Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Pendidikan Hayati

Optimasi Potensi Bawang Dayak (Eleutherine Sp.) Sebagai Bahan Obat Alternatif Budi Prayitno; Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 4 No 3
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.059 KB) | DOI: 10.33654/jph.v4i3.436

Abstract

Bawang dayak (Eleutherine sp.) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di wilayah Kalimantan. Umbi bawang dayak banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Senyawa kimia yang terkandung pada bawang dayak meliputi 15 senyawa termasuk turunan flavonoid dan naftakuinon. Beberapa penelitian menunjukkan aktivitas ekstrak sebagai antiinflamasi, antidiabetes, antikanker, antidiabetes, antimikroba.
Pengaruh Perbedaan Media Air Terhadap Karakteristik Hasil Fermentasi Kulit Nangka Muhammad Rifa’i; Bayu Hari Mukti; Lagiono Lagiono
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 4 No 2
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.34 KB) | DOI: 10.33654/jph.v4i2.442

Abstract

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) bagi masyarakat di Kalimantan selatan, selain dikonsumsi daging buah dan bijinya, kulitnya pun dapat diolah menjadi makanan yang dinamakan mandai. Mandai dibuat dengan cara mengupas kulit buah sampai terlihat putih kemudian direndam dengan air garam untuk mengawetkan dan melunakkan teksturnya. Rendaman dapat dilakukan selama beberapa hari. Secara tradisional air limbah dari fermentasi kulit nangka ini dapat menghasilkan bioetanol. Bioethanol adalah etanol yang diprodoksidengan cara fermentasi menggunakan bahan baku nabati. Proses pembuatan bioethanol ini meliputi aspek fermentasi dan destilasi Metode penelitian ini menggunakan perlakuan fermentasi dengan 2 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Analisis dilakukan terhadap nilai pH, tekstur mandai,aroma,volume etanol. Variabel bebas yang digunakan adalah perbedaan media air yang terdiri dari 2 perlakuan yaitu (G = 500 gr kulit nangka dengan 100 gr garam dan 600 ml air biasa (PDAM)sebanyak 3 kali pengulangan), (H = 500 gr kulit nangka dengan 100 gr garam dan 600 ml air aquades sebanyak 3 kali pengulangan). Analisis data dengan uji mann whitney menggunakan SPSS 17 untuk menguji perbandingan taraf perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan media air tidak mempengaruhi karakteristik hasil fermentasi kulit nangka. Pengaruh perbedaan media air tidak mempengaruhi terhadap perubahan warna air fermentasi kulit nangka dan tekstur kulit nagka. Karena Tekstur mandai kulit nangka dipengaruhi oleh kandungan konsentrasi garam yang terdapat pada larutan, semakin tinggi kadar garam maka teksturnya semakin keras bagitupun sebaliknya, seamkin rendah kadar garam yang diberikan maka semakin lemah juga tekstur mandai dan juga bisa mengakibatkan kebusukan.
Keanekaragaman Ikan Sungai Lahei Berdasarkan Alat Tangkap Ikan Oleh Masyarakat Desa Lahei Kabupaten Barito Utara Mada Ellyana; Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 3 No 1
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.685 KB) | DOI: 10.33654/jph.v3i1.451

Abstract

Keanekaragaman ikan di Indonesia sangat banyak di seluruh perairan Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis ikan dan apa saja alat tangkap ikan serta keanekaragaman ikan yang ada di Sungai Lahei Desa Lahei Kabupaten Barito Utara. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara observasi. Proses observasi dilakukan melalui teknik wawancara dengan masyarakat untuk mengetahui alat tangkap ikan serta metode acak sistematik untuk mengetahui jenis ikan. Daerah pengamatan terdiri dari tiga stasiun, yaitu stasiun A (wilayah muara sungai), stasiun B (wilayah penduduk) dan stasiun C (wilayah hutan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis ikan air tawar yang ditemukan di Sungai Lahei Desa Lahei Kabupaten Barito Utara berjumlah 10 jenis. Indeks keanekaragaman ikan sungai ini ternyata sedang yaitu pada stasiun A dengan H’ = 1,82, pada stasiun B dengan H’ = 1,53 dan pada stasiun C dengan H’ = 1,97. Hal ini menandakan untuk jenis ikan di sungai Lahei tersebut jenisnya beranekaragam dengan alat tangkap yang digunakan oleh masyarakat setempat yaitu lunta/jala, haup hantai dan kalang.
Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Kawasan Hutan Desa Banua Rantau Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Helda Sari; Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 5 No 3
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.615 KB)

Abstract

Desa Banua Rantau memiliki kawasan hutan yang masih alami dengan kondisi tanah yang masih subur. Kondisi hutan pada Desa Banua Rantau ini masih relatif utuh dan lebat yang ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan, diantaranya tumbuhan paku yang beranekaragam jenisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keanekaragaman dan kemelimpahan tumbuhan paku di kawasan hutan Desa Banua Rantau Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara observasi langsung ke daerah penelitian. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 20 plot dengan luas masing-masing plot 5 m x 5 m. Analisis jenis tumbuhan paku menggunakan buku dari Lembaga Biologi Nasional (1979). Analisis data keanekaragaman dengan mengunakan Indeks Keanekaragaman (H’) dan kemelimpahan menggunakan Indeks Nilai Penting (NP). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kawasan hutan Desa Banua Rantau Kecamatan Batang Alai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah terdapat berbagai macam jenis tumbuhan paku, yaitu: Microsorum fortunei, Lygodium circinatum, Drynaria sparsisora, Stenochlaena palustris, Pyrrosia numularifolia, Nephrolepis bisserata, Davallia denticulata, Cyathea contaminans, Drymoglossum piloselloides, Lindsaya scandens, Dicksonia blumei, Adiantum polyphyllum, dan Gleichenia linearis. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) pada kawasan penelitian adalah 2,24 dan termasuk dalam kategori sedang. Nilai Indeks Kemelimpahan tertinggi dimiliki oleh Nephrolepis bisserata dengan jumlah individu 296 dan kerapatan sebesar 5920 individu/Ha, serta frekuensi 0,60. Kemelimpahan terendah dimiliki oleh Microsorum fortunei dengan jumlah individu 15 dan kerapatan sebesar 300 individu/Ha, serta frekuensi 0,25.
Identifikasi Tumbuhan Pada Tradisi Nimbuk Suku Dayak di Halong Kalimantan Selatan Merti Kristina; Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 6 No 2
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.102 KB) | DOI: 10.33654/jph.v6i2.1049

Abstract

Tradisi Nimbuk yaitu upacara menancapkan nisan kuburan dan meletakkan timbuk (membangun rumah kecil di pemakaman) yang dilakukan oleh keluarga tertentu atau berkelompok untuk sanak keluarga yang telah meninggal. Upacara ini dilaksanakan ketika padi sudah mengurai yaitu pada bulan Februari-April. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi Tumbuhan yang ada pada Tradisi Nimbuk suku Dayak di Halong, Mencari kegunaan tumbuhan tersebut bagi masyarakat sehingga memakai tumbuhan tersebut untuk sesajian bagi Suku Dayak di Halong, dan cara penggunaan dari tumbuhan-tumbuhan yang dipakai Suku Dayak di Halong. Subjek penelitian Masyarakat Dayak di Halong yang sedang menjalankan dan mengikuti proses tradisi Nimbuk. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sesajian antara lain : Daun Sirih, Buah kelapa, Bambu, Buah Jeruk, Kunyit, Serai, Kayu ulin, Rotan, Umbut kelapa, Daun Pisang, Beras, Daun Andong. Tumbuhan-tumbuhan ini digunakan masyarakat untuk sesajian yang dipersembahkan pada mendiang. Persembahan ini bisa berupa makanan dan sebagian tanaman ditanam kembali didekat kuburan, jenis makanan yang berarti kita memberikan makanan bagi mendiang, sedangkan jenis tanaman diberikan untuk ditanam dianggap sebagai kebun mendiang.
Keanekaragaman Kepiting Di Hutan Mangrove Desa Muara Ujung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Sebagai Media Pembelajaran Fitriadi Akbar; Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 6 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.674 KB)

Abstract

Mangrove merupakan ekosistem yang khas dan memiliki fungsi penting secara ekologi, sosial-ekonomi, dan pendidikan. Luas kawasan mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu semakin berkurang akibat adanya penebangan, permukiman, tambak. Berkurangnya tegakan mangrove akan mempengaruhi keberadaan berbagai fauna yang berasosiasi dengannya seperti jenis kepiting. Berdasarkan pada penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman kepiting yang ada pada kawasan hutan mangrove Desa Muara Ujung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Jenis dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dari pengambilan sampel melalui obsevasi yaitu dengan turun langsung kelapangan untuk mengamati langsung dimana setiap transek terdiri dari tiga titik sampel guna mengetahui keanekaragaman Kepiting yang ada di hutan mangrove desa Muara Ujung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu. Analisis data menggunakan rumus diversitas spesies. Berdasarkan hasil penelitin spesies yang ditemukan adalah empat familia yaitu Ocypodidae, xanthidae, sesarmidae dan Varunidae. Dengan tujuh spesies yaitu Uca vomeris dengan jumlah 159, Uca lacteal parplexa dengan jumlah 39, Episesarma sp dengan jumlah 249, Metaplax elegns dengan jumlah 96, Episesarma versicolor dengan jumlah 260, Leptodius sanguineus dengan jumlah 7 dan Uca minax dengan jumlah 15. Berdasarkan jumlah keseluruhan individu yang ditemukan adalah 852 individu dengan nilai indeks keanekaragaman spesies yaitu 1,55 yang termasuk kategori sedang, Dengan kekayaan jenis adalah 0,89 termasuk dalam kategori Tinggi. Sedangkan nilai kemerataan jenisnya adalah 0,80 termasuk kategori tinggi. Dan skor media 3d spesimen kepiting mendapatkan dari dosen pertama yaitu dengan skor 15 dan mendapatkan skor 15 dari dosen kedua. Presentase media tersebut 75% yang dikatan baik karena mencakup lima kriteria dalam media.
KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI PERKEBUNAN JERUK (Citrus sinensis) DESA PISANGAN KECAMATAN KANDANGAN BARAT KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Dahlia; Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 7 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.75 KB) | DOI: 10.33654/jph.v7i4.1600

Abstract

Perkebunan jeruk adalah salah satu habitat tempat hidup kupu-kupu. Keberadaan kupu-kupu di perkebunan Jeruk (Citrus sinensis) masih banyak yang belum mengamati dan melakukan ekperimen tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu. Tujuan dilakukannya penelitian tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu di perkebunan Jeruk ini adalah untuk mengetahui jenis kupu-kupu apa saja yang ada di perkebunan Jeruk (Citrus sinensis), mengetahui bagaimana kemelimpahan jenis kupu-kupu,mengetahui bagaimana keanekaragaman jenis kupu-kupu, bagaimana kekayaan dan kemerataan jenis kupu-kupu. Penelitian ini dilakukan di perkebunan Jeruk pada bulan Mei-Juni 2017. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode garis transek di area perkebunan Jeruk. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 15 spesies kupu-kupu di perkebunan Jeruk (Citrus sinensis) Desa Pisangan Kecamatan Kandangan Barat Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Jenis yang ditemukan tergolong ke dalam 3 famili, yaitu delapan spesies famili Nymphalidae, lima spesies famii Pieridae, dan dua spesies dari famili Papilionidae. Keanekaragaman kupu-kupu di perkebunan Jeruk tergolong sedang (H'= 2,35), kemelimpahan tertinggi terdapat pada famili Nymphalidae yaitu Mycalesis mineus (30 individu), sedangkan kemelimpahan terendah terdapat pada famili Papilionidae yaitu Papilio polytes (1 individu). Kekayaan jenisnya tergolong rendah (Dmg= 2,68), sedangkan kemerataan jenisnya tergolong tinggi (E= 0,86). Secara umum jenis kupu-kupu yang terdapat di perkebunan Jeruk tidak menyebar merata.
PENAKSIRAN KUALITAS AIR SUNGAI PENGAMBAU HULU BERDASARKAN BIOTIC INDEX Bayu Hari Mukti
Jurnal Pendidikan Hayati Vol 8 No 4
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan manusia terhadap lingkungan seringkali mengakibatkan pencemaran dan degraasi air. Monitoring biologis dapat digunakan untuk menentukan kualitas air sungai. Kelompok hewan yang dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas air adalah makrozoobentos. Penelitian ini bertujuan untuk menaksir kualitas air dari macrozoobentos di Sungai Pengambau Hulu menggunakan indeks biotik. Medote penelitian ini adalah dengan menganalisis nilai toleransi dan kelimpahan makrozoobentos yang diadaptasi dari Andrean Biotic Index (ABI) dan Community Index (CI). Kualitas air selanjutnya ditentukan dengan menggunakan Family Biotic Index (FBI). Hasil penelitian menunjukan bahwa Sungai Pengambau Hulu memiliki kualitas air yang sangat baik. Hal ini ditunjukan dengan ditemukannya kelompok hewan-hewan sensitif perubahan lingkungan yaitu Bivalva dan Gastropoda. Nilai FBI 3.15 yang berarti hanya ada kemungkinan polusi organik yang rendah.