Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MITOS BEGU GANJANG: TRADISI LISAN MASYARAKAT BATAK TOBA YANG BERUJUNG KRIMINALITAS Simanjuntak, Firman Matias; Sagala, Vika Maria; Situmorang, Yuni Yolanda; Anggriana, Fuza; Sianturi, Astri Dewi; Siallagan, Lasenna
Basastra Vol 13, No 2 (2024): BASASTRA: JURNAL KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v13i2.60953

Abstract

Mitos begu ganjang merupakan tradisi lisan yang masih ada bagi masyarakat Batak Toba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis esensi begu ganjang sebagai tradisi lisan, persepsi masyarakat etnis Batak Toba terkait mitos begu ganjang, dan tanggapan mereka terhadap tindak kejahatan yang terjadi akibat masalah begu ganjang. Penelitian ini dilakukan di Manik Hataran dan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik dengan menggunakan metode campuran desain concurrent embedded. Data diperoleh dari 335 sampel dengan penggolongan berdasarkan rentang usia melalui teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakikat begu ganjang adalah tradisi lisan tertua dalam sastra lisan berbentuk mitos. Persepsi masyarakat memandang begu ganjang sebagai makhluk pembunuh supranatural dengan beragam deskripsi mengenai begu ganjang dan parbegu ganjang. Isu tersebut mampu menciptakan tindak kejahatan yang merugikan. Menimbang dampak yang muncul, mitos begu ganjang yang beredar dianggap tidak perlu direstorasi lagi.
Kedudukan Perempuan Mabalu dalam Budaya Batak Toba Simanjuntak, Firman Matias; Manullang, Thria Damayanti; Situmorang, Yuni Yolanda; Sitorus, Rut Yemima; Siallagan, Lasenna
Jurnal Adat dan Budaya Indonesia Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jabi.v6i2.84211

Abstract

Bagi perempuan mabalu, kematian suami seringkali dikaitkan dengan keterasingan mereka dari budaya Batak Toba. Namun, tentu saja hal tersebut bertentangan dengan konsep budaya Batak Toba. Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengemukakan fenomena ideasional dan tingkah laku kebudayaan mengenai kedudukan perempuan mabalu dalam budaya Batak Toba. Kedudukan yang dimaksud adalah hak dan kewajiban perempuan dalam pelaksanaan adat dan budaya yang diperoleh pasca menjadi janda (mabalu). Penelitian ini dilakukan di Porsea dan Medan dengan menggunakan metode kualitatif untuk memperoleh data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Temuan penelitian mencakup esensi perempuan mabalu yang hanya didasarkan pada ketiadaan suami bagi mereka. Ada beberapa hal yang menjadi alasan perempuan mabalu tidak dapat ditiadakan dalam pelaksanaan adat Batak Toba, yaitu (1) keberadaan anak, (2) posisi suami dalam adat yang melekat pada istri, (3) pentingnya perempuan, dan (4) perempuan sebagai boru ni raja yang berharga. Oleh karena itu, perempuan mabalu tetap mempunyai peran, hak, dan kewajiban yang setara dengan kedudukannya dalam acara adat Batak Toba.
Orang Tua: Kontributor Penting Bagi Efektivitas Pendidikan Inklusi (Sebuah Riset Pustaka) Manullang, Thria Damayanti; Simanjuntak, Firman Matias; Asna Juwaira; Pardosi, Novia Marissa Valerina; Sembiring, Eginia Apulita; Nahampun, Debi Yanti; Anggia Puteri; Lili Tansliova
CARONG: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Humaniora Vol. 2 No. 1 (2025): Maret: Local Culture and Traditions
Publisher : Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62710/y6a9nh95

Abstract

Pendidikan inklusi di Indonesia telah diterapkan untuk memastikan hak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Namun, implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan, seperti stigma sosial, keterbatasan fasilitas, dan kurangnya keterlibatan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran orang tua dalam efektivitas pendidikan serta hambatan yang dihadapi dalam mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus. Dengan menggunakan metode studi pustaka dan pendekatan interpretatif, penelitian ini mengungkap bahwa orang tua memiliki peran krusial sebagai pendamping utama, advokat, serta fasilitator dalam perkembangan akademik dan sosial anak. Kurangnya kesadaran dan kesiapan orang tua sering kali menjadi faktor penghambat keberhasilan pendidikan inklusi. Oleh sebabnya, peningkatan pemahaman serta kerja sama antara orang tua, sekolah, dan masyarakat diperlukan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan mendukung.
EKSISTENSI BAHASA MELAYU DIALEK SORKAM DAN FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN DAYA TAHAN HIDUP Tiopiolina, Tiopiolina; Simanjuntak, Firman Matias; Gulo, Geprita; Simanullang, Esrawati Satriana; Simanjuntak, Emasta Evayanti
Fon : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 19 No 2 (2023): Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/fon.v19i2.8588

Abstract

ABSTRAK: Bahasa adalah jati diri suatu bangsa. Kepunahan suatu bahasa menjadi titik awal hilangnya jati diri bangsa. Bahasa daerah merupakan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di daerah tertentu dan menjadi ciri khas daerah tersebut. Indonesia memiliki 718 bahasa daerah, salah satunya bahasa Melayu dialek Sorkam. Bahasa Melayu dialek Sorkam merupakan identitas bagi masyarakat Sorkam. Namun, berdasarkan data Badan Bahasa Kemdikbudristek, eksistensi bahasa Melayu dialek Sorkam semakin tergerus oleh zaman. Hal tersebut yang menjadi dasar penelitian ini. Adapun penelitian ini merupakan kajian ilmu antropolinguistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi bahasa Melayu dialek Sorkam pada masa lalu dan masa kini serta faktor penyebab kemunduran daya tahan hidup bahasa Melayu dialek Sorkam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran atau mix methods. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket, melakukan wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Melayu dialek Sorkam tidak digunakan di seluruh wilayah Kecamatan Sorkam dan Kecamatan Sorkam Barat, melainkan hanya di wilayah tertentu saja.  Selanjutnya, bahasa Melayu dialek Sorkam hanya digunakan oleh 32,5% dari total sampel, sedangkan 67,5% lainnya menggunakan bahasa lain di luar bahasa Melayu dialek Sorkam. Adapun faktor penyebab kemunduran daya tahan hidup bahasa Melayu dialek Sorkam adalah faktor linguistik (interferensi bahasa) dan faktor nonlinguistik (geografi, sosial-budaya, agama, ekonomi, dan pendidikan).KATA KUNCI: Antropolinguistik; Eksistensi Bahasa; Melayu dialek SorkamTHE EXISTENCE OF THE SORKAM DIALECT OF MALAY AND THE FACTORS CAUSING THE DETERIORATION OF SURVIVAL ABSTRACT: Language is the identity of a nation. The extinction of a language becomes the starting point for the loss of national identity. Regional language is the language spoken by the people in a particular area and is the hallmark of that area. Indonesia has 718 regional languages, one of which is Malay in the Sorkam dialect. The Sorkam dialect of Malay is the identity of the Sorkam community. However, based on data from the Ministry of Education and Culture's Language Agency, the existence of the Sorkam dialect of Malay is increasingly being eroded by time. This is the basis of this research. This research is an anthropolinguistic study. The purpose of this study was to determine the existence of the Sorkam dialect Malay in the past and present as well as the factors causing the decline in the survival of the Sorkam dialect Malay. This research uses mixed research methods. Data collection was carried out by distributing questionnaires, conducting interviews, observing and studying literature. The results showed that the Sorkam dialect of Malay was not used in all areas of Sorkam and West Sorkam Districts, but only in certain areas. Furthermore, the Sorkam dialect of Malay is only used by 32.5% of the total sample, while the other 67.5% use a language other than Sorkam dialect Malay. The factors causing the decline in the survival of the Sorkam dialect are linguistic factors (language interference) and non-linguistic factors (geography, socio-culture, religion, economics and education).KEYWORDS: Antropolinguistic; Language Existence; Malay dialect of Sorkam
MITOS BEGU GANJANG: TRADISI LISAN MASYARAKAT BATAK TOBA YANG BERUJUNG KRIMINALITAS Simanjuntak, Firman Matias; Sagala, Vika Maria; Situmorang, Yuni Yolanda; Anggriana, Fuza; Sianturi, Astri Dewi; Siallagan, Lasenna
BASASTRA: JURNAL KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Vol. 13 No. 2 (2024): BASASTRA: JURNAL KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v13i2.60953

Abstract

Mitos begu ganjang merupakan tradisi lisan yang masih ada bagi masyarakat Batak Toba. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis esensi begu ganjang sebagai tradisi lisan, persepsi masyarakat etnis Batak Toba terkait mitos begu ganjang, dan tanggapan mereka terhadap tindak kejahatan yang terjadi akibat masalah begu ganjang. Penelitian ini dilakukan di Manik Hataran dan Sarimatondang, Kecamatan Sidamanik dengan menggunakan metode campuran desain concurrent embedded. Data diperoleh dari 335 sampel dengan penggolongan berdasarkan rentang usia melalui teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hakikat begu ganjang adalah tradisi lisan tertua dalam sastra lisan berbentuk mitos. Persepsi masyarakat memandang begu ganjang sebagai makhluk pembunuh supranatural dengan beragam deskripsi mengenai begu ganjang dan parbegu ganjang. Isu tersebut mampu menciptakan tindak kejahatan yang merugikan. Menimbang dampak yang muncul, mitos begu ganjang yang beredar dianggap tidak perlu direstorasi lagi.