andris kiamani
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Yogyakarta

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Analisa Narasi Yehovah Shalom dalam Repetisi Perkataan Tuhan Kepada Gideon Berdasarkan Hakim-Hakim 6:11-24 Andris Kiamani; Aska Pattinaja
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 2: Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i2.438

Abstract

Judges 6:11-24 contains the life story of Gideon who was chosen by God to judge Israel. In researching this story, there is a special emphasis given by Gideon in response to God's call, by calling Yehovah Shalom. Many studies discuss the story of Gideon only in the context of its thematic structure in Gideon's encounter with God and ignore the deepening of the narrative meaning of Jehovah Shalom, which correlates with the repetition of God's words to Gideon. For this reason, this article is written based on qualitative research with a literature study in a hermeneutic approach, to analyze the narrative of Jehovah Shalom in the repetition of God's words to Gideon. This article finds that there are five important meanings, namely: First, Gideon believed that only God could save the Israelites from the Midianites; Second, Gideon believed that only God could restore the condition of the Israelites that was destroyed due to the colonization of the Midianites; Third, Gideon believed that only God could bless the Israelites so that they would experience prosperity from every poverty; Fourth, Gideon believed that only God could give peace to the Israelites so that Israel could return to a quiet, safe and peaceful life; and Fifth, Gideon believed that only God could choose and call him and give him the strength to be a judge over Israel.Keywords: judges; gideon; repetition; jehovah shalomAbstrakHakim-Hakim 6:11-24 berisi kisah hidup Gideon yang diplih oleh Tuhan untuk menjadi hakim atas Israel. Dalam meneliti tentang kisah ini, ada penekanan khusus yang diberikan oleh Gideon sebagai respon terhadap panggilan Tuhan, dengan menyebut Yehovah Shalom. Banyak penelitian yang membahas kisah Gideon hanya dalam konteks struktur tematisnya dalam perjumpaan Gideon dengan Tuhan dan mengabaikan pendalaman makna narasi Yehovah Shalom, yang berkorelasi dengan repetisi perkataan Tuhan terhadap Gideon. Untuk itulah artikel ini ditulis berdasarkan, penelitian kualitatif dengan studi literatur dalam pendekatan hermeneutik, untuk menganalisa narasi Yehovah Shalom dalam repetisi perkataan Tuhan kepada Gideon. Artikel ini menemukan, ada lima arti penting, yaitu: pertama, Gideon percaya hanya Tuhan yang sanggup menyelamatkan bangsa Israel dari bangsa Midian; kedua, Gideon percaya hanya Tuhan yang dapat memulihkan kondisi bangsa Israel yang hancur akibat penjajahan bangsa Midian; ketiga, Gideon percaya hanya Tuhan yang dapat memberkati bangsa Israel sehingga mengalami kemakmuran dari setiap kemelaratan; keempat, Gideon percaya hanya Tuhan yang dapat memberikan damai sejahtera atas bangsa Israel sehingga Israel dapat kembali hidup tenang, aman dan damai; dan kelima, Gideon percaya hanya Tuhan yang sanggup memilih dan memanggil dirinya serta memberikan kekuatan untuk dapat menjadi hakim atas Israel.Kata Kunci: hakim-hakim; gideon; repetisi; yehovah shalom
STUDI ANALISIS TERHADAP ARTI MENGHUJAT ROH KUDUS MENURUT MATIUS 12:31, MARKUS 3:29 DAN LUKAS 12:10 Andris Kiamani; Well Therfine Renward Manurung; Rudi Siburian; Yusak Christian; Yason Kenelak
DA'AT : Jurnal Teologi Kristen Vol. 5 No. 1 (2024): DA'AT Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Program Studi Teologi, Fakultas Teologi, Institut Agama Kristen Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51667/djtk.v5i1.1288

Abstract

Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Allah Tritunggal , meskipun dalam Perjanjian Baru tidak secara eksplisit menyebut Roh Kudus itu Allah namun Roh Kudus memiliki posisi yang sejajar dengan Allah. Tidak jarang terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap Roh Kudus, sebagaimana yang sering kenal dengan ungkapan atau perilaku penghujatan terhadap Roh Kudus. Adanya pendapat yang berbeda mengenai arti menghujat seperti menolak pertolongan, menolak memberikan pengakuan atau kesaksian, meninggalkan iman, perilaku orang Kristen yang tidak sopan dan perilaku menolak tanda perjanjian, sehingga hal tersebut menimbulkan penafsiran yang berbeda dan membingungkan. Metode penelitian  hermeneutik digunakan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sehingga penelitian ini menemukan bahwa menghujat Roh Kudus adalah dosa yang sangat serius dan tidak akan diampuni. Dosa ini terjadi ketika seseorang menolak atau menentang Roh Kudus, mengaitkan pelayanan Yesus dengan kuasa setan, juga dihubungkan dengan ketidakpercayaan terhadap Yesus sebagai Mesias sebagai Anak Allah. Dosa menghujat Roh Kudus dianggap sebagai penolakan terhadap pekerjaan-Nya yang menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran akan dosa dan keinginan untuk bertobat.
Implementasi Teologis Frasa “Mengutus” dalam Yohanes 17:18; 20:21 bagi Gereja dari Perspektif Missio Dei Manurung, Well Therfine Renward; Kiamani, Andris; Meichella Yosepha Eunike; Reynhard Leonard Ohoitimur; Samuel Sukanta Ginting
Jurnal Salvation Vol. 4 No. 2 (2024): Januari 2024
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56175/salvation.v4i2.106

Abstract

Abstract: The church is a fluid fellowship of believers (liquid church). An organism created by Jesus Christ Himself as a tangible manifestation of Christ in the world to do His work: calling sinners and proclaiming the gospel of God as an expression of God's love to the world. This research is motivated by the lack of research that explains the relationship between sending and missio Dei, as well as the limitation of mission to evangelism and church growth, the lack of attention to the importance of dialogue and engagement with society, and the neglect of the complex social and political context in which mission is carried out. This research uses a qualitative method with an interpretative approach (interpretative design) so as to find the meaning and implementation of the phrase "sending" in John 17:18; 20:21: First, the model of sending in John 17:18; 20:21 is parallel, but different in terms of time and to whom the vision is conveyed. this approach is in line with the Theocentric which makes God the starting point of life, His goals, plans, and programs. Second, the church, or fellowship of believers and Great Commission, is the means or instrument of missio Dei. Third, as one form of God's involvement in the world, believers and church members must be actively in preaching the gospel and continuously involved in the Great Commission of the Lord Jesus. The Holy Spirit plays an active role in continuing to assist and participate in this process. Fourth, the role of mission is very important in the initial process of preaching the gospel so engagement and compassion are required. Fifth, formulate a strategy for planning, developing tasks, and understanding His calling as a messenger in delivering the gospel. Abstrak: Gereja adalah suatu persekutuan orang-orang percaya yang selalu bergerak dengan cair (liquid church). Suatu organisme yang diciptakan oleh Yesus Kristus sendiri sebagai perwujudan nyata dari Kristus di dunia untuk melakukan pekerjaan-Nya: memanggil orang-orang yang berdosa dan memberitakan Injil Allah sebagai suatu pernyataan kasih Allah kepada dunia. Penelitian ini dilatar belakangi oleh minimnya penelitian yang menjelaskan keterkaitan antara pengutusan dan missio Dei, serta pembatasan misi hanya kepada penginjilan dan pertumbuhan gereja, kurangnya perhatian terhadap pentingnya dialog dan keterlibatan dengan masyarakat, serta pengabaian terhadap konteks sosial dan politik yang kompleks di mana misi dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interpretative (interpretative design) sehingga dapat menemukan makna dan implementasi teologis frasa “mengutus” dalam Yohanes 17:18; 20:21: Pertama, model pengutusan dalam Yohanes 17:18 ; 20:21 paralel, tetapi berbeda pada sisi waktu dan kepada siapa visi tersebut disampaikan, pendekatan ini sejalan dengan Teosentris yang menjadikan Allah sebagai titik awal kehidupan, tujuan, rencana, dan program-Nya. Kedua, gereja, atau persekutuan orang-orang percaya dan Amanat Agung, adalah sarana atau alat missio Dei. Ketiga, sebagai salah satu bentuk keterlibatan Allah di dunia, orang-orang percaya dan anggota gereja harus terlibat secara aktif dalam pemberitaan injil dan berkelanjutan dalam Amanat Agung Tuhan Yesus. Keempat, peran pengutusan sangat penting dalam proses awal pemberitaan Injil sehingga diperlukan keterlibatan dan belas kasihan. Kelima, merumuskan strategi perencanaan, pengembangan tugas, dan pemahaman akan panggilan-Nya sebagai utusan dalam menyampaikan kabar Injil.
Reaksi Spiritualitas: Stimulasi Kehidupan Kerohanian sebagai Upaya Preventif terjadinya Disorientasi di Era Disrupsi Menurut 1 Petrus 2:1-5 Josua, Rezky Alfero; Kiamani, Andris
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 19 No 2 (2023): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46494/psc.v19i2.298

Abstract

Today’s era of disruption can lead to a decline in spiritual reactions. Intrepeters see the letter of 1 Peter as an example of an appeal to maintain spiritual life in the midst of suffering. Using Exegesis, this article finds the stimulation of spiritual life as a preventive effort for disorientation according to 1 Peter 2:1-5. First, making the word of God as the main need with the metaphor that believers must be like newborn babies who always need pure and spiritual milk to grow. Secondly, approaching Jesus as the living Stone, even though He was rejected by men but His work on the cross shows a living example for every believer and gives eternal life to those who want to believe in Him. Third, following Jesus’ example by being a blessing, for that every believer must join hands in facing the era of disruption with the aim of building a spiritual community as a preventive effort for disorientation. Christians are special group who enjoy spiritual and eternal blessings bestowed by God in Christ, therefore believers must continue to grow more and more like Jesus Christ.
Analisis Tematik tentang Surga, Neraka, dan Tribulasi: Kajian Eskatologi sebagai Implikasi bagi Anak Muda Manurung, Well Therfine Renward; Pattinaja, Aska Aprilano; Kiamani, Andris
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 8 No 1 (2024): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v8i1.724

Abstract

Tema eskatologi adalah salah satu tema yang sangat menarik dan terus dibahas sampai hari ini. Berbagai interpretasi dan perspektif dalam memahami tema ini sehingga menjadi suatu kajian menarik. Tetapi realita yang terjadi adalah, bagi anak muda tema ini menjadi tema yang kurang diminati karena berisi hal-hal yang sulit dipahami dan abstrak dalam perspektifnya. Akhirnya ada banyak anak muda yang kehilangan kesempatan mempelajari tema ini secara komprehensif, sehingga tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk menjaga hidup di akhir zaman ini. Mengapa harus anak muda? Karena Indonesia akan memasuki bonus demografi, di mana usia potensial dan produktif adalah anak-anak muda. Menjawab realita yang ada, maka artikel ini ditulis untuk mengkorelasikan tema-tema penting dalam Wahyu dengan implikasinya bagi anak muda. Berdasarkan metode kualitatif dalam analisa tematik dan studi literatur, artikel ini menemukan bahwa: pertama, tema surga, neraka dan tribulasi adalah tema yang dapat menarik perhatian anak muda; kedua, tema-tema eskatologi menguatkan anak muda untuk berdiri di atas dasar yang tepat; dan ketiga, tema-tema eskatologi ini, merupakan tema utama yang harus disadari dan diakui kebenarannya oleh anak muda untuk dapat mempersiapkan diri dengan baik. Ini merupakan jawaban bagi para pemimpin rohani dalam mempersiapkan pengajaran tentang tema eskatologi kepada setiap anak muda.
Eksistensi Yesus sebagai Tuhan dan Manusia: Kajian Teologis dalam Berapologetika Kiamani, Andris; Pattinaja, Aska Aprilano; Manurung, Well Therfine Renward
YADA : Jurnal Teologi Biblika dan Reformasi Vol. 2 No. 1 (2024): YADA: Jurnal Teologi Biblika dan Reformasi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Providensia Adonay

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tantangan kekristenan hari ini adalah kesulitan untuk mempertahankan argumen imandalam berapologetika. Kecenderungan perdebatan yang menjebak banyak orang awammaupun rohaniawan adalah tentang eksistensi Yesus sebagai Tuhan dan manusia.Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjawab problematika ini, dengan mengkaji nilaiteologis mengenai pribadi Yesus Kristus dan pelayanan-Nya, yang membuktikan bahwaDia adalah Tuhan yang berkuasa tetapi juga manusia. Beberapa penelitian terdahulu hanyamemberikan penjelasan umum mengenai hubungan keterkaitan Yesus yang adalah manusiadan juga Tuhan, tetapi tidak memberikan perspektif yang lebih mendalam tentang konteksdimaksud sebagai dasar berapologetika. Berdasarkan metode penulisan kualitatif denganpendekatan studi literatur, maka artikel ini menjelaskan beberapa hal, yakni pertama,eksistensi Yesus sebagai Tuhan kelahiran Yesus membuktikan Dia sebagai Tuhan; kedua,eksistensi Yesus sebagai manusia; ketiga, pelayanan Tuhan Yesus membuktikan eksistensiNya sebagai Tuhan dan manusia; dan keempat, jaminan hidup kekal yang diberikanmenguatkan eksistensinya sebagai Tuhan. Hasil penelitian ini menjadi fondasi imankepercayaan setiap orang percaya dalam berapologetika agar bisa berargumen dan bertahandalam menghadapi berbagai serangan.
ANALISIS TEOLOGIS TERHADAP PENTINGNYA IBADAH MENURUT IBRANI 10:25 DAN IMPLIKASINYA BAGI PERTUMBUHAN ROHANI ORANG PERCAYA MASA KINI Kiamani, Andris; Pitono, Budi Hendro
Sesawi Vol 5, No 1 (2023): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sabda Agung, Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53687/sjtpk.v5i1.184

Abstract

Ibadah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia, namun pada kenyataannya masih ada yang salah mengartikan arti dari ibadah yang sebenarnya, ibadah tidak menjadi sesuatu yang hanya sekedar rutinitas bagi orang beragama, jika dibiarkan maka hal tersebut menjadi paham legalisme. Berdasarkan hal tersebut, perlu diberikan pemahaman yang benar berdasarkan kebenaran Alkitab menurut Ibrani 10:25 tentang pengertian yang benar terhadap ibadah dan implikasinya serta bahaya yang terjadi jika dengan sengaja menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Dengan menggunakan metode Kualitatif dan prinsip hermeneutika serta pendekatan studi literatur penelitian ini menemukan, penulis Ibrani mengingatkan agar tidak menjauhkan diri dari setiap pertemuan ibadah, karena hal tersebut penting untuk menjaga iman dan menghindari kecenderungan terhadap terjadinya kemurtadan.
Analisis Teks “Malaikat Tuhan” dalam Hakim-Hakim 6:21-22: Sebagai Antitesis Terhadap Yesus Andris Kiamani; Aska Pattinaja
SCRIPTA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kontekstual Vol. 16 No. 2 (2023): Pelayanan di Era Industri 4.0
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Ebenhaezer Tanjung Enim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47154/sjtpk.v16i2.231

Abstract

Gagasan tentang Yesus dan Malaikat Tuhan adalah dua entitas yang berbeda. Meskipun keduanya sering dianggap sebagai entitas rohaniah, pertanyaan dan diskusi yang sering muncul dari keduanya adalah tentang keberadaan mereka dalam kerangka keilahian. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis arti teks sebenarnya tentang “Malaikat Tuhan” yang terdapat dalam kitab Hakim-hakim 6:21-22 sebagai antitesis terhadap Yesus. Latar belakang penelitian ini karena banyaknya peneliti yang memberikan pemahaman secara “alegoris” mengenai arti frasa “Malaikat Tuhan.” Banyak ahli menafsirkan “Malaikat Tuhan” sebagai rujukan kepada kepribadian Yesus. Sehingga peneliti mengkaji secara komprehensif makna frasa “Malaikat Tuhan” dengan menggunakan metode kualitatif interpretatif lewat proses eksegesis untuk memahami teks dimaksud. Artikel ini menemukan bahwa frasa “Malaikat Tuhan” dapat nampak dalam wujud kemuliaan maupun dalam wujud manusia normal; arti Malaikat Tuhan adalah “pembawa pesan dari Tuhan” dan tidak dapat diartikan sebagai Yesus; makna Malaikat Tuhan tidak dapat dipaksakan sebagai Yesus karena akan menyalahi makna konteks perjanjian lama dan posisi Yesus yang lebih tinggi dari pada Malaikat; secara posisi, Malaikat adalah roh yang diutus untuk melayani orang-orang percaya yang memperoleh keselamatan. Hasil kajian ini telah membuktikan sebuah antitetis penafsiran Malaikat Tuhan sebagai Yesus (Kristofani).
Spiritual Intelligence sebagai upaya Antisipatif Terjadinya Judi Online Akibat dampak Disrupsi Menurut Yakobus 4:7-8 Astuti, Tri Endah; Kiamani, Andris
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 6, No 1 (2025): MEI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v6i1.186

Abstract

There are many social problems that arise in society, one of which is online gambling which is becoming more prevalent every day. This situation causes anxiety as a result of disruption, so the author of the letter of James provides encouragement to maintain spiritual life even in the midst of suffering. Therefore, this study aims to analyze the anticipatory steps in dealing with the rampant practice of online gambling as an impact of disruption, with reference to the spiritual perspective found in James 4:7-8. Through the use of qualitative exegesis method, it is expected to provide effective measures. Thus this study found that spiritual intelligence can be an effective solution by: First, submitting to God, Second, drawing near to God, Third, sanctifying oneself, Fourth, purifying the heart. By applying these four steps, it is hoped that each individual can develop better spiritual intelligence, which helps overcome the challenges that arise due to disruption in daily life.Abstrak:Banyaknya masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat, salah satunya adalah judi online yang semakin hari semakin marak. Situasi tersebut menimbulkan kegelisahan sebagai dampak disrupsi, sehingga penulis surat Yakobus memberikan dorongan untuk menjaga kehidupan spiritual meskipun di tengah penderitaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis langkah-langkah antisipatif dalam menghadapi maraknya praktik judi online sebagai dampak dari disrupsi, dengan merujuk pada perspektif spiritual yang terdapat dalam Yakobus 4:7-8. Melalui penggunaan metode kualitatif eksegesis diharapkan dapat memberikan langkah-langkah yang efektif. Dengan demikian penelitian ini menemukan bahwa kecerdasan spiritual dapat menjadi solusi efektif dengan cara yaitu: Pertama, tunduk kepada Allah, Kedua, mendekat kepada Allah, Ketiga, menguduskan diri, Ke empat, menyucikan hati. Dengan menerapkan keempat langkah ini, diharapkan setiap individu dapat mengembangkan kecerdasan spiritual yang lebih baik, yang membantu mengatasi tantangan yang muncul akibat disrupsi dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Stimulasi, Kehidupan Kerohanian, Disrupsi, Disorentasi
Peter's Motive for Quoting Proverbs 11:31 as an Encouragement to Be Righteous Pattinaja, Aska Aprilano; Kiamani, Andris; Sualang, Farel Yosua
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 9 No 1 (2025): March
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/ejti.v9i1.860

Abstract

Proverbs 11:31 is an Old Testament passage of wisdom quoted by Peter in 1 Peter 4:18. Based on the literature search, there are two interpretations related to this intertextual use of Scripture, namely talking about retribution or divine justice and moral responsibility. But it was found that previous studies did not mention anything about Peter's motive in quoting this wisdom literature narrative. Therefore, this study aims to specifically examine Peter's motives in quoting this Old Testament passage. There are strong implications of the Wisdom literature exhortations quoted by Peter as an encouragement to the early church to choose to live as righteous people.   Therefore, this research used qualitative methods with a sub-interpretive design, specifically wisdom literature hermeneutics and literature study. This article finds that Peter's motivation for encouraging the believers was that they should never envy the oppressors and persecutors because those who reject the gospel will suffer more than anything Christians have to face in this life. God is just, and His judgment will apply to everyone, including the wicked. Peter's motive for quoting the Old Testament also serves as a theological and practical guide for believers, enabling them to live in a way that reflects their faith and trust in God's final judgment and deliverance.