Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Konsep Kelahiran Baru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Oci, Markus
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.815 KB) | DOI: 10.59177/veritas.v2i1.76

Abstract

Abstract. Christian Education as an educational process that is an essential effort by teachers or educators aimed at students in the learning process. The education contains teachings, Christian values, and emphasis on the three aspects, namely: cognitive (knowledge), affective (attitude), psychomotor (skills and skills), which in the process of teaching and learning activities knowledge about the Bible including dogmas that are based on the truth of God's Word (Biblical). The subjects of Christian Religious Education are churches and schools. The Object of Christian Religious Education is teaching and learning activities consisting of believers of all ages (from children to the elderly). This research uses the literature method. The New Birth is born again by God for every believer in the Lord Jesus Christ. As an implication of Christian Religious Education, one of them is about "New Birth," meaning that students must experience a personal encounter with the Lord Jesus Christ called the New Birth.Abstrak. Pendidikan Agama Kristen sebagai proses pendidikan yang merupakan usaha sadar oleh pengajar atau pendidik yang ditujukan kepada anak didik dalam proses pembelajarannya yang berisikan ajaran-ajaran, nilai-nilai kekristenan serta penekanannya kepada ketiga aspek pendidikan yaitu: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotor (skill dan keterampilan), dimana dalam proses kegiatan belajar mengajar pengetahuan tentang Alkitab termasuk dogma-dogma yang berdasarkan pada kebenaran Firman Tuhan (Alkitabiah). Subyek Pendidikan Agama Kristen adalah gereja dan sekolah. Obyek Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan belajar  mengajar terdiri dari orang-orang percaya dari segala usia (dari anak-anak sampai pada lansia). Penelitian ini menggunakan metode literatur. Sebagai implikasi dari Pendidikan Agama Kristen salah satunya tentang “Kelahiran baru” artinya peserta didik harus mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus yang disebut dengan Kelahiran Baru.
Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Markus Oci
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 2 No 1 (2015): SANCTUM DOMINE Maret 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.771 KB) | DOI: 10.46495/sdjt.v2i1.10

Abstract

Teaching and learning activities cannot be seperated from the roles of teacher or educator. Teaching and learning activities will be ideal if there were teacher, learner and some proponent factors such as: material, purpose, strategy, medium and an evaluation. Effective and efficient teaching and learning activities are always connected with those kind of proponent factors. Due to the fact that the effectiveness and efficiency of teaching and learning process must be fit with learning purpose. The success of teaching and learning activities are dependent on strategy and the ways that are used by the teacher in the learning process.
Kreativitas Belajar Markus Oci
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 4 No 2 (2016): SANCTUM DOMINE Desember 2016
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.597 KB) | DOI: 10.46495/sdjt.v4i2.26

Abstract

Creativity is the ability to create something new from data, information, or elements thatalready exist. Learning is a process that brings wholistic change in behavior and thinking,as a result of a person’s experience interacting with the environment. Creativity is theability to learn to solve problems and create new things. Learning creativity can bedeveloped through various means, media, or stimulus introduced into the learningenvironment. Cultivitaing creativity requires a wide space, supporting facilities, andadequate infrastructures for developingthese abilities.
Instrumen Suplemen Konversi (ISK) Perguruan Tinggi : Conversion Supplements Instruments (ISK) for Higher Education Markus Oci
Jurnal Teologi Amreta (ISSN: 2599-3100) Vol. 3 No. 2 (2020): Speaking in Tongue, Thinking in Tongue, Living in Tongue
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54345/jta.v3i2.36

Abstract

Implementation of tertiary accreditation is the assessment and recognition of the quality and performance of an institution. The Conversion Supplement Instrument (ISK) is an additional accreditation instrument used for decision making on the conversion of an accredited ranking obtained by the Standard 7 College Accreditation Instrument to a new accreditation rating in accordance with the Higher Education Accreditation 3.0 instrument. This research uses a qualitative method (Qualitatitive Research), with a literature study approach. What is meant by library research (Library Research) the author seeks information that is relevant to the subject matter. Higher Education Conversion Supplement (ISK) instruments consist of: front page, university identity, team identity preparation of ranking conversion report, preface, format of conversion supplement instrument (permanent lecturer, temporary lecturer, higher education quality assurance system, cycle internal quality assurance system, exceeding SN-PT, quality assurance mechanisms leading to Outcome Based Accreditation for accreditation of study programs and scientific publications. === Pelaksanaan akreditasi perguruan tinggi adalah penilaian dan pengakuan tentang kualitas dan kinerja suatu institusi. Instrumen Suplemen Konversi (ISK) adalah instrumen akreditasi tambahan yang digunakan untuk pengambilan keputusan konversi peringkat terakreditasi yang diperoleh dengan Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi 7 Standar menjadi peringkat akreditasi baru sesuai dengan instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi 3.0. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (Qualitatitive Research), dengan pendekatan studi pustaka. Yang dimaksudkan dengan studi pustaka (Library Research) penulis mencari informasi yang relevan dengan pokok pembahasan. Instrumen Suplemen Konversi (ISK) perguruan tinggi terdiri dari: halaman depan, identitas perguruan tinggi, identitas tim penyusunan laporan konversi peringkat, kata pengantar, format intrumen suplemen konversi (dosen tetap, dosen tidak tetap, sistem penjaminan mutu perguruan tinggi, siklus sistem penjamian mutu internal, pelampauan SN-PT, mekanisme penjaminan mutu menuju Outcome Based Accreditation akreditasi program studi dan publikasi ilmiah.
Manajemen Kelas Markus Oci
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 1, No 1 (2018): Agustus 2018
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.554 KB) | DOI: 10.47131/jtb.v1i1.12

Abstract

Class management is an effort to utilize classroom management in the context and content of teaching and learning activities. Class management is a skill that must be possessed by the teacher in deciding, understanding, diagnosing and the ability to act towards improving classroom atmosphere on aspects that need to be considered in class management are: class nature, driving class strength, class situation, selection and creative actions. Class management is the teacher's skill in managing, directing and managing student learning activities to be better in learning or learning activities, so that in classroom management learning or learning activities can run well. Class management is a conscious effort to regulate all teaching and learning activities or learning in order to run systematically and dynamically. The conscious effort leads to preparation in teaching, student learning, facilities and infrastructure, learning media, designing learning spaces, creating situations and conditions in teaching and learning activities, managing time and other matters related to teaching and learning activities or learning to run well . The objectives to be achieved in classroom management are: achievement of instructional objectives (core competencies, basic competencies and indicators). Abstrak Manajemen kelas adalah upaya mendayagunaan pengelolaan kelas dalam konteks dan konten kegiatan belajar mengajar. Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif. Manajemen kelas merupakan keterampilan guru dalam mengatur, mengarahkan dan mengelola kegiatan belajar siswa menjadi lebih baik dalam kegiatan belajar atau pembelajaran, sehingga dalam manajemen kelas kegiatan belajar atau pembelajaran dapat berjalan baik. Manajemen kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur segala kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran agar dapat berjalan secara sistematis dan dinamis. Usaha sadar tersebut mengarah pada persiapan dalam mengajar, belajar siswa, sarana dan prasarana, media pembelajaran, mendisain ruang belajar, menciptakan situasi dan kondisi dalam kegiatan belajar mengajar, mengatur waktu dan hal-hal lainnya yang berhubungan kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran agar berjalan dengan baik. Tujuan yang hendak dicapai dalam manejeman kelas adalah: tercapainya tujuan intruksional (kompetensi inti, kompetensi dasar serta indikator).
Sistem Akreditasi Pemantauan dan Relevansinya Bagi Sekolah Tinggi Teologi dan Sekolah Tinggi Agama Kristen Markus Oci
CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Vol. 1 No. 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injil Bhakti Caraka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46348/car.v1i1.14

Abstract

Abstract. Accreditation is an assessment activity in accordance with established criteria based on the National Higher Education Standards. The legal basis for the monitoring accreditation contained in Permendikbud Number 05 of 2020 besides using the instruments as referred to in Article 10, the Accreditation of Study Programs and Higher Education also uses data and information on the PDDIKTI. In the implementation of monitoring accreditation, it is intended for Study Programs and Universities that already have an Accreditation warning. Reporting quantitative data and information in PDDIKTI as a measurement tool or document in the monitoring process of monitoring accreditation. Quantitative data and information in PDDIKTI include: education and teaching, research, community service. With the enactment of monitoring accreditation brings good news to Universities and Study Programs, where Universities and Study Programs are more focused on the TRI DARMA Higher Education (Education and Teaching, Research, Community Service) activities. For theological colleges and Christian religious colleges, which are routinely reported only in the field of education and teaching while the field of research and community service has never been reported in the PDDIKTI. Not all Theological Colleges and Christian Colleges routinely fill out and report data and information in PDDIKTI every semester and even every Academic Year. This becomes a problem for theological colleges and Christian colleges if they follow monitoring accreditation. The implementation of SPMI which includes: Determination, Implementation, Evaluation, Control and Improvement has not been maximized, there are even some Theological Colleges and Colleges of Christian Religion Colleges and Christian Religious Colleges Study Program have not implemented it.Abstrak. Akreditasi merupakan kegiatan penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Dasar hukum akreditasi pemantauan termaktum dalam Permendikbud Nomor 05 Tahun 2020 selain menggunakan instrumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi juga menggunakan data dan informasi pada PDDIKTI. Dalam pelaksanaan akreditasi pemantauan diperuntukkan bagi Program Studi dan Perguruan Tinggi yang sudah memiliki peringat Akreditasi. Pelaporan data dan informasi kuantitatif di PDDIKTI sebagi alat ukur atau dokumen dalam proses penilaian akreditasi pemantuan. Data dan informasi kuantitatif di PDDIKTI mencakup: bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada kemasyarakat. Dengan diberlakukan akreditasi pemantauan membawa kabar baik bagi Perguruan Tinggi dan Program Studi, dimana Perguruan Tinggi dan Program Studi lebih fokus kepada kegiatan TRI DARMA Perguruan Tinggi (Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat).Bagi  Sekolah Tinggi Teologi dan Sekolah Tinggi Agama Kristen, yang rutin dilaporkan hanya bidang Pendidikan dan Pengajaran sedangkan bidang Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat tidak pernah dilaporkan di PDDIKTI.  Tidak semua Sekolah Tinggi Teologi dan Sekolah Tinggi Agama Kristen secara rutin mengisi dan melaporkan data dan informasi di PDDIKTI setiap semester bahkan tiap Tahun Ajaran.  Hal ini menjadi permasalahan bagi Sekolah Tinggi Teologi dan Sekolah Tinggi Agama Kristen apabila mengikuti akreditasi pemantauan. Pelaksanaan SPMI yang meliputi :Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendaliaan dan Peningkatan belum dimaksimalkan, bahkan ada beberapa Sekolah Tinggi Teologi dan Sekolah Tinggi Agama Kristen Perguruan Tinggi dan Program Studi Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen belum menerapkannya.
Pengaruh Pengelolaan Kelas Dalam Pelajaran Agama Kristen Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMP Kanaan Ungaran Tahun Ajaran 2017-2018 Markus Oci
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 1, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.181 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v1i2.10

Abstract

Pengelola kelas yang merupakan tugas guru  dalam menciptakan suasana kelas yang memungkikan terjadinya interaksi pembelajaran semaksimal mungkin, meningkatkan, memperbaiki belajar siswa sehingga tetap tertarik terlibat dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih mudah dalam menerima pelajaran. Pengelola kelas merupakan ketrampilan yang harus dimiliki guru dalam memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.  Belajar merupakan proses perubahan, dan perubahan dapat lihatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, dan belajar dari sisiwa tersebut.  Berdasarkan hasil penelitian bahwa persamaan regresi yang yang di dapat adalah Y = 20, 393 + 0, 601 X, dimana: Y = prestasi belajar siswa, X = pengaruh pengelolaan kelas.  Artinya koefisien regresi sebesar 0, 601 atau 60, 1% menyatakan bahwa setiap perubahan Pengelolaan kelasakan meningkatkan  Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Kanaan Ungaran sebesar 60,1%.  Sebaliknya, bila pengelolaan kelas 100%, maka prestasi belajar siswa juga diprediksikan mengalami penurunan sebesar 60,1%.  Koefisien korelasi pengaruh antara kedua variabel adalah 0, 522.  Artinya tingkat pengaruh menunjukkan adanya hubungan yang sedang antara variabel X terhadap variabel Y.   Hubungannya adalah positif, sebab pada angkat 0, 522 tidak ada tanda negatif.  Oleh karena itu, semakin besar pengelolaan kelas, maka semakin meningkat prestasi belajar siswa sedangkan pengaruh positif yang signifikan antara pengelolaan kelas terhadap prestasi belajar siswa.
Implikasi Misiologi Dalam Pengembangan Kurikulum Agama Kristen di Gereja Lokal Markus Oci
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.49 KB) | DOI: 10.34081/fidei.v2i1.29

Abstract

Misiologi berasal dari kata Latin Missio adalah bentuk substantive dari kata kerja mittere (mitto, missi, missum) yang punya pengertian dasar yang beragam yaitu membuang, menembak, membenturkan, mengutus, mengirim, membiarkan,membiarkan pergi, melepaskan pergi, membiarkan mengalir.  Dalam bahasa Latin maupun Yunani kata ini lebih cenderung berarti mengutus dan mengirim. Kata misi berasal dari kata Latin missio adalah bentuk substantive dar ikata kerja  Mittere (mitto, missi, missum). Dalam kegiatan  pengajaran dan pembinaan  gereja,  harus mengejawantakan tiga tugas utama pengajaran Agama Kristen yaitu: (1) Marturia (tugas kesaksian untuk memberitakan Injil), (2). Koinonia  (tugas pembinaan persekutuan), (3). Diakonia (tugas pelayanan kepada Tuhan dan sesama manusia). Gereja sebagai tempat persekutuan yang mampu mempraktekan model Eklesiologi yang dapat mempraktekan proses edukasi dengan benar dan baik.  Pengembangan kurikulum gereja di lokal. Didasarkan pada kerinduan dan hasrat untuk mengembangkan kualitas anggota jemaat, oleh karena itu pengajaran kepada jemaat lokal melalui khotbah, ibadah raya, pendalaman Alkitab dan kompok sel.  Pengembangan kurikulum pengajaran agama Kristen dalam gereja di lokal sangat perlu atau dibutuhkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: Pertama,  visi dan misi gereja. Visi dan misi gereja akan mewarnai kurikulum di gereja lokal. Oleh karna itu dalam tata laksana pengajaran di gereja, para pemimpin gereja atau pendeta harus mampu melahirkan berbagai topik pengajaran berdasarkan visi tersebut.  Kedua, nilai-nilai yang dibangun dalam gereja, artinya  merujuk kepada motto pelayanan yang dikembangkan. Dengan demikian daras pengajaran dan pembinaan di gereja lokal, harus diarahkan kepada nilai-nilai tersebut serta peruntukkan kepada pencapaian tersebut.
INNOVATION IN EDUCATIONAL TECHNOLOGY TO ENHANCE STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT IN THE ERA OF THE MERDEKA CURRICULUM Junarti Junarti; Husna Imro'athush Sholihah; Ratna Puspita Sari; Markus Oci; Ermy Dikta Sumanik
Indonesian Journal of Education (INJOE) Vol. 3 No. 2 (2023): AUGUST
Publisher : CV. ADIBA AISHA AMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/injoe.v3i2.69

Abstract

This paper explored the implementation of educational technology as an innovative approach to improve student learning achievement within the context of the Merdeka curriculum. The study focused on the past experiences and outcomes of integrating educational schools successfully utilized online learning platforms and mobile applications to enhance student engagement, motivation, and learning outcomes. Online learning was introduced, providing students with easy access to learning materials and resources. Teachers were trained to utilize the platform and effectively provide online support to students. The implementation of the platform resulted in increased student engagement, motivation, and the flexibility to adapt learning to their own pace. The application facilitated independent and collaborative learning, enabling students to interact with teachers and classmates; implementing the mobile application led to improved student motivation, engagement, and overall learning achievement. The findings from these highlights the significance of adequate technological infrastructure, teacher training, integration of technology into lesson plans, and regular evaluation for effective implementation. These factors contribute to enhancing student learning achievement in the Merdeka curriculum era.
THE RELATIONSHIP BETWEEN TEACHER SELF-DEVELOPMENT AND SUCCESS IN IMPROVING STUDENT ACHIEVEMENT IN THE ERA OF INDEPENDENT CURRICULUM IMPLEMENTATION: QUALITATIVE STUDIES Imam Hanafi; Markus Oci; Fahrina Yustiasari Liriwati; Armizi Armizi; Yusak Noven Susanto
Indonesian Journal of Education (INJOE) Vol. 3 No. 3 (2023): DECEMBER
Publisher : CV. ADIBA AISHA AMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the context of Indonesia's independent curriculum implementation, this qualitative study investigated the connection between teacher self-improvement and student achievement success. Semi-organized interviews were directed with 50 Indonesian educators, and the information was analyzed using a topical examination. The discoveries recommend that instructor self-improvement influences the execution of the autonomous educational plan and understudy accomplishment. Time constraints, lack of resources, and motivation were identified as supporting or hindering teacher self-development. It was discovered that the leadership of a school plays a crucial role in encouraging teacher self-development. The study suggests that educators, school administrators, and educational policymakers should encourage and support teacher self-development to improve school teaching and learning. Both the effects of teacher self-development on other outcomes and the obstacles and facilitators to teacher self-development require additional research.