Pengasuhan anak di era modern menghadapi tantangan besar akibat perubahan sosial dan budaya. Penelitian ini bertujuan mengkaji keberlanjutan budaya pengasuhan anak di Madura, khususnya di TK ABA Socah, Bangkalan. Metode penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif berbasis data lapangan dengan melibatkan guru di TK ABA Socah, Bangkalan sebagai subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman, meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data penelitian menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan di Madura mengalami transformasi dari pendekatan yang keras dan tegas menuju metode yang lebih humanis dan dialogis. Namun, nilai-nilai seperti kedisiplinan, penghormatan kepada orang tua, dan penekanan pada aspek religius tetap dipertahankan. Perubahan ini terjadi seiring meningkatnya kesadaran akan hak-hak anak serta dampak negatif dari pola asuh otoriter terhadap perkembangan psikologis mereka. Upaya mempertahankan budaya pengasuhan Madura dilakukan melalui penanaman nilai-nilai spiritual sejak dini, pengenalan mata pencaharian tradisional, dan penggunaan bahasa Madura. Faktor utama yang mendukung keberlanjutan pola asuh ini meliputi peran orang tua, lingkungan sosial, serta tenaga pendidik yang berkomitmen dalam menjaga nilai-nilai lokal. Temuan penelitian ini dapat menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum pendidikan anak usia dini yang mengintegrasikan unsur budaya lokal dengan pendekatan pengasuhan yang lebih adaptif. Penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk membandingkan praktik etnoparenting Madura dengan budaya lain guna memahami pola pengasuhan yang berkembang di era modern.