p-Index From 2020 - 2025
6.595
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Jurnal Teologi Berita Hidup Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan STT BNKP Sundermann The Way: Jurnal Teologi dan Kependidikan Manna Rafflesia PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen SANCTUM DOMINE: Jurnal Teologi Jurnal Amanat Agung Luxnos : Jurnal Sekolah Tinggi Teologi Pelita Dunia Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Te Deum (Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan) Vox Dei : Jurnal Teologi dan Pastoral Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0 Predica Verbum TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Sabda : Jurnal Teologi Kristen LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Jurnal Teologi & Pelayanan Kerusso Mitra Sriwijaya: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) THRONOS: Jurnal Teologi Kristen CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Arumbae: Jurnal Ilmiah Teologi dan Studi Agama Voice of HAMI Jurnal Arrabona Saint Paul's Review Lentera Nusantara EKKLESIA: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristiani Jurnal Teologi Pambelum Jurnal Yada Khamisyim : Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Views: Jurnal Teologi dan Biblika Jurnal Teologi Rai JUITA SEJATI Jurnal Pistis: Teologi dan Praktia
Claim Missing Document
Check
Articles

Analisa Narasi Yehovah Shalom dalam Repetisi Perkataan Tuhan Kepada Gideon Berdasarkan Hakim-Hakim 6:11-24 Andris Kiamani; Aska Pattinaja
DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika Vol 6, No 2: Desember 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53547/diegesis.v6i2.438

Abstract

Judges 6:11-24 contains the life story of Gideon who was chosen by God to judge Israel. In researching this story, there is a special emphasis given by Gideon in response to God's call, by calling Yehovah Shalom. Many studies discuss the story of Gideon only in the context of its thematic structure in Gideon's encounter with God and ignore the deepening of the narrative meaning of Jehovah Shalom, which correlates with the repetition of God's words to Gideon. For this reason, this article is written based on qualitative research with a literature study in a hermeneutic approach, to analyze the narrative of Jehovah Shalom in the repetition of God's words to Gideon. This article finds that there are five important meanings, namely: First, Gideon believed that only God could save the Israelites from the Midianites; Second, Gideon believed that only God could restore the condition of the Israelites that was destroyed due to the colonization of the Midianites; Third, Gideon believed that only God could bless the Israelites so that they would experience prosperity from every poverty; Fourth, Gideon believed that only God could give peace to the Israelites so that Israel could return to a quiet, safe and peaceful life; and Fifth, Gideon believed that only God could choose and call him and give him the strength to be a judge over Israel.Keywords: judges; gideon; repetition; jehovah shalomAbstrakHakim-Hakim 6:11-24 berisi kisah hidup Gideon yang diplih oleh Tuhan untuk menjadi hakim atas Israel. Dalam meneliti tentang kisah ini, ada penekanan khusus yang diberikan oleh Gideon sebagai respon terhadap panggilan Tuhan, dengan menyebut Yehovah Shalom. Banyak penelitian yang membahas kisah Gideon hanya dalam konteks struktur tematisnya dalam perjumpaan Gideon dengan Tuhan dan mengabaikan pendalaman makna narasi Yehovah Shalom, yang berkorelasi dengan repetisi perkataan Tuhan terhadap Gideon. Untuk itulah artikel ini ditulis berdasarkan, penelitian kualitatif dengan studi literatur dalam pendekatan hermeneutik, untuk menganalisa narasi Yehovah Shalom dalam repetisi perkataan Tuhan kepada Gideon. Artikel ini menemukan, ada lima arti penting, yaitu: pertama, Gideon percaya hanya Tuhan yang sanggup menyelamatkan bangsa Israel dari bangsa Midian; kedua, Gideon percaya hanya Tuhan yang dapat memulihkan kondisi bangsa Israel yang hancur akibat penjajahan bangsa Midian; ketiga, Gideon percaya hanya Tuhan yang dapat memberkati bangsa Israel sehingga mengalami kemakmuran dari setiap kemelaratan; keempat, Gideon percaya hanya Tuhan yang dapat memberikan damai sejahtera atas bangsa Israel sehingga Israel dapat kembali hidup tenang, aman dan damai; dan kelima, Gideon percaya hanya Tuhan yang sanggup memilih dan memanggil dirinya serta memberikan kekuatan untuk dapat menjadi hakim atas Israel.Kata Kunci: hakim-hakim; gideon; repetisi; yehovah shalom
Antitesis Pola Perkataan Karakter-Konsekuensi pada Amsal 28:20 sebagai Kualitas Hidup Orang Percaya dalam Mengatasi Judi Online Aska Pattinaja; Zefanya Puryana; Farel Yosua Sualang
SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI Vol 13 No 1 (2023): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Nazarene Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46495/sdjt.v13i1.212

Abstract

Proverbs 28:20 is one of the passages that emphasizes the antithesis between a trustworthy person and a person who wants to get rich quickly based on the character-consequence pattern of speech (the character-consequence pattern is a structural pattern in the book of Proverbs that takes into account character actions and the consequences that will be received). The tendency of people today is to live materialistically which encourages someone to get rich quickly through shortcuts, namely online gambling, thus damaging the quality of life of believers. The purpose of this study is to provide a reference for every believer to have to build the right quality of life so as not to fall into the trap of online gambling. By using a qualitative method with sub-intrepetative design, especially wisdom literature hermeneutics, to examine the analysis of the character-consequence pattern of Proverbs 28:20, this article finds three interrelated character-forming factors, namely: first, faithfulness, as the main character-forming factor because it relates to integrity; second, the patience factor, which is an important factor that prevents making wrong and hasty decisions; third, the obedience factor, which guarantees the right decision in the face of various challenges to persist through the process to the end so that believers avoid punishment. This study serves as an input and warning for everyone to have good character in accordance with Biblical values so as to become a trustworthy person.
Rotan dan Pembentukan Karakter: Sebuah Kajian Teologis Kata מוסר (mū·sār) dalam Amsal 23:13 Aska Aprilano Pattinaja; Farel Yosua Sualang
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 5, No 1: Desember 2023
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55884/thron.v5i1.81

Abstract

Proverbs 23:13 is specific advice for parents on how to raise their children. Nowadays, educating children using rattan is considered old-fashioned and uncivilized. Scholars argue that the interpretation of Proverbs 23:13 about educating children through beating with rattan needs to be revised in their understanding. This polemic has resulted in multiple interpretations in the context of this verse, thus obscuring the true meaning or purpose of this text, especially in addition to the limited Indonesian vocabulary of the term מוסר (mū-sār). The interpretation of the text מוסר (mū-sār) is also in many discussions often translated partially in their respective contexts and applications so that it cannot provide a comprehensive explanation. By using qualitative research methods, hermeneutic exegesis to explain the meaning of the text מוסר (mū-sār) as a loving act of correction and discipline aimed at the formation of children's character. This article finds a continuous relationship between the stages of upbringing, correction, and discipline as a cycle that can be applied in child rearing, where upbringing provides information and knowledge, correction will evaluate the results of the application of upbringing in the child's growth and development, and discipline is a punishment given so that the child gets a deterrent effect and is aware of his mistakes, The results of this study can be an input for many Christian educators, counselors and parents on how to apply Alktabiah discipline to children. AbstrakAmsal 23:13 adalah bagian nasihat yang secara khusus dari orang tua dalam mendidik anaknya. Sekarang ini, mendidik anak dengan menggunakan rotan, dianggap sebagai cara kuno dan tidak beradab. Para ahli berpendapat bahwa penafsiran Amsal 23:13 tentang mendidik anak lewat memukul dengan rotan adalah keliru dalam penafsiran mereka. Polemik ini menghasilkan multitafsir dalam konteks ayat ini, sehingga mengaburkan makna atau tujuan sebenarnya dari kata ini, apalagi di tambah dengan penggunaan kosa kata bahasa Indonesia yang terbatas dalam membahasakan istilah מוסר (mū·sār). Penafsiran kata מוסר (mū·sār) juga dalam banyak pembahasan sering diterjemahkan secara parsial dalam konteks dan penerapan masing-masing sehingga tidak bisa memberikan penejelasan secara komprehensif. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, hermeneutik eksegese untuk menjelaskan makna kata מוסר (mū·sār) sebagai tindakan didikan koreksi dan pendisiplinan yang penuh kasih dan bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Artikel ini menemukan adanya hubungan berkesinambungan antara tahapan didikan, koreksi dan disiplin sebagai sebuah siklus yang dapat diterapkan dalam pola asuhan anak, di mana didikan memberikan informasi dan pengetahuan, koreksi akan mengevaluasi hasil penerapan didikan dalam tumbuh kembang anak, dan disiplin merupakan hukuman yang diberikan agar anak mendapat efek jera dan sadar akan kesalahannya, Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi banyak pendidik Kristen, konselor dan orang tua bagaimana seharusnya menerapkan disiplin Alktabiah kepada Anak. 
Anting Emas di Jungur Babi: Analisa Penggunaan Kiasan terhadap Pola Perkataan Item-Evaluasi Menurut Amsal 11:22 Aska Aprilano Pattinaja; Hemy Bernard Warikry; Farel Yosua Sualang
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 7, No 1 (2024): Pebruari 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53827/lz.v7i1.134

Abstract

Proverbs 11:22 is a unique section of Solomon's Proverbs because it contains a metaphor comparing an immoral woman to a gold ring on a pig's jaw. The debate about this verse is the misinterpretation of this verse as anti-feminist or misogynistic, which implies a misunderstanding of the intended context. There is a gap in the previous research which only discusses the study of the meaning and its embelamatical implications, thus not answering the need for a comprehensive explanation of the figurative context and meaning of the verse. Therefore, to provide the correct interpretation and perspective, this research is conducted in discussing the figurative meaning and analyzing the item-evaluation speech pattern, so as to interpret the figurative meaning of "gold ring in a pig's jaw" as the main factor of character building, as well as correcting the wrong understanding of the misinterpretation of Proverbs 11:22, based on the hermeneutical method of wisdom literature, with an intrepetitive design approach.  This study found three things, namely, first, the figurative element, as an insult to people who live immorally. Second, the element of position, where there is a change in the position of status and appreciation as a result of the decision to live without moral ethics because it rejects wisdom. Third, the element of evaluation, which occurs as a form of judgment due to the decision to live immorally and results in the acceptance of social sanctions. These three elements are interrelated and form a pattern of warning and evaluation of life. The results found are a warning for everyone to act carefully in moral ethics that come from wisdom. Amsal 11:22 merupakan bagian amsal Salomo yang unik karena mengandung kiasan yang menyamakan wanita yang tidak susila dengan cincin emas di jungur babi. Perdebatan yang muncul dalam ayat ini adalah kesalahan penafsiran ayat ini sebagai anti feminim atau misoginis, yang berimplikasi pada pemahaman keliru tentang konteks yang dimaksud. Terdapat kesenjangan penelitian sebelumnya yang hanya membahas kajian makna dan implikasi embelamatiknya sehingga tidak menjawab kebutuhan penjelasan konteks kiasan dan makna ayat secara komprehensif. Oleh sebab itu untuk memberikan interpretasi dan perspektif yang tepat, maka penelitian ini di lakukan dalam membahas makna kiasan dan analisa pola perkataan item-evaluasi, sehingga dapat mengartikan makna kiasan “cincin emas di jungur babi” sebagai faktor utama pembentukan karakter sekaligus meluruskan pemahaman yang keliru atas kesalahan penafsiran dari Amsal 11:22, berdasarkan metode hermeneutika sastra hikmat, dengan pendekatan intrepetative design.  Penelitian ini menemukan tiga hal, yakni pertama, elemen perkataan kiasan, sebagai hinaan bagi orang yang hidup asusila. Kedua, elemen posisi, dimana terjadinya perubahan posisi status dan penghargaan sebagai akibat keputusan untuk hidup tanpa etika moral karena menolak kebijaksanaan (hikmat). Ketiga, elemen evaluasi, yang terjadi sebagai bentuk penilaian akibat keputusan hidup asusila, dan berakibat penerimaan sanksi sosial. Ketiga elemen ini saling berkaitan, yang membentuk pola peringatan dan evaluasi hidup. Hasil yang ditemukan menjadi peringatan bagi semua orang agar bertindak dengan hati-hati dalam etika moral yang bersumber dari kebijaksanaan (hikmat).
JAMINAN TUHAN KEPADA GIDEON SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP ORANG PERCAYA: STUDI HERMENEUTIK BERDASARKAN HAKIM-HAKIM 6:23 Aska Aprilano Pattinaja; Endah Totok Budoyono
Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi Vol. 7 No. 1 (2024): Phronesis: Jurnal Teologi dan Misi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47457/phr.v7i1.453

Abstract

The Lord's word of assurance to Gideon in Judges 6:23 contains three things, namely, "be sure," "do not be afraid," and "you will not die. The two main problems with this verse are, first, that these words of the Lord are in stark contrast to the reality that Gideon faced, which was fearful and desperate, so he doubted the promise. For this reason, it is necessary to investigate God's ultimate motive in giving this assurance. Secondly, the phrase "you shall not die" contradicts the narrative that explains Gideon's death, so it must be described in detail. This problem is precisely and comprehensively explored and researched to explain this verse adequately. Thus, based on the descriptive qualitative research method with a hermeneutic study with a micro-analytical exegesis approach, this study found several things, namely, first, God's guarantee of salvation; second, God's guarantee of not being afraid; and third, God's guarantee of preserving and protecting the life of every believer. This article contributes to scholars, servants of God, and theological activists to better understand the story of Gideon in Judges.
Komitmen Ezra (Seeking, Doing, Teaching) dan Implikasinya Bagi Para Pemimpin Di Era Disrupsi: Kajian Hermeneutik Berdasarkan Ezra 7:10 Pattinaja, Aska Aprilano; Baskoro, Paulus Konto
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 6, No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen - Agustus 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v6i2.285

Abstract

The purpose of this paper is to examine Ezra's commitment to preparing himself as a teacher of the law, namely seeking, doing, teaching, which has implications for leaders in the era of disruption. This commitment is very important for leaders to face the moral and integrity degradation that is occurring today. The problem that arises is that many leaders seem great, but are not accompanied by a lifestyle that produces good examples. There is a gap in research that specifically and comprehensively examines the explanation and implementation of Ezra's commitment. Therefore, based on the qualitative method with a hermeneutic approach, this research has found several important things, namely, first, learning (seeking), that a leader needs time to equip himself by learning the basic truth of God's Word; second, doing (doing), a leader is required after learning to do or apply first in personal implementation; and third, teaching (teaching), this is the phase where a leader must teach the basic values of the truth of God's Word, which is a combination of what has been learned and the experience of doing the truth. The implication of this commitment is that what is shared is not mere rhetoric or theory, but a testimony of life-changing experience. This study is useful for pastors, shepherds, teachers, lecturers, or anyone called to leadership. AbstrakTujuan penulisan ini adalah meneliti komitmen Ezra dalam mempersiapkan dirinya sebagai pengajar Hukum Taurat, yakni seeking (meneliti), doing (melakukan), teaching (mengajar), yang berimplikasi terhadap para pemimpin dalam era disrupsi. Komitmen ini sangat penting bagi para pemimpin, untuk menghadapi degradasi moral dan integritas yang terjadi pada hari ini. Problematika yang terjadi adalah banyak pemimpin yang kelihatannya hebat, tetapi tidak dibarengi dengan pola hidup yang menghasilkan teladan yang baik. Terdapat kesenjangan penelitian dalam meneliti secara spesifik dan komprehensif terkait penjelasan dan implementasi dari komitmen Ezra tersebut. Oleh sebab itu berdasarkan metode kualitatif dengan pendekatan hermeneutik, maka penelitian ini telah menemukan beberapa hal penting, yakni, pertama, Belajar (seeking), bahwa seorang pemimpin, membutuhkan waktu untuk memperlengkapi dirinya lewat mempelajari dasar kebenaran Firman Tuhan; kedua, Melakukan (doing), seorang pemimpin diharuskan setelah belajar melakukan atau menerapkan dahulu dalam implementasi pribadi; dan ketiga, Mengajar (teaching), inilah fase di mana, seorang pemimpin harus mengajarkan nilai-nilai dasar kebenaran Firman Tuhan yang merupakan gabungan dari apa yang telah dipelajari dan pengalaman melakukan kebenaran tersebut. Implikasi dari komitmen ini adalah, apa yang dibagikan bukan saja menjadi retorika atau teori belaka, tetapi kesaksian dari pengalaman hidup yang mengubah. Penelitian ini berguna bagi para Pendeta, Gembala, Guru, Dosen atau saja yang terpanggil untuk menjadi pemimpin.
Reinterpretasi Misteri Kematian Uza Sebagai Implementasi Kekudusan di Era Disrupsi: Kajian Hermeneutik dalam 2 Samuel 6:6-7 Pattinaja, Aska Aprilano
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 5, No 1 (2024): MEI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v5i1.108

Abstract

Uza's death is still a mystery. Various debates have arisen as to the reason behind Uza's death. The reinterpretation of Uza's death is needed to place this story in the right perspective about the reason for Uza's death, as well as God's motives for doing so in affirming His holiness standards. Based on a qualitative method, with a hermeneutic approach to exegetical studies, this study found several things, namely: first, God cannot violate His own rules and holiness; second, Uza's good motivation was not accompanied by wisdom to think about the actions taken; third, God's focus gave David a lesson, that as a leader, he had misunderstood and interpreted God's will. The implementation of this research is very important and serves as input to every believer to maintain holiness in the era of disruption.Abstrak:Kematian Uza sampai sekarang masih menjadi misteri. Banyak perdebatan muncul, tentang alasan dibalik kematian Uza. Reinterpretasi kematian Uza, sangat diperlukan untuk mendudukan kisah ini dalam perspektif yang benar tentang alasan kematian Uza, serta motif Tuhan melakukannya dalam menegaskan standar kekudusan-Nya Berdasarkan metode kualitatif, dengan pendekatan hermeneutik studi eksegese, maka penelitian ini menemukan, beberapa hal penting yang menjadi implementasi penelitian ini,  yakni: pertama, Allah tidak bisa melanggar aturan dan kekudusannya sendiri; kedua, Motivasi Uza yang baik, tidak dibarengi dengan hikmat untuk memikirkan tindakan yang diambil; ketiga Fokus Allah memberikan pelajaran kepada Daud, bahwa sebagai pemimpin, Ia telah salah dalam memahami dan menafsirkan kehendak Allah. Hasil yang ditemukan ini sangat penting dan menjadi masukan kepada serta setiap orang percaya untuk menjaga kekudusan di era disrupsi. Kata Kunci: Uza, Kematian, Tabut Perjanjian, Kekudusan
Manajemen Konflik Terhadap Emosional dan Implikasinya: Studi Eksegesis Berdasarkan Mazmur 37:8 Pattinaja, Aska Aprilano; Ziliwu , Alnodus Jamsenjos Indirwan; Kulka , Elister; Soll, Meyut
SAINT PAUL'S REVIEW Vol. 4 No. 1 (2024): June
Publisher : STT Saint Paul Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah ketidaakmampuan untuk menahan amarah dalam situasi konflik. Mazmur 37:8 merupakan bagian Firman Tuhan yang sangat tepat untuk memberikan solusi praktis manajemen konflik bagi orang percaya untuk tidak menjadi marah. Penelitian khusus dan komprehensif tentang konteks manajemen konflik ini khusus terhadap mazmur 37:8 masih sangat jarang untuk dilakukan. Melihat pentingnya manajemen konflik dalam kehidupan orang percaya, maka artikel ini ditulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pendekatan sub-genre hermeneutik untuk menemukan prinsip-prinsip kebenaran dalam hubungan dengan manajemen konflik dan implikasinya. Artikel ini menemukan ada tiga prinsip utama yang menjadi solusi praktis manajemen konflik, dalam Mazmur 37:8 yakni: pertama, berusahalah agar jangan marah; kedua, jangan frustrasi; ketiga, jangan terpengaruh dengan kenyataan. Ketiga prinsip ini adalah kunci penting, dan sangat berimplikasi terhadap respon dan keputusan orang percaya dalam menghadapi kemarahan. Hasil penelitian ini sangat berguna bagi rujukan para konselor, pengajar, motivator, pemimpin, hamba Tuhan, dan setiap orang percaya yang ingin menemukan resolusi dalam setiap konflik.
Kohesi Kepemimpinan Gideon dan Sisi Negatif Kekuasaanya Berdasarkan Hakim-Hakim 8:22-35 Pattinaja, Aska Aprilano; Lesnussa, Johny
PASCA : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 20 No 1 (2024): PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46494/psc.v20i1.333

Abstract

This study is the antithesis of many studies on Gideon that praise and position him as a great leader. It is ironic that Gideon turned out to have a bad legacy to Israel as a result of the cohesion between leadership and the negative side of power and this is rarely exposed by researchers. The purpose of this study is to examine the factors of Gideon's failure and make it an important lesson for leaders to have the right character so that they can reach the end of good leadership (finishing well). Based on the hermeneutic method with a literature study approach, this article finds several negative factors of Gideon, namely: first, unstable emotions triggered controversial decisions as a slaughterer; second, leaving a legacy that led the Israelites to fall into the worship of ephods as idols; and third, having a high lust for power so that he named his son Abimelech, who later became king through intrigue and murder. The results of this study are very useful as an important lesson to every believer, that even though leaders are chosen by God, but as humans they still have weaknesses, so they should not be worshiped excessively.
Analisis Tematik tentang Surga, Neraka, dan Tribulasi: Kajian Eskatologi sebagai Implikasi bagi Anak Muda Manurung, Well Therfine Renward; Pattinaja, Aska Aprilano; Kiamani, Andris
Jurnal Abdiel: Khazanah Pemikiran Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Musik Gereja Vol 8 No 1 (2024): Volume 8 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Abdiel

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37368/ja.v8i1.724

Abstract

Tema eskatologi adalah salah satu tema yang sangat menarik dan terus dibahas sampai hari ini. Berbagai interpretasi dan perspektif dalam memahami tema ini sehingga menjadi suatu kajian menarik. Tetapi realita yang terjadi adalah, bagi anak muda tema ini menjadi tema yang kurang diminati karena berisi hal-hal yang sulit dipahami dan abstrak dalam perspektifnya. Akhirnya ada banyak anak muda yang kehilangan kesempatan mempelajari tema ini secara komprehensif, sehingga tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk menjaga hidup di akhir zaman ini. Mengapa harus anak muda? Karena Indonesia akan memasuki bonus demografi, di mana usia potensial dan produktif adalah anak-anak muda. Menjawab realita yang ada, maka artikel ini ditulis untuk mengkorelasikan tema-tema penting dalam Wahyu dengan implikasinya bagi anak muda. Berdasarkan metode kualitatif dalam analisa tematik dan studi literatur, artikel ini menemukan bahwa: pertama, tema surga, neraka dan tribulasi adalah tema yang dapat menarik perhatian anak muda; kedua, tema-tema eskatologi menguatkan anak muda untuk berdiri di atas dasar yang tepat; dan ketiga, tema-tema eskatologi ini, merupakan tema utama yang harus disadari dan diakui kebenarannya oleh anak muda untuk dapat mempersiapkan diri dengan baik. Ini merupakan jawaban bagi para pemimpin rohani dalam mempersiapkan pengajaran tentang tema eskatologi kepada setiap anak muda.