Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Peran Katekis di Era Digital Menurut Perspektif Kaum Muda di Stasi Santo Thomas Moore Setiawati, Veronika Wulan; Tarihoran, Emmeria
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi Vol. 3 No. 4 (2023): April
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/intheos.v3i4.1864

Abstract

Para katekis harus memiliki kemampuan dalam dunia teknologi sekarang terlebih dalam komunikasi. Karena dengan kemajuan dunia digital kaum muda akan lebih tertarik dan antusias mengikuti kegiatan yang ada dan juga sebagai seorang katekis dapat mengajak mereka dalam menggunakan media sosial dengan baik dan benar. Dalam artikel ini, penulis menggunakan metode tinjauan pustaka melalui buku dan jurnal dengan pendekatan deskriptif dan analitis. Selain itu penulis juga menggunakan metode wawancara secara online yang ditujukan kepada kaum muda di Stasi Santo Thomas Moore kabupaten Lampung Tengah. Media digital memungkinkan orang memanipulasi dan membuat konten tanpa batas tanpa kehilangan kualitas. Di era digital saat ini, firman dapat diberitakan melalui aplikasi tertentu dan dengan cara yang lebih kreatif. Penginjilan dan pengembangan iman dikemas secara menarik dalam bentuk gambar atau animasi yang membuat masyarakat bersemangat mempelajari Injil. Di dunia era digital, para katekis dimampukan untuk menggunakan teknologi terlebih dalam komunikasi agar kaum muda tidak merasa bosan dalam kegiatan gerejawi.
PARTISIPASI UMAT KATOLIK DALAM KEGIATAN PENDALAMAN IMAN DI LINGKUNGAN – LINGKUNGAN PAROKI MARIA DIANGKAT KE SURGA KEUSKUPAN MALANG Sukendar, Yohanes; X, Intansakti Pius; Tarihoran, Emmeria; Kurniantono, ME Kakok; Sabinus, Irminus
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v1i1.5

Abstract

Para Peneliti bertolak dari kenyataan bahwa doa lebih disukai daripada pendalaman iman. Pada hal tugas Gereja yang utama adalah mewartakan. Menurut teori sosiologi Emile Durheim ada hubungan antara keterlibatan seseorang dengan pastisipasi. Untuk itu mau dicoba menemukan data tentang hubungan antara partisipasi umat Katolik dalam Pendalaman Iman di lingkungan dengan integrasinya dalam lingkungan. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada korelasi positif antara partisipasi umat dalam pendalaman iman dengan integrasinya dalam lingkungan, maksudnya semakin umat berintegrasi semakin tinggi partisipasinya dalam pendalaman iman.
PENDIDIKAN IMAN DALAM KELUARGA KATOLIK DI DEKENAT KOTA MALANG Paska, Paskalis Edwin Nyoman; Kawi, Kasymirus; Tarihoran, Emmeria; Jumilah, Bernadeta Sri; Batlyol, Sr. Antonela; Darianto, Darianto
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v1i1.8

Abstract

Bobroknya sebuah masyarakat kemungkinan besar terjadi terutama karena bobroknya keluarga. Sebab, keluarga adalah unit terkecil dalam sebuah masyarakat, namun memiliki posisi yang sangat vital dan sentral. Keadaan keluarga sangat berpengaruh pada keadaan masyarakat. Keluarga merupakan“sel pertama dan sangat penting bagi masyarakat” (AA,11). Sebagai salah satu sel penting, keluarga mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keadaan masyarakat yang ada sekarang ini. Keluarga adalah inti kehidupan sosial manusia dan disitulah penanaman nilai dan karakter individu dimulai dan dikembangkan. Permasalahannya adalah: Apakah orangtua Katolik memahami dan menyadari tugasnya sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka. Apa saja yang dilakukan orangtua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya? Tujuan yang ingin dicapai adalah: Memperoleh gambaran tentang kesadaran dan pemahaman orangtua tentang pendidikan iman anak dalam keluarga. Mengetahui apa saja yang dilakukan orangtua dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menunjukkan orangtua menyadari peran penting dan kewajibannya sebagai pendidik. Mereka sadar akan tanggungjawabnya itu, namun dalam kenyataannya mereka kurang mampu mewujudnyatakannya, entah karena keterbatasan waktu, ataupun karena mereka sendiri tidak tahu bagaimana caranya menyampaikan pendidikan iman.
PROFESI GURU DALAM TANTANGAN, HARAPAN DAN KENYATAAN Tarihoran, Emmeria
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 3 No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk mewujudkan amanat UU tersebut, Lembaga, pendidikan yang mempersiapkan calon guru profesional memiliki peran yang sangat penting. Membaiknya tingkat kesejahteraan guru dengan sejumlah tunjangan memicu minat para lulusan SMA/sederajat menempuh program studi ilmu keguruan pendidikan. Program studi keguruan dan ilmu pendidikan menjadi alternatif pilihan bagi anak bangsa dalam menghadapi tantangan akan peluang karena untuk memilih program studi lainnya yang masih relatif mahal dan terbatas. Hal itu mendongkrak jumlah lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK) atau lembaga pendidikan calon guru tanpa diikuti dengan pengendalian mutu. (Kompas 12 Maret 2018) Oleh karena itu, profesi Guru mengakibatkan problematika yang rumit karena disatu sisi memberi harapan, dan disisi lain memberi tantangan, namun kenyataan Mutu LPTK yang dangkal berdampak bagi masa depan lulusannya yakni masa depan anak-anak bangsa. Upaya peningkatan sumber daya manusia kemudian menjadi wacana yang mendesak untuk direalisasikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, menjadi tantangan bagi kehidupan masa depan sekaligus ancaman bagi seluruh bangsa yang belum siap menghadapinya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berkaitan dengan sumber daya manusia yang akan membuat dan mengelola serta menerapkannya. Guna meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan memiliki peran dan tugas yang sangat strategis. Pendidikan adalah penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan pembangunan bangsa. Melalui pendidikan manusia akan belajar memahami hidup dan mampu merencanakan hidupnya di masa yang akan datang dengan matang. Oleh karena itu negara kita juga semestinya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia dan mampu bersaing dengan suamber daya manusia di negara-negara lain. Dalam rangka mempersiapkan dan meningkatkan sumber daya manusia, guru yang profesional mempunyai peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang pendidikan, karena hampir semua usaha pembaharuan di bidang pendidikan bergantung pada guru. Hingga saat ini, masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan guru. Berbagai pembaharuan pendidikan telah banyak dilakukan antara lain melalui perbaikan sarana, peraturan, kurikulum dan sebagainya. Namun masih masih ada kendala yang berkaitan dengan kondisi guru yakni yang menyangkut aspek kualitas dan aspek kuantitas. (Daryanto, 2017, 21)
GURU DALAM PENGAJARAN ABAD 21 Tarihoran, Emmeria
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengajar di kelas adalah pekerjaan utama seorang guru. Mungkin untuk sebagian orang memandang bahwa perkerjaan ini adalah pekerjaan yang mudah dan ringan. Namun dalam kenyataan pekerjaan mengajar di kelas bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, melainkan pekerjaan yang sangat berat. Selain berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pengajaran, guru juga diharapkan menjadi manajer, psikolog, konselor, motivator, fasilitator, juga evaluator masih banyak lagi peran guru yang diharapkan bahkan dituntut dari profesinya tersebut. Guru pada saat ini menghadapi tantangan jauh lebih kompleks bila dibandingkan dengan era sebelumnya. Guru menghadapi peserta didik yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standar proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi (Darling, 2006). Tantangan dalam pembelajaran abad 21 dan perubahan kurikulum 2013 menuntut kemampuan pedagogis guru sebagai pengajar untuk lebih mampu mendesain pembelajaran yang lebih efektif dan innovatif. Perkembangan media teknologi informasi menjadi salah satu landasan pokok dalam perkembangan pembelajaran abad 21. (Karim, 2017) Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk mampu membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran, serta melakukan refleksi dan perbaikan praktek pembelajarannya secara terus menerus (Darling, 2006). Untuk itu guna untuk memberikan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik di zaman informasi ini menuntut guru untuk memiliki keterampilan teknologi yang dibutuhkan agar dapat memanfaatkan kekuatan komputer dan teknologi yang terkait dengannya untuk pengajaran yang efektif.
Katekese Digital: Cara Gereja Menghadapi Tantangan Komunikasi Iman di Era Digital Kristeno, Marianus Rago; Tarihoran, Emmeria
Vocat : Jurnal Pendidikan Katolik Vol. 4 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52075/vctjpk.v4i1.409

Abstract

The XXI century is a century where technological advances are increasingly developing. Technological advances have penetrated almost all areas of human life. With advances in technology, social communication media have emerged that are integrated in practical devices and help a lot in various human jobs. The Church views this as an opportunity to convey teachings of the faith and catechesis. Digital catechesis is a form of catechesis that utilizes digital media, such as TikTok, Instagram, YouTube, Twitter, etc., which helps the Church to provide interesting, relevant, creative and innovative spiritual services. Through these digital media, the Church spreads the Gospel and provides teachings to the people. This article was written using a literature review method by collecting various writings, such as books, articles, journals, papers, etc. that are relevant to the problem discussed in this article. Digital catechesis is the Church's way of teaching the faith to the people and proclaiming Christ's teachings to many people. Through digital catechesis, people can communicate their faith without being limited by space and time. Digital catechesis is a forum for collaboration between the clergy and the laity, where the clergy act as teachers and guardians of the true teachings and traditions of the faith, while the laity, especially young people, become evangelizers through content posted on digital media.
Transformasi Katekese Kontekstual Menuju Era Digital: Implikasi dan Tantanganya Sarma, Anjeli; Tarihoran, Emmeria
Vocat : Jurnal Pendidikan Katolik Vol. 4 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52075/vctjpk.v4i1.431

Abstract

Transformasi Katekese Kontekstual ke dalam era digital menjadi penting dalam menghadapi tantangan yang dihadapi dalam mengadaptasi katekese kontekstual ke dalam konteks digital. Era digital telah mengubah lanskap pembelajaran dan komunikasi dengan mempengaruhi cara orang memperoleh, memproses, dan membagikan informasi. Dalam menghadapi perubahan ini, katekese kontekstual perlu menyesuaikan diri dengan penekanan pada konteks budaya, sosial, dan personal. Implikasi dan tantangan yang signifikan terkait dengan transformasi ini terlihat dalam era digital. Era digital memungkinkan aksesibilitas dan fleksibilitas pembelajaran yang lebih luas dengan penggunaan media yang beragam dan kolaborasi online antara pengajar dan peserta didik. Namun, kesenjangan digital menjadi tantangan dalam memastikan akses yang merata bagi semua individu. Integrasi nilai-nilai iman ke dalam konteks digital juga menuntut keseimbangan yang baik antara teknologi dan tradisi teologis. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan pendekatan holistik yang menggabungkan keahlian teologis, pemahaman budaya dan teknologi, serta kolaborasi antara gereja dan ahli teknologi. Tujuan dari penelitian ini adalah dengan adanya transformasi yang bijaksana, katekese kontekstual dalam era digital dapat menyampaikan pesan iman yang relevan dan berarti bagi generasi digital saat ini. Metode yang peneliti pakai adalah kualitatif yaitu dari hasil observasi serta mengambil acuan juga dari beberapa sumber karya ilmial seperti, jurnal, artikel, dan sumber ilmiah lainya.
Memberdayakan Umat Awam sebagai Fasilitator Katekese: Memperkuat Komunitas melalui Pelatihan Tarihoran, Emmeria; Pius X, Intansakti
Prima Abdika: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2023): Volume 3 Nomor 4 Tahun 2023
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores Ende

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/abdika.v3i4.3491

Abstract

The active role of the laity in catechesis activities is vital in strengthening the ecclesial community. Unfortunately, however, awareness of the laity's contribution and involvement is still minimal in many Church circles. Efforts to empower the laity as catechesis facilitators have great potential to increase their participation in strengthening ecclesial communities. One of the work programs from Preaching the Good Shepherd Parish of Batu Diocese of Malang is this PKM, which aims to empower lay people as catechesis facilitators through intensive training programs. This study involved a participatory training method with a Role-playing model involving participants from the Parish of the Good Shepherd of Stone. The results of this training succeeded in increasing the laity's understanding of their roles and responsibilities in catechesis activities. The participants were able to hone their skills as facilitators and improve their catechetical knowledge and their communication skills. This activity aims to increase people's awareness of their duties and responsibilities in the Five Duties of the Church, especially in preaching. Through this activity, the Good Shepherd Parish of Batu Diocese of Malang can empower lay people as catechesis facilitators through effective training programs, improving their skills, knowledge, and understanding of the role.
Upaya Meningkatkan Pembinaan Iman Kaum Muda melalui Kegiatan OMK Agustiningtyas, Fransisca Widya; Tarihoran, Emmeria
Servire: Jurnal Pengabdian Masyarakat (JPM) SERVIRE: Jurnal Pengabdian Masyarakat (JPM)
Publisher : IPI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan dan penghayatan iman kaum muda melalui kegiatan Orang Muda Katolik (OMK) di Stasi Santo Paulus Rasul Cinta Manis. OMK dianggap sebagai wadah penting dalam membentuk karakter dan keyakinan spiritual kaum muda. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Studi kasus sebagai pendekatan untuk mengevaluasi keberhasilan dan kekurangan dari implementasi program OMK. Hasil penelitian mengidentifikasi strategi efektif, termasuk penggunaan media sosial, pembinaan karakter, dan pengembangan kreativitas. Artikel ini memberikan rekomendasi diberikan untuk meningkatkan efektivitas kegiatan OMK dalam membina iman kaum muda. Artikel ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengembangan dan penghayatan iman kaum muda melalui kegiatan OMK di Stasi Santo Paulus Rasul Cinta Manis. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini dapat memberikan gambaran yang lebih detail tentang keberhasilan dan kekurangan dari implementasi program OMK.
Model Formasio Karakter Katekis Berbasis Pastoral Dasar Tarihoran, Emmeria
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 10 No 2 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v10i2.790

Abstract

This study explores in depth the character formation model for catechists based on Basic Pastoral principles at Sekolah Tinggi Pastoral – IPI Malang using a qualitative case study approach. Data were collected through observations of daily spiritual practices, in-depth interviews with lecturers, mentors, and students, as well as document analysis of the curriculum and formation guidelines. The findings indicate that the formation process is not merely theoretical but is realized through the integration of the five pillars of Basic Pastoral—daily meditation, Scripture reading, liturgical prayer, self-formation, and community interview—into the academic, spiritual, and social life of the students. Mentors play a vital role as facilitators of faith and character growth, guiding students to internalize values such as honesty, humility, empathy, discipline, and readiness for mission. The model demonstrates significant positive impact on students’ reflective capacity, spiritual maturity, and pastoral identity. This research offers a meaningful contribution to the development of spirituality-based character education within Catholic higher education in Indonesia and provides insights applicable to broader contexts that aim to cultivate holistic and contextual catechist formation