Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan

DEGRADASI SELULOTIK DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN ASPERGILUS NIGER UNTUK MENINGKATKAN YIELD MINYAK PADA PENYULINGAN Cahyani, Chandrawati; Arifin, Rb. Moh. Miftahol; Wicaksono, Krisnanda Alif Bagus; Sarosa, Aji Hendra; Nurhadianty, Vivi
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.92 KB) | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2017.001.01.05

Abstract

Rendemen rata-rata minyak daun cengkeh melalui distilasi uap sekitar 1,68%. Penelitian ini menggunakan Aspergillus Niger untuk mendegradasi membrane selulotik daun cengkeh. Parameter yang diamati adalah pengaruh lama waktu fermentasi, 46, 96 dan 192 jam, terhadap rendemen minyak cengkeh yang dihasilkan dan kandungan eugenol dalam minyak tersebut. Fermentasi daun cengkeh dengan Aspergillus Niger dilakukan pada temperatur 25-30oC dan pH 7. Setelah fermentasi, distilasi uap daun cengkeh dilakukan pada tekanan barometrik selama 6 jam pada temperatur didih air. Penelitian ini menunjukkan rendemen dan kandungan senyawa aktif eugenol pada minyak daun cengkeh mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu fermentasi.
PENINGKATAN YIELD MINYAK DAUN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DENGAN PERLAKUAN AWAL FERMENTASI SELULOTIK MENGGUNAKAN Trichoderma harzianum Nurhadianty, Vivi; Cahyani, Chandrawati; Nirwana, Wa Ode Cakra; Dewi, Luthfi Kurnia; Abdillah, Gamayazid; Pratama, Angga Reza
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 1 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.515 KB) | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2017.001.01.06

Abstract

Minyak cengkeh adalah salah satu produk unggulan Indonesia dalam perdagangan minyak atsiri dunia. Salah satu masalah yang dihadapi selama proses penyulingan minyak atsiri adalah adanya minyak atsiri yang terperangkap dalam jaringan tanaman sehingga dapat menurunkan yield. Proses fermentasi akan mendegradasi jaringan-jaringan tumbuhan sehingga diharapkan minyak dapat lebih mudah keluar selama proses distilasi uap. Penelitian diawali dengan proses fermentasi solid-state secara aerobik menggunakan kapang Trichoderma harzianum selama 4, 6, 8, dan 12 hari dilanjutkan dengan distilasi uap pada tekanan atmosferik selama 6 jam terhitung sejak tetesan pertama. Yield minyak daun cengkeh tanpa proses fermentasi yang didapatkan sebesar 0,57%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pretreatment berupa fermentasi dapat meningkatkan yield minyak daun cengkeh 2,8 kali dibandingkan dengan tanpa pretreatment berupa fermentasi. Yield tertinggi didapatkan pada waktu fermentasi selama 8 hari dengan perolehan yield sebesar 1,62% atau meningkat hingga 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan minyak daun cengkeh yang diperoleh tanpa proses fermentasi.
Fortifikasi Sabun Cair oleh Ekstrak Daun Salam Anne Dian Pavita Zari; Lusia Emiliana Wahyuningtyas; Vivi Nurhadianty; Chandrawati Cahyani
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 6 No. 1 (2022)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2022.006.01.06

Abstract

Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan rajin mencuci tangan dengan sabun untuk mencegah infeksi kulit. Sabun cair alami merupakan salah satu jenis sabun yang dikembangkan. Daun salam (Syzygium polyanthum) memiliki senyawa aktif bersifat antibakteri (fenolik, terpenoid, dan alkaloid) yang dapat difortifikasi dalam sabun cair untuk meningkatkan kualitasnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun salam terhadap peningkatan kemampuan sabun cair alami sebagai antiseptik dan menguji formulasi sabun cair alami yang paling optimal yang difortifikasi ekstrak daun salam. Senyawa aktif daun salam diperoleh dengan metode ekstraksi refluks (suhu 65°C, 4 jam, pelarut etanol 96%). Ekstrak daun salam akan difortifikasi dalam sabun cair berbasis minyak kelapa dan zaitun dengan konsentrasi ekstrak daun salam 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, 5%. Selanjutnya analisis fitokimia ekstrak daun salam dan diuji berdasarkan SNI 06-4086-1996 ((pH, densitas, organoleptik (warna, bau, tekstur), dan stabilitas), serta uji antiseptik (Kirby-Bauer metode difusi cakram). Maka dapat disimpulkan bahwa fortifikasi sabun cair oleh ekstrak daun salam dapat meningkatkan aktivitas antibakteri (Staphylococcus aureus) dan formula sabun cair yang difortifikasi ekstrak daun salam yang sesuai dengan SNI 06-4086-1996 dan disukai responden adalah sabun cair minyak kelapa dengan konsentrasi ekstrak daun salam 1% (pH 9,29, densitas 1,068 g/ml, diameter zona hambat 2,04 cm, formula stabil).
Pengaruh Pengeringan Daun Stevia rebaudiana dan Jumlah Siklus Soxhletasi terhadap Kadar Gula Rifka Sabrina Zaini; Haifatuz Zahro; Vivi Nurhadianty; Aji Hendra Sarosa
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 6 No. 2 (2022)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2022.006.02.04

Abstract

Stevia rebaudiana merupakan tanaman yang digunakan sebagai pengganti gula dengan tingkat kemanisan 200-300 kali lebih tinggi dan memiliki nol kalori sehingga aman untuk dikonsumsi. Stevioside dan rebaudioside A adalah salah satu komponen yang berperan memberikan rasa manis dalam daun Stevia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeringan daun Stevia dan jumlah siklus soxhletasi terhadap kadar gula. Metode isolasi daun Stevia yang digunakan pada penelitian ini adalah soxhletasi dengan pelarut etanol 96%. Penentuan kadar gula menggunakan refraktometer dan identifikasi gugus fungsi menggunakan analisa Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil penelitian menunjukkan pada siklus ke-3 didapatkan hasil terbaik untuk nilai kadar gula sebesar 44% untuk bahan segar dan 50% untuk bahan kering. Sehingga diketahui bahwa daun Stevia yang telah dikeringkan memiliki nilai kadar gula terbaik dibandingkan dengan bahan segar. Berdasarkan hasil spektra IR didapatkan gugus fungsi penyusun senyawa stevioside dan rebaudioside A.
Studi Perbandingan Metode Isolasi Ekstraksi Pelarut dan Destilasi Uap Minyak Atsiri Kemangi terhadap Komposisi Senyawa Aktif Dewi, Luthfi Kurnia; Friatnasary, Dwi Lerian; Herawati, Windhi; Nurhadianty, Vivi; Cahyani, Chandrawati
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.633 KB) | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2018.002.01.03

Abstract

Tanaman kemangi berpotensi sebagai salah satu sumber minyak atsiri  yang diaplikasikan pada industri flavor dan fragrance. Isolasi minyak atsiri kemangi dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu destilasi uap dan ekstraksi menggunakan pelarut yang menghasilkan minyak atsiri kemangi dengan komposisi senyawa yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode isolasi destilasi uap dan ekstraksi pelarut terhadap komposisi senyawa yang dihasilkan. Proses destilasi uap dilakukan selama 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Destilat dipisahkan antara lapisan minyak atsiri crude dan lapisan kaya air. Proses ekstraksi dilakukan selama 6 siklus dengan menggunakan pelarut n-heksana dan etanol. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan antara minyak atsiri kemangi dan pelarut menggunakan rotary evaporator. Komposisi minyak atsiri kemangi diuji menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi minyak atsiri kemangi hasil ekstraksi berbeda dengan hasil destilasi uap. Isolasi senyawa karvakrol, heksadekanol, hidroksidihidromaltol, glisidil metakrilat, 3-pirolin, beta bisabolen, isopropil butirat, safrol, geraniol, asam karbamat, dan butil alkohol, 2-D1 (top-note) lebih efektif menggunakan metode ekstraksi dengan pelarut etanol. Isolasi senyawa geranial, neral, farnesol, alfa bergamoten, alfa bisabolen, dan linalool lebih efektif menggunakan metode destilasi uap dimana waktu destilasi optimal yaitu 4 jam.
Pengaruh Waktu Ekstraksi pada Pektin Ampas dan Kulit Buah Melon (Cucumis Melo L. var. Sky Rocket) Parasu, Risang; Aisyah, Ersa Amalia; Nurhadianty, Vivi; Dewi, Luthfi Kurnia
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 5 No. 2 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2021.005.02.04

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of extraction time on yield, methoxyl content and degree of esterification. In this study, the raw materials used are melon pulp and peel. The process of obtaining pectin from raw materials is reflux extraction with the extraction time of 60, 90, and 120 minutes using citric acid pH 2.5 as a solvent. The result shows pectin yield for each extraction time of 60, 90, and 120 minutes to be 4.16%, 11.91%, and 5.49% for melon pulp and 2.29%, 6.86%, and 3.57% for melon peel, respectively. Methoxyl content of pectin increases with increasing extraction time to be 2.05%, 3.41%, and 3.78% for melon pulp and 2.17%, 2.73%, and 3.72% for melon peel, respectively. Pectin esterification degree decreases with increasing extraction time to be 48.53%, 44%, and 33.52% for melon pulp and 46.67%, 39.29%, and 30.93% for melon peel, respectively. Methoxyl content value of <7% and esterification degree of <50% shows pectin obtained from this study is the low-methoxyl pectin.
Studi Kinetika Ekstraksi Pektin dari Kulit Buah Pisang Kepok: Kinetic Study of Pectin Extraction from Kepok Banana Peel Rahmi, Isnaini; Fairus, Annisa; Dewi, Luthfi Kurnia; Nurhadianty, Vivi
Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol. 7 No. 2 (2023)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rbaet.2023.007.02.06

Abstract

Pektin merupakan salah satu polisakarida yang terletak di dinding sel tumbuhan bersamaan dengan polisakarida lain yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Metode untuk mendapatkan pektin adalah esktraksi. Selama proses ekstraksi berlangsung terdapat kinetika reaksi yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kinetika ekstraksi pektin kulit pisang kepok meliputi konstanta laju reaksi dan energi aktivasi dengan variasi waktu ekstraksi. Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data sekunder. Data sekunder yang diolah adalah pH ekstraksi 1; 1,5; dan 2, suhu ekstraksi 80oC dan 90oC, waktu ekstraksi 70, 80, 90, dan 100 menit, serta yield pektin. Hasil penelitian menunjukkan nilai konstanta degradasi (k2) lebih kecil daripada nilai konstanta ekstraksi (k1) pada semua variabel. Yemax tertinggi terdapat pada pH 1,5 suhu 90oC sebesar 41,88% dengan tmax 80 menit. Nilai energi aktivasi pembentukan pektin (Ea1) terkecil adalah 17,812 kJ/mol dan energi aktivasi degradasi pektin (Ea2) terbesar adalah -3,878 kJ/mol yang keduanya terdapat dalam pH 1,5. Kondisi optimum ekstraksi pektin kulit buah pisang kepok pada penelitian ini pada pH 1,5 suhu 90oC dengan memperhatikan nilai k1, k2, Yemax, tmax, dan energi aktivasi.