatangkan dari wilayah Tangerang. Metode pelaksanaan meliputi, sosialisasi dan pelatihan, jajak pendapat melalui kuesioner, demplot vermicomposting dan pertanian organik, diskusi kelompok (focus group discussion)serta rembug desa. Demplot merupakan sekolah lapangan bagi pengelola kohe dan petani organik, sehingga pesertadapat memahami seluruh proses kegiatan.Diskusi kelompok dilakukan untuk membahas hasil dan menyamakan persepsi bagi seluruh peserta dalam proses pembuatan pupuk maupun pertanian organik. Kegiatan rembug desa, ditujukan untuk menyampaikan kegiatan yang telah dilakukan kepada kepala desa dan tokoh masyarakat, sehingga diharapkan adanya dukungan dari mereka. Melalui kegiatan ini,kohe sapi dapat dimanfaatkan oleh kelompok pemanfaatmenjadi pupuk kascing dengan kualitas yang memenuhi standar kualitas berdasarkanPeraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/SR.140/10/2011,dan berlangsungnya kegiatan produksi kascing dan cacing, sehingga dapat menyediakan pupuk organik bagi petani dan memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat pengelola kohe.Kata kunci : kotoran hewan, vermicomposting, pertanian organik, demplot
PERHITUNGAN PENURUNAN BEBAN EMISI PENCEMARAN UDARA DARI PEMBANGUNAN JALUR TOL JORR W2 DI DKI JAKARTA Siami, Lailatus; Sofyan, Asep; Frazila, Russ Bona
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2242.607 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.6

Abstract

Abstrak: Sebagai pusat urbanisasi, mobilitas barang dan manusia di Kota Jakarta memiliki rutinitas transportasi yang padat setiap hari. Hal ini ditandai dengan adanya orientasi mobilitas manusia dari perumahan di sekeliling Jakarta (Jabodetabek) menuju tempat kerja di Kota Jakarta. Dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sebesar ±8% per tahun, sektor transportasi memiliki dampak berupa kemacetan dan pencemaran udara. Dari penelitian sebelumnya (Darmanto, 2012) sektor dominan dalam penyumbang emisi CO dan PM10  adalah sektor transportasi sebesar 78,85% dan 99,94%. Sehingga, diperlukan penanganan khusus pada sektor transportasi. Pendekatan pada jaringan jalan yang kompleks di Jakarta dilakukan dengan menggunakan model jaringan jalan. Sehingga didapatkan volume kendaraan tiap ruas jalan untuk dihitung beban emisinya. Berdasarkan hasil representasi dari model jaringan jalan, ruas jalan dengan volume tertinggi berada di jalan tol Cawang dan jalan utama pada jalan Ciputat Raya. Hasil dari inventarisasi emisi pada ruas jalan berbeda ? beda pada tiap jenis polutan. Hal ini dipengaruhi oleh proporsi jenis kendaraan yang ikut menentukan faktor emisi. 70,68% beban emisi didominasi oleh polutan CO sebesar 973.734,26 ton/tahun. Sistem transportasi di Jakarta disusun dalam pola transportasi makro (PTM). Dan pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah),   terdapat beberapa rencana prioritas untuk pembangunan transportasi. Salah satunya adalah pembangunan tol dalam kota maupun tol luar kota. Pada studi ini, skenario yang dipilih adalah pembangunan jalur tol JORR W2 (Jakarta Outer Ring Road West 2). Jalur tol ini Di daerah Kebon Jeruk ? Ulujami yang juga dijadikan akses bus. Dari skenario ini, didapatkan penurunan beban emisi sebesar  2% untuk polutan NOx; 1,6% untuk polutan NO2; 0,4% untuk polutan CO; 0,8% untuk polutan PM10 dan 0,1% untuk polutan VOC.  Kata kunci: Sektor transportasi, model jaringan jalan, RPJMD, JORR W2, penurunan emisi Abstract : As the center of urbanitation for goods and human, Jakarta surely have a dense of mass transportation everyday. It is showed by the mobile of human from the surround (Jabodetabek) to workplace in Jakarta. By the 2011, the rate of vehicle number is ±8% each year. It is a common that transportation sector has a traffic congestion and traffic air pollution impact. Previous study (Darmanto, 2012) showed the dominant sector of highest emission of CO and PM10 from transportation sector as 78,8 % and 99,4%. So it will be necessary to take particular handling from transportation sector. The approach of complex road networking uses road networking model. So that, flow of vehicle in every road derived to be calculated in emission inventory. Based on emission inventory of road segmentation, Cawang road highway has the highest number for number of vehicle. And so does Ciputat Raya road. The result of emission inventory for each road is different for each parameter. Due to the proportion of vehicle which determine the factor emission. 70,68% CO as the highest emission is 973.734,26 ton/year. Transportation system in Jakarta conduct in Jakarta?s macro transportation (JMT) master plan. And in RPJMD (Mid-term action), there are some specific priority of transportation action. It is highway road development inner and outside of Jakarta. In this study, scenario will be do in development of Jakarta Outer Ring Road West 2(JORR W2). And the suitable scenario highway development in Kebun Jeruk ? Ulujami for bus ccesable. Based on the scenario, reduction of NOx emission is 2%; 1,6% for NO2 emission; 0,4% for CO emission; 0,8% for PM10 emission and 0,1% for VOC emission.  Key  words:  Transportation sector,  traffic  networking model,  Mid-term action,  JORR  W2,  emission reduction
Penurunan Beban Emisi Jaringan Jalan DKI Jakarta Dari Penerapan Jalan Tol Jorr Ulujami - Kebon Jeruk Yang Dapat Diakses Oleh Bus Siami, Lailatus; Sofyan, Asep; Frazila, Russ Bona
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 28 No. 1 (2016): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.343 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v28i1.696

Abstract

Salah satu kebijakan dari Pola Transportasi Makro (PTM) di Kota Jakarta adalah peningkatan kapasitas jaringan jalan, dimana pengembangan JORR W2 merupakan prioritas dalam kebijakan tersebut. JORR W2 utara merupakan bagian dari jaringan JORR yang menghubungkan Ulujami junction dan Kebon Jeruk Junction sepanjang 7,67 km. Tol ini berfungsi untuk meningkatkan kinerja transportasi kendaraan dengan mengurangi kepadatan lalu – lintas pada ruas jalan tertentu. NOx di Asia sebagai salah satu prekusor ozon telah meningkat 2,5 kali lipat dari tahun 1980 hingga 2000. Hingga tahun 2012, beban emisi dari sektor transportasi di Indonesia sebesar 200 Gg/tahun. Pada studi ini, dilakukan inventarisasi emisi pada segmen jalan di sektor transportasi. Pendekatan model jaringan jalan dilakukan untuk merepresentasikan kondisi jalan yang kompleks di Jakarta. Dengan 42 zona, dibuat Matriks Asal – Tujuan (MAT) Tahun 2012. Hasilnya merupakan estimasi jumlah kendaraan yang melintas pada tiap ruas jalan. Beban emisi dihitung dengan inventari emisi secara bottom – up. Beban emisi tiap jalan dan tiap polutan bervariasi dikarenakan variasi jumlah dan jenis kendaraan pada jalan. Pada tahun 2012, polutan CO memberikan kontribusi tertinggi sebesar 229.953 Gg/tahun. Jika diterapkan JORR Ulujami – Kebun Jeruk yang dapat diakses oleh bus, maka penurunan emisi sebesar 2,3%. Kata kunci: JORR W2, model jaringan jalan, inventarisasi emisi, beban emisi.
POTENSI LIMBAH B3 SPENT BLACHING EARTH SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA INDUSTRI MINYAK GORENG PT. ABC Siami, Lailatus; Indrawati, Dwi; Tazkiaturrizki, Tazkiaturrizki; Kusuma Dewi, Riana Ayu; Dwiana, Anggi
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 6, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v6i1.8625

Abstract

SBE (spent bleaching earth) sebagai hasil samping dari pemakaian bleaching earth pada proses fraksinasi produksi minyak dan proses produksi SCD (semi continous deodorizer) sebagai residu sisa filtrasi. Kondisi eksisting pada industri X, sekitar 8.196,890ton/tahun LB3 SBE belum dimanfaatkan dan belum diolah yang dilakukan secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan potensi dari LB3 SBE sebagai campuran bahan bakar pada PT. ABC. Metode yang digunakan adalah dengan uji kualitas batu bara (bahan bakar eksisting) dan uji kulitas pada LB3 SBE dengan parameter logam berat, kadar air dan nilai kalor. Dari hasil penelitian didapatkan kualitas batu bara yang digunakan cukup bagus karena memiliki kandungan sulfur, volatile dan fix carbon yang rendah. Emisi cerobong masih memenuhi baku mutu sesuai Permen LH No. 07 Tahun 2007. Sedangkan pada TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure), didapatkan SBE masuk kategori 1 (bersifat berbahaya) sebagai LB3 karena nilai TCLP yang lebih banyak pada kategori A. Dari uji nilai kalor dan kadar air, SBE sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena memenuhi syarat minimal sebagai bahan bakar (11 MJ/kg atau setara dengan 2.627,305 Kkal/kg dan 2,5%). Potensi LB3 SBE untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar sangat tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas dihasilkan pada industri pengolahan kelapa sawit.
Penurunan Beban Emisi Jaringan Jalan DKI Jakarta Dari Penerapan Jalan Tol Jorr Ulujami - Kebon Jeruk Yang Dapat Diakses Oleh Bus Siami, Lailatus; Sofyan, Asep; Frazila, Russ Bona
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 28 No. 1 (2016): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v28i1.696

Abstract

Salah satu kebijakan dari Pola Transportasi Makro (PTM) di Kota Jakarta adalah peningkatan kapasitas jaringan jalan, dimana pengembangan JORR W2 merupakan prioritas dalam kebijakan tersebut. JORR W2 utara merupakan bagian dari jaringan JORR yang menghubungkan Ulujami junction dan Kebon Jeruk Junction sepanjang 7,67 km. Tol ini berfungsi untuk meningkatkan kinerja transportasi kendaraan dengan mengurangi kepadatan lalu – lintas pada ruas jalan tertentu. NOx di Asia sebagai salah satu prekusor ozon telah meningkat 2,5 kali lipat dari tahun 1980 hingga 2000. Hingga tahun 2012, beban emisi dari sektor transportasi di Indonesia sebesar 200 Gg/tahun. Pada studi ini, dilakukan inventarisasi emisi pada segmen jalan di sektor transportasi. Pendekatan model jaringan jalan dilakukan untuk merepresentasikan kondisi jalan yang kompleks di Jakarta. Dengan 42 zona, dibuat Matriks Asal – Tujuan (MAT) Tahun 2012. Hasilnya merupakan estimasi jumlah kendaraan yang melintas pada tiap ruas jalan. Beban emisi dihitung dengan inventari emisi secara bottom – up. Beban emisi tiap jalan dan tiap polutan bervariasi dikarenakan variasi jumlah dan jenis kendaraan pada jalan. Pada tahun 2012, polutan CO memberikan kontribusi tertinggi sebesar 229.953 Gg/tahun. Jika diterapkan JORR Ulujami – Kebun Jeruk yang dapat diakses oleh bus, maka penurunan emisi sebesar 2,3%. Kata kunci: JORR W2, model jaringan jalan, inventarisasi emisi, beban emisi.
MUNICIPAL SOLID WASTE QUANTIFICATION AND CHARACTERIZATION IN BANYUWANGI, INDONESIA Siami, Lailatus; Sotiyorini, Titien; Janah, Ni’matul
INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY Volume 2, Number 2, April 2019
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v2i2.4359

Abstract

Aim: This study aims to identify the characteristics and generation of municipal solid waste (MSW) in Banyuwangi. Methodology and Results: The solid waste characterization was carried out in two areas in Banyuwangi, referring to the Indonesian National Standard (Standar Nasional Indonesia/SNI) 19-3964-1995. The results show that the highest composition is organics of 36% (39% from households/HSW and 35.35% from Non-HSW). The highest solid waste (SW) generation from industrial areas and train station are 0.61 and 1.38 kg/population.day, respectively, while the SW density from the bus station is 375.46 kg/m3. The weight, volume, and density of household solid waste (HSW) are 0.17 kg/population.day, 2.02 L/population.day, and 81.07 kg/m3, respectively. The population of Zone 1 and Zone 2 is 142.054 in 2016, generating 8,814 tons of HSW per year (tpy). Conclusion, significance and impact study: The main MSW compositions in Banyuwangi are organics (36%), plastics (17.20%), and papers (15.78%). Household solid waste generation in Banyuwangi reaches 8.8 tons per year with the primary compositions of 39% organics, 18.92% residues, 18.4% papers, and 14.4% plastics. The highest number of residue defines that 81% of solid waste can be recycled.