Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Karakteristik Pencernaan Makanan Fermentasi oleh Bakteri Asam Laktat dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Wijaya, Putu Austin Widyasari; Pharmawati, Made; Gde Evayanti, Luh
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan (ITEPA) Vol 13 No 2 (2024): Jurnal ITEPA
Publisher : Study Program of Food Technology, Faculty of Agricultural Technology, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/itepa.2024.v13.i02.p12

Abstract

Nowadays fermented foods are increasingly consumed by the public. Fermentation is a food processing process by breaking down organic compounds carried out by microorganisms, especially lactic acid bacteria (LAB). Various types of LAB-fermented foods comes both from local and foreign countries such as kefir; dairy product such as yogurt, and cheese; plant-based food such as sauerkraut, kimchi, pickles, fermented cassava, and tempe. This type of food is believed to have various health benefits such as improving digestive health through maintaining control of pathogenic intestinal microflora, helping the absorption of certain nutrients, and improving the immune system. Previous studies have shown that fermented foods affect the absorption of protein and minerals (iron, zinc). Some study has shown that exopolysaccharides (EPS) from LAB has an antioxidant effect. Therefore, this review study aims to determine the absorption characteristics of nutrients from LAB fermented foods and how they affect digestive health.
Pelatihan dan Pendampingan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli Riandra, Ni Putu Indah Kusumadewi; Wijaya, Putu Austin Widyasari
Warmadewa Minesterium Medical Journal Vol. 3 No. 3 (2024): September 2024
Publisher : Warmadewa University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang berdampak buruk terhadap kesehatan, intelegensia, dan masa depan anak. Berdasarkan laporan SSGI tahun 2022, prevalensi stunting balita nasional mencapai 24,4%, dengan prevalensi stunting pada Bali sebesar 10,9%. Kecamatan Kintamani menempati peringkat teratas untuk prevalensi stunting, khususnya desa Bayung Gede yang termasuk dua besar peringkat stunting tertinggi (13,51%). Tugas pemantauan tumbuh kembang ini merupakan tugas semua lapisan pemerintah, dengan garda terdepan yaitu kader posyandu. Kader posyandu berperan dalam pemantauan tumbuh kembang balita, namun kesiapan kader ini harus diimbangi dengan partisipasi Masyarakat untuk memanfaatkan posyandu tersebut. Hal ini akan berdampak pada hasil pemantauan pertumbuhan oleh kader saat kunjungan rumah balita yang tidak datang ke posyandu menjadi kurang akurat. Melalui kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi maka diadakan sebuah kegiatan pelatihan dan pendampingan deteksi dini tumbuh kembang balita bagi pengelola posyandu desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli. Kegiatan yang dilakukan adalah melatih kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri yang benar dan tepat, kemudian membuat grafik berdasarkan hasil tersebut dan menginterpretasikannya, sehingga kader dapat mendeteksi dini ketika ditemukan adanya penyimpangan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Pengetahuan partsipan sebelum dilakukan sosialisasi sebesar 30% sedangkan setelah sosialisasi dilakukan sebesar 90%. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya deteksi dini tumbuh kembang pada balita dan melakukan kegiatan yang positif untuk remaja. Simpulan dari kegiatan PKM ini tingkat pengetahuan dari kader posyandu setelah dilakukan kegiatan pendampingan ini dikategorikan baik. Kata kunci: stunting, tumbuh kembang, anak, kintamani, bali
Analysis of Factors Affecting Fatigue Level in Online Motorcycle Taxi Drivers in Denpasar City Sahadewa, Anak Agung Gede Anandyaksa Waranggana; Apsari, Putu Indah Budi; Wijaya, Putu Austin Widyasari
Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 18 No 2 (2024): Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta Kerja Sama KNPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33533/jpm.v18i2.8564

Abstract

Ojek online is an online-based transportation that is currently popular. Along with the rise of this drivers, it causes an increase in the number of accidents that occur. Factors that cause fatigue consist of age, gender, workload, length of service, and duration of work. Fatigue is the most workload experienced by online motorcycle taxi drivers in Denpasar. The purpose of this research is to determine the factors that affect job fatigue in online motorcycle taxi drivers, such as age, gender, smoking habits, length of work, duration of work, and body mass index. This study is an observational study with a cross sectional design and used the Industrial Fatigue Research Committee questionnaire. The subjects of this study were online motorcycle taxi drivers in Bali, especially in Denpasar City, totaling 106 people selected based on the inclusion and exclusion criteria using purposive sampling technique. The majority of this subjects are male (51,2%), duration of work of >8 hours (69,1%), work for >2 years (61,5%), aged 37 years (66,1%), and obese (100%) experiencing job fatigue. The results of the analysis obtained smoking factors, work duration, length of work, age, and body mass index affect work fatigue in online motorcycle taxi drivers.
Uncovering the Enolase Gene (eno) and Its Role in Biofilm Formation in Clinical Isolates of Staphylococcus aureus Setiabudy, Marta; Widhidewi, Ni Wayan; Wijaya, Putu Austin Widyasari; Santoso, Putu Nia Calista; Suryawan, Kadek
Muhammadiyah Medical Journal Vol 5, No 2 (2024): Muhammadiyah Medical Journal (MMJ)
Publisher : Faculty of Medicine and Health Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/mmj.5.2.97-106

Abstract

Background: Enolase is an enzyme potentially possessed by Staphylococcus aureus (S.aureus) bacteria, which holds essential virulence factors in human infections. The eno gene that encodes enolase is important in attachment to host cells, leading to biofilm formation, evasion of host immune response, and bacterial central metabolism. This biofilm formation might complicate the therapy. Purposes: This study aimed to assess the prevalence of the enolase gene, namely eno, in clinical isolates of S.aureus and its association with biofilm production. Methods: The research was conducted from December 1, 2023, to February 29, 2024, at the Faculty of Medicine and Health Science Research Laboratory, Warmadewa University. This study employed an analytical approach with a cross-sectional design. Result: The collected samples comprised 18 isolates of S.aureus, 66.6% of which produced biofilm. Most of the S.aureus clinical isolates 17 (94.4%) were detected to have the eno gene. Six samples (33.3%) formed weak biofilm followed by strong and moderate, with the same number of 3 isolates each (16.7%). No correlation between the enolase gene and biofilm production in this study suggested phenotypic heterogeneity, environment and time forming biofilm in vivo differences, and various other genes that influence biofilm formation. Conclusion: The high prevalence of the enolase gene in these clinical isolates indicates the potential for more severe infections in patients related to its adherence, which leads to biofilm and resistance problems and metabolic function.
KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI, KARAKTERISTIK KLINIS, DAN TATALAKSANA PASIEN ABLASIO RETINA DI BALI Atmaja, Ni Putu Velentina Putri Surya; Wijaya, Putu Austin Widyasari; Cahyawati, Putu Nita
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.38353

Abstract

Ablasio retina adalah kondisi medis serius pada mata yang dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan secara permanen bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Insiden penyakit ini bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien ablasio retina, khususnya di Bali. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain potong lintang (cross-sectional). Total sampel penelitian ini adalah 59 pasien. Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien ablasio retina paling banyak terjadi pada rentang usia 51-60 tahun yaitu sebanyak 25 pasien (42,4%), terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 32 pasien (54,2%), dan umumnya merupakan pegawai swasta yaitu sebanyak 31 pasien (52,5%). Mayoritas bertempat tinggal di Bali yaitu 43 pasien (72,9%). Terdapat 53 pasien (89,8%) dengan riwayat miopia pada diri sendiri dan terdapat 54 pasien (91,5%) memiliki riwayat miopia pada keluarga. Penelitian ini juga menemukan bahwa 50 pasien (84,7%) mengalami ablasio retina regmatogen dan mayoritas mengalami kombinasi gejala klinis berupa penurunan tajam penglihatan (visus) dan melihat tirai yaitu sebanyak 53 pasien (89,8%). Gejala tersebut mayoritas dialami pada mata kiri pasien (54,2%) dan seluruhnya (100%) menjalani prosedur operasi sebagai tatalaksana medisnya. Studi ini menyimpulkan bahwa jenis ablasio retina yang umumnya dialami pasien adalah ablasio retina regmatogen. Ablasio umumnya terjadi pada mata kiri dan seluruhnya memerlukan tindakan operasi karena mayoritas mengalami gejala penurunan visus. Pasien yang umumnya mengalami ini adalah laki-laki, berusia 51-60 tahun, bekerja sebagai pegawai swasta, dan memiliki riwayat miopia pada diri sendiri dan keluarga.
The Relationship Between Body Mass Index And Hand Grip Strength In Adolescents Aged 13-16 Years Sumadewi, Komang Trisna; Adri, Nyoman Ayu Paramita; Wijaya, Putu Austin Widyasari
Qanun Medika - Jurnal Kedokteran FK UMSurabaya Vol 9 No 02 (2025): Qanun Medika Vol 09 No 02 July 2025
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jqm.v9i02.23530

Abstract

Nutritional status is of particular concern in both developed and developing countries. The prevalence of overnutrition and obesity, especially in adolescents, continues to increase. Various parameters can be used to assess a person's physical fitness. Hand grip strength is one of the parameters used to evaluate nutritional status and physical fitness and predict various metabolic diseases. This study aims to determine the relationship between Body Mass Index (BMI) and hand grip strength in adolescents aged 13-16. The research design was analytic observation with a cross-sectional approach at SMP Negeri 7 Denpasar—sampling technique with simple random sampling of as many as 100 respondents based on inclusion and exclusion criteria. The nutritional status criteria are guided by the Indonesian Ministry of Health, namely underweight (-3SD to -2SD), normal (-2SD to +1SD), overweight (+1SD to +2SD), and obesity >+2SD. The classification of hand grip strength that we use includes Weak (< 26.6 kg), normal (26.6 kg), and strong (> 26.6 kg) for men, while for women, they are weak (< 27.1 kg), normal (27.1 kg), strong (> 27.1 kg). Data were analyzed using the Chi-Square Test. The results obtained in this study include the majority of 13-year-olds (55%), male gender (56%), weak hand grip strength (54%), and normal BMI (43%). The mean BMI was 20.49±4.24, and the mean hand grip strength was 26.74±9.33. Based on the Chi-Square test, there was a significant relationship (p<0.001) between BMI and hand grip strength. Thus, this study can conclude that a substantial relationship exists between BMI and hand grip strength in adolescents aged 13-16.
PKM PEMBINAAN KARYAWAN KLINIK UTAMA BUNGA EMAS DALAM PENERAPAN UNIT KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SERTA PENYULUHAN UU KETENAGAKERJAAN Wijaya, Putu Austin Widyasari; Riandra, Ni Putu Indah Kusumadewi
Jurnal Widya Laksmi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2023): Jurnal WIDYA LAKSMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat)
Publisher : Yayasan Lavandaia Dharma Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59458/jwl.v3i2.57

Abstract

Klinik Utama Bunga Emas merupakan klinik kesehatan yang sudah beroperasi sejak tahun 2018 dan memiliki pelayanan rawat jalan diantaranya poliklinik umum, gigi, dan spesialis; pelayanan laboratorium (darah, urine, dan swab); pelayanan radiologi (rontgen dan CT-scan), dan fisioterapi. Pada hakikatnya, setiap perusahaan terutama dengan risiko pekerjaan yang cukup tinggi di bidang Kesehatan, memerlukan diterapkannya sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Beberapa risiko diantaranya risiko lingkungan yaitu radiasi dari alat-alat pemeriksaan radiologi (rontgen konvensional, CT-scan), aerosol/ droplet infeksius dari sarana pengambilan dahak atau swab, sebagian besar ruangan ber-Ac dengan sirkulasi tertutup. Terdapat juga risiko tenaga kerja yang diakibatkan oleh berlebihnya tugas dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, penyelesaian tugas yang dituntut secara cepat. Berdasarkan informasi dan data yang didapatkan, selama 4 tahun belum pernah dilakukan penyuluhan mengenai K3. Oleh karena kondisi tersebut dilakukan penyuluhan K3 dan Undang-Undang Ketenagakerjaan terhadap karyawan dan manajemen Klinik Bunga Emas; pendampingan dalam pembentukan unit K3 di lingkungan klinik; dan pemberian pedoman K3 yang dapat digunakan sebagai acuan. Diharapkan dengan penyuluhan dan pendampingan diatas dapat meningkatkan wawasan mengenai K3 dan terbentuknya unit K3 di lingkungan klinik. Penyuluhan diikuti oleh karyawan klinik dan perwakilan manajemen klinik, sedangkan pendampingan unit K3 diberikan kepada manajemen dan koordinator unit tersebut, Setelah dilakukan kegiatan PKM ini, pengetahuan peserta mengenai K3 dan UU Ketenagakerjaan mengalami peningkatan dari sebelum penyuluhan 55% menjadi 95% setelah penyuluhan. Serta sudah terbentuknya unit K3 di lingkungan klinik.