Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Hubungan Stunting dan Infeksi Kecacingan pada Anak di Daerah Pesisir Makassar Putri, Sri Hardiyanti; Salekede, Setia Budi; Juliaty, Aidah; Yusuf, Yenni; Maulani, Destya; Abdullah, Arwini Avissa
Sari Pediatri Vol 27, No 2 (2025)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp27.2.2025.108-12

Abstract

Latar belakang. Stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Infeksi kecacingan pada seorang anak dapat berdampak terhadap status gizi yang jika diabaikan akan bersifat kronik dan menjadi faktor risiko stunting.Tujuan. Menilai pengaruh infeksi kecacingan terhadap kejadian stunting pada anak di daerah pesisir.Metode. Penelitian ini dilakukan di Desa Untia Makassar Sulawesi Selatan. Pengambilan data dilakukan secara potong lintang, yakni pemeriksaan antropometri anak usia 6 bulan-5 tahun untuk menentukan stunting atau tidak, kemudian dilakukan pemeriksaan sampel feses untuk menilai adanya infeksi kecacinganHasil. Terdapat 100 anak yang direkrut dalam penelitian ini, 21 anak (21%) menderita stunting dan 79 anak (79%) tidak stunting. Dari pemeriksaan sampel feses masing-masing ditemukan satu anak menderita kecacingan pada kelompok stunting (4,8%) dan tidak stunting (1,2%). Berdasarkan analisa statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna diantara kedua kelompok (p=0,378).Kesimpulan. Tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara kejadian infeksi kecacingan pada anak stunting di daerah pesisir.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia pada Balita di RSUD Haji Kota Makassar 2022 Rusdy, Muh. Nirwan; Jafar, Muh. Alfian; Maulani, Destya
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 1 (2024): April 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jptam.v8i1.14473

Abstract

Penelitian ini bertujuan untul ,engetahui faktor faktor yang menjadi penyebab kejadian pneumonia pada balita yang ada di RSUD Haji kota Makassar pada tahun 2022.Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Observasional analitik dengan desain penelitian Cross sectional melalui data sekunder berupa rekam medik sebanyak 50 sampel dengan metode total sampling.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi terbanyak berada pada kelompok usia 1-11 bulan (52%), jenis kelamin laki-laki (56,%), tidak BBLR (80%), mendapatkan ASI ekslusif (78%), dan status imunisasi lengkap (82%). Variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah usia (p-value 0,013) dan pemberian ASI ekslusif (p-value 0,002). Adapun variabel yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin (p-value 0,880), berat badan lahir (p-value 0,362), dan status imunisasi (p-value 0,769). Usia dan pemberian ASI ekslusif merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita di RSUD Haji Kota Makassar tahun 2022
Disease Profile of Skin Infection due to Virus toward Children Abdi, Dian Amelia; Muhtar, Muftiar; Anastasia, Rizka; Yuniati, Lisa; Maulani, Destya
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 4 (2024): February
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i4.3751

Abstract

Skin is a special organ in humans. The skin functions as a defense that is continuously affected by the external environment and always adapts to environmental changes. Infectious skin diseases can be caused by viruses. This study aims to determine the profile of viral skin diseases in children at the Ibnu Sina Teaching Hospital (RSP) Makassar and its network. Descriptive retrospective study using medical records of patients at RSP Ibnu Sina Makassar and its network, namely RSUD Makassar City, RSUD Haji South Sulawesi Province for the period January 2017–December 2022. The reseach results show that there were 113 cases of skin disease caused by viral infections in children who received treatment at RSP Ibnu Sina Makassar and its network with the number of cases being morbilli disease (33.6%), followed by varicella (27.4%), verruca vulgaris (21.2%), HZ (7.1%), HFMD (7.1%), and molluscum kotagiosum (3.5%). Most ages were 12–18 years (35.4%), 6–11 years (32.7%), 2–5 years (14.2%), 13 months–2 years (10.6%), 28 days–12 months (7.1%), and 0–27 days not found. Gender is male (47.8%) and female (52.2%). The length of stay for morbilli is 1-6 days, varicella 3-7 days, HFMD 3 days, molluscum contagiosum 3 days, HZ and verruca vulgaris each not hospitalized. Antiviral therapy was given as much as (38.9%) and antiviral therapy was not given (61.1%). The conclusion is viral skin infections were the most prevalent in children in 2017, dominant in early adolescence and female. The most Morbili were found, with female gender and middle childhood age. Varicella with a maximum length of stay of 7 days. Most were not given antiviral therapy.
Analysis of Risk Factors for Dengue Virus Infection with Warning Signs in Child Care at Haji Hospital Makassar City for the 2022-2023 Period Nur, A. Ahmad Fitrah Ramadhan; Maddeppungeng, Martira; Maulani, Destya; Ganda, Idham Jaya; Darussalam, Andi Husni Esa
Formosa Journal of Science and Technology Vol. 3 No. 9 (2024): September 2024
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/fjst.v3i9.11091

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever ranked among the top 10 diseases with 193 cases in the Inpatient Hospital of Haji Hospital, Makassar City in 2018. The WHO's Dengue Virus Infection (IVD) classification with 7 Warning Signs helps identify severe IVD risks in both pediatric and adult patients. A retrospective cohort study analyzed 132 medical records of pediatric patients aged 4 months to 18 years using Purposive Sampling. Most IVD patients were aged 5-18 years (72.8%), male (56.1%), had good nutritional status (69.7%), and experienced fever for <4 days before treatment (58.3%). Significant risk factors for IVD with Warning Signs included gender (p-value 0.029) and nutritional status (p-value 0.025), while age (p-value 0.914) and duration of fever (p-value 0.323) were not significant. Gender and nutritional status are significant risk factors for IVD with Warning Signs.
EFEKTIVITAS TATALAKSANA ANTIBIOTIK SEBAGAI TERAPI OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK Darul, Aqilla Fitrani; Arifuddin, Andi Tenri Sanna; Maulani, Destya
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 3 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i3.51199

Abstract

Otitis media akut (OMA) merupakan istilah yang sering digunakan untuk kondisi infeksi pada telinga tengah. Infeksi ini sering dijumpai pada anak-anak usia pra-sekolah. Otitis media merupakan alasan seringnya pemberian antibiotik pada anak. Tatalaksana dari Otitis Media Akut pun bergantung pada stadiumnya. Apabila penderita OMA kurang mendapatkan penanganan yang adekuat maka akan mengalami komplikasi lanjutan yaitu Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) yaitu peradangan pada mukosa telinga tengah yang disertai keluarnya cairan melalui perforasi membran timpani selama lebih dari 2 bulan. Artikel ini menyajikan tinjauan literatur tentang Efektivitas tatalaksana antibiotik sebagai terapi otitis media akut pada anak. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif studi literature review. Penelusuran ResearchGate, Google Scholar dan Academia.edu mengulas efektivitas tatalaksana antibiotik sebagai terapi otitis media akut pada anak. Sebanyak 11 studi yang dilakukan antara tahun 2020-2025 dimasukkan dalam tinjauan ini. Secara keseluruhan 227 judul diidentifikasi didapatkan 11 studi yang memenuhi kriteria yang membahas tentang efektivitas tatalaksana antibiotik sebagai terapi otitis media akut pada anak. Dari beberapa tinjauan pustaka yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa tatalaksana antibiotik pada Otitis Media Akut (OMA) pada anak sebaiknya dilakukan secara selektif dan berbasis bukti klinis. Pada kasus ringan hingga sedang, efektivitas antibiotik terbatas dan strategi watchful waiting selama 48–72 jam terbukti aman, terutama pada anak >2 tahun tanpa gejala berat. Antibiotik tetap dibutuhkan pada kasus berat, OMA bilateral, atau disertai otorrhea, dengan amoksisilin dosis tinggi sebagai pilihan utama.