Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Literature Review: the Effect of Ajwa Dates on Hemoglobin Levels in Perimenopause Women Cahyani, Eka Saputri Ananda; Andi Mappaware, Nasrudin; Arfah, Arni Isnaini; Irwan, Irwan; Nulanda, Mona; Yuniati, Lisa
Journal La Medihealtico Vol. 5 No. 2 (2024): Journal La Medihealtico
Publisher : Newinera Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37899/journallamedihealtico.v5i2.1190

Abstract

Ajwa dates or often called prophet dates are types of dates that grow in Saudi Arabia / Al-Madinah Al-Munawara and have significant value in healing several diseases. The content of active substances contained in date extracts such as vitamins B1, B2, nicotinic acid, vitamin complex A, magnesium, calcium and iron which has a function to help the formation of hemoglobin. Perimenopause is an indefinite period of time that surrounds the final years of a woman's reproductive life, usually between the ages of 30-40 years when estrogen levels slowly decline causing menstrual abnormalities. The decrease in estrogen levels in perimenopausal women causes excessive blood loss so that iron deficiency anemia will occur. Objective : To determine the effect of consumption of ajwa dates (Pheonix Dactylifera L) on hemoglobin levels in perimenopausal women. Method : Literature Review with Design Narrative review. Results : Based on the results of research from several literatures that discuss the effects of giving Ajwa Dates (Phoenix Dactylifera L) before and after administration, it shows that there are differences in hemoglobin levels. Especially in perimenopausal women who are prone to iron deficiency anemia because Ajwa dates contain high iron, which increases hemoglobin levels. So it is highly recommended for consumption. Conclusion : Ajwa Dates (Phoenix Dactylifera L) can increase hemoglobin levels in perimenopausal women.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF EFFICACY PASIEN KANKER PAYUDARA DI RUANG KEMOTERAPI CENTER DI RUMAH SAKIT IBNU SINA YW-UMI MAKASSAR PADA PERIODE TAHUN 2024 Haris, Haslianti H.; Royani, Ida; Yuniati, Lisa; Gani, Aziz Beru; Abdullah, Rezky Putri Indarwati
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 3 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i3.36866

Abstract

Self efficacy merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengatasi tantangan, yang berperan penting dalam mendukung kualitas hidup pasien kanker payudara.Self Efficacy memengaruhi kemampuan pasien dalam menetapkan tujuan, mempertahankan usaha,dan mengelola efek samping dari kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi Self Efficacy dari pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar pada tahun 2024. Faktor faktor yang memengaruhi Self Efficacy antara lain, Pengalaman Menguasai Sesuatu (Mastery Experience), Modeling Sosial (Vicarious Experience), Persuasi Verbal (Verbal Persuasion) dan kondisi fisik dan emosional (physiological and emotional states).Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional.jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 67 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji chi-square didapatkan dari beberapa faktor-faktor yang memengaruhi Self Efficacy hasil penelitian menunjukkan nilai P-Value 0.000 < 0.05 yang menunjukkan bahwa faktor-faktor antara lain, Pengalaman Menguasai Sesuatu (Mastery Experience), Modeling Sosial (Vicarious Experience), Persuasi Verbal (Social Persuasion) dan Kondisi Fisik dan Emosi (Physical and Emotional states) berpengaruh terhadap  Self Efficacy Pasien Kanker Payudara di Ruang Kemoterapi Center Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar.
Pengaruh Lamanya Kebiasaan Menggunakan Pantyliner Terhadap Kejadian Fluor Albus Patologis Rahmasari, Halisa; Yuniati, Lisa; Irwan, Andi Alamanda; Dewi, Anna Sari; Abdi, Dian Amelia
Indonesian Journal of Health Vol 3 No 01 (2023): Vol.03 No.01 (Juni 2023)
Publisher : Yayasan Citra Cendekia Celebes

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33368/inajoh.v3i01.48

Abstract

Fluor albus is the term for the symptoms of fluid discharge from the genitalia of a woman who is not blood. To use of Pantyliner with long duration that is a risk of pathological fluorine. The impact to use of pantyliner used daily turns out to cause bacterial or fungal infections in the femininity area. This happens because the Pantyliner makes the femininity area become increasingly humid. Too long using pantyliner is harmful to the health of female organs. The pantyliner that is not replaced within a few hours will be moist and become a medium of fungal or bacterial growth. The purpose of the study was to know the long relationship of habit using a pantyliner to the pathologic fluorine incident on the cohorts of force 2017 and 2018. The research design used in this study is observational analytic with cross sectional design. Sampling techniques in this research are Puposive Sampling. The study used the Chi-Square test.
ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP KEJADIAN KUSTA DIRUMAH SAKIT TADJUDDIN CHALID MAKASSAR TAHUN 2023 Ilyas, Atiqah Muthmainnah; Abdi, Dian Amelia; Safei, Imran; Royani, Ida; Yuniati, Lisa
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.36902

Abstract

Kusta endemik di negara tropis terutama negara berkembang seperti Indonesia. Kusta merupakan penyakit kronis yang menyerang sistem saraf dan bersifat menular karena disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Banyak stigma masyarakat mengenai penyakit ini yang mengatakan kusta adalah penyakit kutukan padahal kusta adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. Maka dari itu penelitian ini menjelaskan bagaimana pengaruh dari faktor risiko internal meliputi usia, jenis kelamin, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang terhadap penyakit kusta. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh faktor risiko usia, jenis kelamin, dan IMT terhadap kejadian kusta di Rumah Sakit Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2023. Penelitian observasional analitik menggunakan metode cross sectional dengan mengumpulkan data dari pasien penderita kusta di Rumah Sakit Tadjuddin Chalid Makassar Tahun 2023. Hasil yang didapatkan jumlah data sebanyak 95 sampel pasien penderita kusta. Penderita  kusta paling banyak pada usia 45-65 tahun (37.9%), jenis kelamin laki-laki (57.9%), dan IMT underweight (46.3%). Faktor risiko yang paling berpengaruh yakni Jenis Kelamin dengan nilai signifikansi <0.001 melalui Analisis Regresi Linear. Nilai tersebut bermakna p<0.05 maka H1 diterima. Maka simpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko meliputi usia, jenis kelamin dan IMT memiliki pengaruh pada tingkat kejadian kusta terkhususnya pada faktor risiko jenis kelamin yang memiliki berpengaruh paling besar dibandingkan faktor risiko usia dan IMT.
LITERATUR REVIEW : KARAKTERISTIK GONORE Jannah, Miftahul; Yuniati, Lisa; Sabruddin, Sabruddin
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 1 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i1.43517

Abstract

Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit seksual dengan banyak penyebab dan dapat ditularkan melalui hubungan seksual, penularan ibu kepada janin dalam kandungan atau saat proses melahirkan, transfusi darah yang tercemar, atau bisa juga ditularkan melalui alat kesehatan yang dipakai berulang. Gonore merupakan suatu infeksi pada mukosa yang disebabkan oleh bakteri kokus gram negative. Neisseria gonorrhoeae dapat ditularkan melalui hubungan seksual atau perinatal. Hubungan seksual yang tidak sehat dan tidak aman merupakan penyebab utama infeksi gonore, sedangkan pada bayi yang baru lahir ditularkan melalui jalan lahir oleh ibu yang terinfeksi gonore. Metode yang digunakan adalah kajian literatur dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai penelitian terdahulu terkait karakteristik gonore khususnya yang membahas faktor risiko, pola pengobatan, dan tantangan layanan kesehatan. Hasil kajian menunjukkan bahwa mayoritas penularan yang paling sering terjadi adalah berhubungan seksual dengan penderita gonore. Edukasi masyarakat tentang pencegahan dan pengobatan dini harus ditingkatkan melalui kolaborasi tenaga medis, pemerintah, dan komunitas. Harapannya, upaya ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup pasien saat ini, tetapi juga melindungi generasi mendatang dari risiko yang sama.
Perbandingan Efektivitas Krim & Gel Aloe Vera Terhadap Luka Bakar Derajat II Pada Mencit (Mus musculus) Nurfadillah, Siti; Yuniati, Lisa; Surdam, Zulfiyah; Abdi, Dian Amelia; Purnamasari, Reeny
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 8 (2025): Volume 12 Nomor 8
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i8.19667

Abstract

Kerusakan jaringan akibat panas dari api, listrik, atau bahan kimia berbahaya dikenal sebagai luka bakar. Proses penyembuhan luka bakar dapat diobati secara alami dengan mengoleskan gel Aloe vera secara topikal, yang telah diteliti mampu mempercepat proses penyembuhan dengan merangsang proliferasi berbagai jenis sel. Menilai efektivitas gel dan krim lidah buaya terhadap luka bakar derajat dua pada tikus (Mus musculus) adalah tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dua puluh tujuh mencit dengan luka bakar punggung derajat II dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok kontrol menerima larutan natrium klorida (K), kelompok pertama menerima krim Aloe vera (P1), dan kelompok kedua menerima gel Aloe vera (P2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan krim & gel Aloe vera secara topikal efektif dalam menyembuhkan luka bakar derajat II dengan terjadinya pengecilan luas luka. Kelompok yang mendapatkan terapi gel menunjukkan penyembuhan yang lebih cepat, meskipun perbedaannya dibandingkan dengan kelompok lain tidak signifikan secara statistik (p = 0,461).
Relationship between Irritative Food Consumption and Dyspepsia Syndrome Among Medical Students at The University of Muslim Indonesia Yudistira, Amanda Tasya Reghinaa Putri; Royani, Ida; Yuniati, Lisa; Safitri, Asrini; Hidayati, Prema Hapsari
Jurnal Kesehatan Vol 18, No 2 (2025): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v18i2.7102

Abstract

Pendahuluan: Dispepsia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan gejala pada saluran pencernaan, termasuk nyeri pada perut bagian atas (epigastrium), mual, muntah, dan perut kembung. Tujuan: Mengetahui hubungan antara konsumsi makanan yang bersifat iritatif dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang (cross-sectional). Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa preklinik angkatan 2022 yang berjumlah 385 orang, dan sampel dipilih menggunakan metode total sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga diperoleh 283 responden. Variabel independen adalah konsumsi makanan iritatif, sedangkan variabel dependen adalah sindrom dispepsia. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner sindrom dispepsia (berdasarkan kriteria Rome IV) dan Food Frequency Questionnaire (FFQ) untuk makanan iritatif. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-square pada tingkat signifikansi 5%. Hasil: Dari 283 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2022 yang menjadi responden, diketahui bahwa 34,6% mengalami dispepsia, dengan 24,7% sering mengonsumsi makanan pedas dan 13,8% mengonsumsi makanan asam. Kesimpulan: Analisis statistik menggunakan uji korelasi Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan iritatif dengan sindrom dispepsia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2022. Diperlukan edukasi mengenai pola makan sehat dan faktor risiko lain yang dapat memicu dispepsia, serta penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor psikologis dan gaya hidup.   Introduction: Dyspepsia is a term used to describe a group of symptoms in the digestive tract, including pain in the upper abdomen (epigastrium), nausea, vomiting, and bloating. This study aims to determine the relationship between the consumption of irritating foods and dyspepsia syndrome among medical students at the Faculty of Medicine, University of Muslim Indonesia, Class of 2022. Method: This study is an analytical observational study with a cross-sectional design. The study population consisted of all preclinical students of the 2022 cohort, totaling 385 individuals, and the sample was selected using total sampling based on inclusion and exclusion criteria, resulting in 283 respondents. The independent variable was irritating food consumption, while the dependent variable was dyspepsia syndrome. Data were collected using a dyspepsia syndrome questionnaire (based on Rome IV criteria) and a Food Frequency Questionnaire (FFQ) for irritating foods. Data analysis was performed using univariate and bivariate analysis with a Chi-square test at a significance level of 5%. Results: showed that out of 283 medical students at the University of Muslim Indonesia, class of 2022, who participated in the study, 34.6% experienced dyspepsia, with 24.7% frequently consuming spicy foods and 13.8% consuming acidic foods. Conclusion: Statistical analysis using the Chi-square correlation test found no significant association between irritating foods and dyspepsia syndrome among medical students at the University of Muslim Indonesia, class of 2022. Education on healthy eating patterns and other risk factors that can trigger dyspepsia is needed, along with further research considering psychological factors and lifestyle.
Level of Knowledge and Behavior of Adolescents Regarding Acne Vulgaris Among Medical Students University of Muslim Indonesia Syafira, Cendana Dwi; Yuniati, Lisa; Hamzah, Pratiwi Nasir; Amelia, Dian; Nurfachanti
Jurnal Kesehatan Vol 18, No 2 (2025): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v18i2.7506

Abstract

Pendahuluan: Akne vulgaris merupakan kelainan kulit kronis yang umum dan dominan menyerang remaja dan dewasa muda, sering kali dikaitkan dengan perubahan hormonal selama masa pubertas. Pengetahuan yang kurang memadai dan perilaku pencegahan yang buruk berkontribusi terhadap tingginya prevalensinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prevalensi akne vulgaris, tingkat pengetahuan, dan perilaku terkait di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI), kohort tahun 2022 dan 2023, serta mengkaji hubungan antara pengetahuan, perilaku, dan kejadian akne vulgaris. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan dari mahasiswa kedokteran dan dianalisis menggunakan uji Chi-square untuk mengevaluasi hubungan antara pengetahuan, perilaku, dan akne vulgaris. Hasil: Sebagian besar responden tidak mengalami akne vulgaris (72 mahasiswa, 69,9%). Pengetahuan sebagian besar berada pada tingkat cukup (45 mahasiswa, 43,7%), sedangkan perilaku sebagian besar berkategori baik (39 mahasiswa, 37,9%). Analisis statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku dengan kejadian akne vulgaris, yang menunjukkan bahwa mahasiswa dengan pengetahuan yang lebih baik dan perilaku pencegahan yang positif memiliki prevalensi akne yang lebih rendah. Kesimpulan: Pengetahuan dan perilaku berhubungan secara signifikan dengan kejadian akne vulgaris di kalangan mahasiswa kedokteran. Penguatan edukasi dan promosi perilaku pencegahan dapat membantu mengurangi prevalensi akne pada populasi ini.   Introduction: Acne vulgaris is a common chronic skin disorder that predominantly affects adolescents and young adults, often linked to hormonal changes during puberty. Insufficient knowledge and poor preventive behaviors contribute to its high prevalence. This study aimed to assess the prevalence of acne vulgaris, the level of knowledge, and related behaviors among medical students at the University of Muslim Indonesia (UMI), cohorts of 2022 and 2023, and to examine the relationship between knowledge, behavior, and the occurrence of acne vulgaris. Method: This was a descriptive-analytical study with a cross-sectional design. Data were collected from medical students and analyzed using the Chi-square test to evaluate associations between knowledge, behavior, and acne vulgaris. Results: Most respondents did not experience acne vulgaris (72 students, 69.9%). Knowledge was predominantly at an adequate level (45 students, 43.7%), while behavior was mostly categorized as good (39 students, 37.9%). Statistical analysis revealed a significant association between knowledge and behavior with the occurrence of acne vulgaris, indicating that students with better knowledge and positive preventive behaviors had a lower prevalence of acne. Conclusion: Knowledge and behavior are significantly related to the occurrence of acne vulgaris among medical students. Strengthening education and promoting preventive behaviors may help reduce acne prevalence in this population.
HUBUNGAN KEJADIAN MELASMA TERHADAP PAPARAN SINAR ULTRAVIOLET (UV) PADA PEKERJA LUAR RUANGAN DI PASAR INDUK MINASA MAUPA Fadhilah, Andi Sausan; Vitayani, Sri; Namirah, Hanna Aulia; Yuniati, Lisa; Rasfayanah, Rasfayanah
Syifa'Medika Vol 16, No 1 (2025): Syifa Medika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/sm.v16i1.9727

Abstract

Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi kulit yang sering ditemukan pada wajah dan sering dikaitkan dengan paparan sinar Ultraviolet (UV) dan faktor hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan sinar UV dan kejadian melasma pada pekerja luar ruangan di Pasar Induk Minasa Maupa serta mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai faktor perancu. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden perempuan yang dipilih secara purposive. Data dikumpulkan melalui observasi dan kuesioner, kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara lama paparan sinar UV (?4 jam) dan kejadian melasma (p=0,022), serta antara penggunaan kontrasepsi hormonal dan kejadian melasma (p=0,028). Namun, interaksi antara keduanya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p=0,849). Temuan ini menegaskan bahwa paparan sinar UV dan penggunaan kontrasepsi hormonal berkontribusi secara independen terhadap risiko melasma. Edukasi mengenai perlindungan kulit serta pengawasan penggunaan kontrasepsi hormonal sangat penting dalam strategi pencegahan melasma. Penelitian lanjutan dengan pendekatan longitudinal dan metode pengukuran paparan UV yang lebih akurat direkomendasikan.