Kuwoto, M. Ari
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Paradigm of Historical Thinking : Alternative Strategies for Utilizing Historical Thinking Skills in Implementing Independent Curriculum Kuwoto, M. Ari; Yulifar, Leli; Ma'mur, Tarunasena; Saripuddin, Didin; Supriatna, Encep
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 7, No 1 (2024): Kritik Sosial dalam Sejarah dan Pembelajaran Sejarah
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/historia.v7i1.58335

Abstract

The three objectives of this research are to: (1) organize history learning utilizing the Merdeka curriculum for historical thinking skills; (2) refine the Merdeka curriculum for historical thinking skills; and (3) serve as an assessment of historical thinking abilities. activities for teaching and learning history that rely on critical thinking. In this work, a case study methodology is combined with a qualitative method. Teachers, students, records, curricula, and historical thinking abilities are the informants that provide the data. Activities for teaching and learning in history classes do not adhere to the standards of assessment. Nonetheless, educators have made an effort to follow certain guidelines and execute their own curricula as precisely as they can. Applications of the Merdeka Curriculum can be modified to take into account historical thinking abilities in the context of teaching history. The study's findings indicate that: (1) Teachers plan the history lessons in the Independent Curriculum; and (2) History lessons are implemented in a way that closely aligns with student achievement. (3) The autonomous curriculum's learning principles are not followed in the learning process. Additionally, there are less situational learning and monotonous learning strategies. (4) There are multiple instances in which the Independent Curriculum-based teaching and learning evaluation principles are not followed in the execution of the evaluation of teaching and learning activities.
The Merdeka Curriculum Reform on Aspects of Historical Thinking Skills in History Subjects in Senior High Schools Kuwoto, M. Ari; Yulifar, Leli; Ma’mur, Tarunasena
Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme Vol 4 No 3 (2022): Pendidikan Islam dan Multikulturalisme
Publisher : Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37680/scaffolding.v4i3.4289

Abstract

The aims of this research are (1) to plan history learning using the Merdeka curriculum for historical thinking skills, (2) to improve the Merdeka curriculum in relation to aspects of history learning for historical thinking skills, and (3) As an evaluation of history teaching and learning activities based on thinking skills. Merdeka Curriculum Aspects of Historical Thinking Skills in SMA Pasundan 2 Cimahi, Especially in Schools that Implement the Merdeka Curriculum. This research applies qualitative methods with a case study approach. The data sources are informants: teachers, students, documents, curriculum, and historical thinking skills. Research findings show that (1) Merdeka Curriculum history learning planning is carried out by teachers who prepare their own ATP and learning modules; However, one of the schools where he could use KOSP was closed, and the teachers at both schools did not know the whereabouts and contents of his KOSP. (2) Implementation of history learning depends on student performance. There are several learning processes that do not follow learning principles, such as Education modules that are not prepared. PLP students take classes based on a unique curriculum. There are no student teaching evaluations for teachers. There are also monotonous learning methods, less situational learning, and unused social studies books. (3) In evaluating teaching and learning activities, there are several cases where the implementation does not follow the principles of teaching and learning evaluation based on the Merdeka Curriculum. Teaching and learning activities in history classes are not in line with assessment principles. There are no student self-assessments or peer assessments, no in-module assessment rubrics, and no post-test quizzes. However, teachers have tried to adhere to some principles and implement their own curriculum as closely as possible. Implementing the Merdeka Curriculum from the perspective of historical thinking skills in history education can be adapted to the implementation of the Merdeka Curriculum established by the Ministry of Education, Culture, Research and Technology of the Republic of Indonesia.
Memotret Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Upaya Membangkitkan Semangat Nasionalisme Kuwoto, M. Ari; Saputra, Erwin
Jurnal Artefak Vol 11, No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ja.v11i1.10271

Abstract

Dalam memahami negara dengan keragaman budaya seperti Indonesia, konsep pendidikan multikultural sangat penting. Pendidikan sangat berguna untuk mengembangkan multikulturalisme. Konsep pendidikan sejarah bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme dan demokratis serta kesadaran multikultural. Satuan sejarah yang melihat heterogenitas masyarakat Indonesia adalah sejarah lokal dan negara Indonesia yang berkembang dengan keragaman bahasa, agama, suku, ras, adat istiadat, dan budaya. Keberagaman ini tidak terlepas dari proses kesinambungan narasi. Menumbuhkan nilai dan makna multikultural melalui pembelajaran sejarah merupakan langkah yang tepat dan mendasar untuk memperkokoh rasa kebangsaan. Tujuan artikel ini adalah untuk mengeksplorasi 1) peran manfaat pendidikan sejarah lokal untuk meningkatkan kesadaran multikultural; dan 2) ide-ide yang efektif tentang pengajaran sejarah lokal untuk meningkatkan kesadaran multikultural. Kajian sejarah lokal dapat membantu siswa memahami sejarah keragaman masyarakat. Lima model dapat digunakan untuk menyampaikan sejarah lokal: belajar dari pengalaman sebelumnya; melakukan studi kasus perbedaan; membuat pendekatan pembelajaran baru; membuat kurikulum baru; dan 5) mengintegrasikan pembelajaran sejarah lokal ke dalam materi sejarah nasional. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka deskritif kualitatif, dengan penggambaran pentingnya pembelajaran sejarah lokal dalam membangkitkan semangat nasionalisme. Hasil dari penelitian untuk dapat penumbuhkan jiwa cinta tanah air pada setiap siswa dengan menegakkan nilai-nilai kebangsaan dan negara.
Reformasi Kurikulum Merdeka Pada Keterampilan Berpikir Sejarah Sekolah Menengah Atas Kuwoto, M. Ari; Merina; Sutimin, Leo Agung
CHRONOLOGIA Vol 6 No 2 (2024): Pendekatan Multidisipliner, transformasi serta Inovasi dalam Kajian Sejarah dan P
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jhe.v6i2.16727

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan mengumpulkan informasi tentang cara kurikulum merdeka dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir sejarah siswa di sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan subjek tentang situasi dan data yang diperoleh selama pengamatan dan pertanyaan untuk memberikan informasi yang berguna dan mudah dipahami oleh pembaca. Studi ini memberikan penjelasan dan gambaran tentang penggunaan kurikulum merdeka di sekolah menengah atas. Untuk tahun akademik 2022/2023, kurikulum merdeka akan diubah, yang merupakan tantangan baru bagi pendidikan sejarah. Struktur keberhasilan belajar sejarah harus menekankan keterampilan proses daripada pemahaman konsep. Berpikir tentang sejarah merupakan bagian dari kompetensi proses yang diajarkan kepada siswa. Banyak konsep yang dapat diterapkan dalam penalaran sejarah. Kurikulum Merdeka menggabungkan ide-ide ini dengan pemikiran sejarah. Penekanan pada keahlian proses ini juga menyebabkan tantangan baru dalam pengajaran keterampilan kepada siswa. Siswa dapat mendorong pemikiran sejarah mereka tentang penerapan Kurikulum Merdeka dengan membaca artikel ini, yang berjudul Reformasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran Sejarah di SMA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum sekolah menengah atas dilaksanakan dengan baik dan berjalan dengan baik, tetapi ada banyak masalah dan kekurangan. Untuk reformasi kurikulum merdeka di sekolah menengah atas berhasil, guru dan kepala sekolah harus memiliki keinginan untuk berubah. Kepala sekolah harus dapat mengubah perspektif SDM mereka saat ini.
Paradigma Pembelajaran Sejarah dalam Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Merina; Kuwoto, M. Ari; Djono
CHRONOLOGIA Vol 6 No 2 (2024): Pendekatan Multidisipliner, transformasi serta Inovasi dalam Kajian Sejarah dan P
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jhe.v6i2.16734

Abstract

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dirancang untuk pemulihan pembelajaran dalam pendidikan Indonesia yang berorientasi pada keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah. Pelajaran sejarah dalam kurikulum merdeka juga telah mengalami perubahan seperti penambahan materi dan alat ajar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan kurikulum merdeka dalam pelajaran sejarah di SMA Jakarta yang mencakup perspektif, materi, metode, media, evaluasi, dan kendala yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum merdeka bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan memberikan rasa mandiri kepada guru dan siswa untuk merancang proses pembelajaran yang berbeda. Terdapat perubahan dalam kurikulum merdeka pada pelajaran sejarah, yaitu penambahan materi dan alat ajar. Kendala yang dialami oleh guru adalah dalam membuat perangkat ajar yang memerlukan adaptasi dan pembelajaran. Siswa dalam pembelajaran sejarah perlu menghafal banyak materi sejarah dan membutuhkan waktu untuk memahami materi yang diajarkan.
Independent Curriculum Reform in High School Historical Thinking Skills Kuwoto, M. Ari; Isrina Siregar; Refli Surya Barkara; Rizki Ananda Hasibuan; Muhammad Afrillyan Dwi Syahputra; Ria Rafianti; Nadia Ramona
Jurnal Pendidikan Indonesia Vol 13 No 4 (2024): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpiundiksha.v13i4.80718

Abstract

Many teachers still have difficulty implementing learning strategies that can develop historical thinking skills, such as critical, analytical, and reflective thinking. This study aims to create a curriculum programmed by the Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology. This study uses qualitative research with a descriptive approach and the naturalistic inquiry research method. The research data were obtained from observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques include data collection, reduction, presentation, and concluding. The results of this study show that curricular learning consists of an assessment of history teaching and learning activities integrated into the learning process, and a structured summative assessment schedule is determined according to its evaluation. Implementation barriers and solutions will be seen when the RPP or teaching modules are not applied in classroom learning activities. Therefore, the Merdeka Curriculum must implement ATP, CP, and teaching modules. The Merdeka Curriculum provides more space for a learning approach emphasising critical thinking. This allows students to delve deeper into historical analysis and source evaluation and understand the historical context more deeply. The study concludes that the Independent Curriculum improves the quality of history learning in high schools, focusing more on critical thinking and analysis skills.