Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Melacak Arti dan Makna Tarum, Tarumanagara, Ci Tarum, dan Pataruman melalui Pendekatan Linguistik, Sejarah, dan Budaya Isnendes, Chye Retty; Supendi, Usman; Hidayat, Asep Achmad; Nuwangi, Pohaci Puspa; Kusumawardhana, Gelar Taufiq
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 23, No 2 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/bs_jpbsp.v23i2.68690

Abstract

The plant is called tarum in Sundanese, nila in Sanskrit and indigo in English. This plant is considered a source of inspiration for place naming (toponymy) in Sundanese landscape. Some of the places and natural phenomena that are considered to be inspired by the tarum plant are Ci Tarum as the largest river in Sundanese landscape, Tarumanagara as the kingdom with the oldest epigraphic evidence in landscape Sundanese, and Pataruman which is historically believed to be the center of tarum processing activities that produce natural blue dye. There are still other variations of names with the word tarum, such as Tarumajaya located in the southern area of Bandung in the upstream area of Ci Tarum and Banjar Patroman (Banjar Pataruman) located in the eastern area of Priangan, which is believed by the surrounding community to be one of the centers of tarum processing in the past. The naming of places and natural phenomena is an important linguistic phenomenon in the cultural aspects of Sundanese society that requires critical, fundamental and analytical analysis. Thus, conceptual precision that relies on the meaning and basic meaning of tarum as a working tool for disclosing information and knowledge that is more holistic and comprehensive, is expected to open up insights and provide valuable contributions regarding the cultural construction and historical aspects of Sundanese society in the past in landscape Sundanese more clearly and accurately.
Nilai Estetika pada Puisi Mantra Sunda di Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut Ilmi, Tasya Nur; Isnendes, Chye Retty; Suherman, Agus
JENTERA: Jurnal Kajian Sastra Vol 13, No 1 (2024): Jentera: Jurnal Kajian Sastra
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jentera.v13i1.7325

Abstract

Mantra is one of the ancient forms of poetry that holds its own uniqueness in the realm of literature. Its uniqueness lies not only in its linguistic aspects, which are captivating, but also in its perceived magical powers. This study aims to inventory mantras that are still found scattered in Cilawu District, Garut Regency, accompanied by an aesthetic value analysis. The method employed is descriptive analytics with fieldwork techniques including observation, documentation, and interviews. The data collected from the field consists of 50 mantras, comprising 15 asihan mantras, 12 jangjawokan mantras, 5 jampe mantras, 9 singlar mantras, 2 rajah mantras, and 7 ajian mantras. However, for the purpose of this study, 6 types of mantras were sampled for analysis. The aesthetic values embedded in the mantras encompass philosophical aesthetics, language style, and linguistic sound. The philosophical aesthetic values found in the mantra poems encompass moral, social, psychological, historical, and religious values. The language styles employed include metaphor, association, hyperbole, personification, and simile. The linguistic sounds exhibit eight patterns, namely purwakanti pangluyu, purwakanti mindoan kawit, purwakanti laras madya, purwakanti cakraswara, purwakanti rangkepan, purwakanti laras wekas, purwakanti mindoan wekas, purwakanti margaluyu, purwakanti laras purwa, and purwakanti mindoan kawit.AbstrakMantra merupakan salah satu bentuk puisi lama yang memiliki keunikan tersendiri dalam khazanah sastra. Keunikan tersebut di samping terletak pada aspek kebahasaannya yang bersifat eksitoris, juga dianggap memiliki kekuatan magis. Kajian ini bertujuan untuk menginventarisasi mantra yang masih tersebar di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, dengan disertai kajian nilai estetika. Metode yang digunakan, yaitu deskriptif analitik dengan teknik kerja lapangan berupa inventarisasi, dokumentasi, dan wawancara. Data yang terkumpul dari lapangan adalah 50 mantra, yang terdiri atas 15 mantra asihan, 12 mantra jangjawokan, 5 mantra jampe, 9 mantra singlar, 2 mantra rajah, dan 7 mantra ajian. Namun, pada penelitian ini diambil sampel 6 jenis mantra untuk dianalisis. Nilai estetika yang terkandung dalam mantra tersebut meliputi estetika filosofis, gaya bahasa, dan bunyi bahasa. Nilai estetika filosofis pada puisi mantra, yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai psikologis, nilai historis, dan nilai religi. Gaya bahasa yang digunakan di antaranya majas metafora, majas asosiasi, majas hiperbola, majas personifikasi, dan majas simile. Adapun bunyi bahasa memiliki delapan pola, yaitu purwakanti pangluyu, purwakanti mindoan kawit, purwakanti laras madya, purwakanti cakraswara, purwakanti rangkepan, purwakanti laras wekas, purwakanti mindoan wekas, purwakanti margaluyu, purwakanti laras purwa, dan purwakanti mindoan kawit.
Mengenal Sistem Pendidikan pada Masyarakat Tradisional Sunda-Baduy Xiaomei, Du; Isnendes, Chye Retty
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v8i1.5749

Abstract

Sistem pendidikan Masyarakat Baduy menjadi sorotan dalam konteks kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Artikel ini membahas bahwa meskipun Masyarakat Baduy umumnya memiliki keengganan terhadap pengaruh modernisasi dan pendidikan formal dari luar, sistem pendidikan mereka terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, mencerminkan nilai-nilai lokal yang kuat. Pendidikan di Masyarakat Baduy diintegrasikan dengan upacara adat, ritual keagamaan, dan praktik-praktik kehidupan tradisional, memberikan penekanan pada pemertahanan tradisi, budaya, dan nilai-nilai unik mereka. Meskipun demikian, Masyarakat Baduy menghadapi tantangan pendidikan akibat penolakan terhadap masuknya sistem pendidikan formal yang mengikuti standar nasional dan internasional. Kendala ini termasuk keterpencilan geografis, ketidaksetujuan terhadap nilai-nilai modern, dan keterbatasan sumber daya. Meskipun terlibat dalam pendidikan non-formal, akses ke pendidikan formal tetap menjadi isu penting yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan perkembangan Masyarakat Baduy.
Pandangan Perempuan Baduy Tentang Pernikahan dan Cinta dalam Era Globalisasi Die, Chen; Isnendes, Chye Retty
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 8 No. 6 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v8i6.5863

Abstract

Penelitian ini mengkaji dampak globalisasi terhadap pandangan perempuan Baduy mengenai pernikahan dan cinta. Masyarakat Baduy terdiri dari Baduy Dalam yang tertutup dan Baduy Luar yang lebih terbuka, menghadirkan perbedaan signifikan dalam menghadapi arus globalisasi. Studi ini menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis lapangan untuk memahami perubahan pandangan perempuan Baduy dan bagaimana mereka menjaga nilai-nilai tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan Baduy Dalam tetap memegang teguh adat tradisi tanpa pengaruh luar, sedangkan perempuan Baduy Luar mengalami perubahan pandangan yang lebih fleksibel terhadap pernikahan dan cinta, meskipun masih dalam kerangka adat. Penelitian ini menyarankan pelestarian budaya tradisional sambil menyesuaikan aspek-aspek modernisasi secara seimbang, terutama bagi generasi muda.
ANALISIS WUJUD TUTURAN DAYA SANJUNG DAN DAYA LUKA DALAM KOLOM KOMENTAR MEDIA SOSIAL INSTAGRAM @RIDWANKAMIL Tita, Tita; Muniroh, R. Dian Dian; Isnendes, Chye Retty
Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 13, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31000/lgrm.v13i3.13453

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji wujud daya sanjung dan daya luka pada kolom komentar media sosial Instagram @ridwankamil. Objek dalam penelitian ini yaitu tuturan komentar pada akun instagram @ridwankamil. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian yaitu tuturan daya sanjung dan daya luka yang terdapat pada komentar media sosial instagram @ridwankamil. Sumber data yaitu komentar media sosial instagram @ridwankamil. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Peneliti melakukan pembacaan akun instagram @ridwankamil, dan mencatat halhal berkaitan dengan daya sanjung dan daya luka. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuturan Daya sanjung sedang (medium/mild) lebih banyak ditemukan yaitu 262 (69%), tuturan Daya Danjung berat ditemukan sebanyak 119 tuturan (31%). Dalam kategori Daya luka ditemukan Daya luka sedang (medium/mild) sebanyak 108 tuturan (93%) dan Daya luka berat (heavy/serious) sebanyak 7 tuturan (7%). Penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi golongan tuturan yang berpotensi untuk melanggar etika dalam berkomentar pada media sosial. Penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat supaya lebih bijaksana lagi dalam berkomentar untuk menyampaikan aspirasinya pada media sosial.Kata kunci: Kesantunan, Pragmatik, Media Sosial
Tracing the "Islamic Golden Age" to Revitalize the Scientific Paradigm Kusumawardhana, Gelar Taufiq; Isana, Widiati; Isnendes, Chye Retty; Hidayat, Asep Achmad; Samsudin, Samsudin; Martinez, Rico
International Journal of Language and Culture Vol. 2 No. 1 (2024): International Journal of Language and Culture
Publisher : CV. Goresan Pena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63762/ijolac.v2i1.9

Abstract

This research aims to analyze the concept of the Islamic Golden Age abbreviated as IGA, which is agreed upon by Western scholars and Muslim scholars and occurred in the history of Islamic culture and civilization. This research examines the possibility of grounding the characteristics and scientific paradigm of IGA in modern situations through several focuses of study, namely (1) the background of the development of the IGA concept, (2) the stage of development of the IGA concept, (3) the position of scientific activities in the map of cultural constellation (culture) and civilization (civilization) IGA, and (4) the characteristics and scientific paradigm of IGA. These four things are considered to be able to trigger the development stage of scientists, sciences, and inventions. The method used in conducting the research is descriptive-analytic of literature sources. This is done as a mapping of the entire overview of the IGA concept. This research approach is a history approach, both through a diachronic history approach and a synchronic history approach. In addition, it refers to the development of theories obtained deductively through literature studies. The basis of the research is then strengthened by conducting a form of inductive reasoning on the data obtained in this research in order to solve the final conclusions that are based on the data obtained.
Romantisme Muh. Rustandi Kartakusuma Dalam Karya Sastra Sunda Isnendes, Chye Retty; Julianingrum, Anisa
Metta : Jurnal Ilmu Multidisiplin Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/metta.v5i3.4778

Abstract

Love genre novels are one of the novels that are liked by many people, especially if written by famous authors whose reputations are known nationally. Among the famous authors is Muh. Rustandi Kartakusumah, he was an author, playwright, film scriptwriter, essayist, and Indonesian literary critic in his time. Not many people know that he was also a short story writer and novelist in Sundanese. His love stories, both in Indonesian literature and in Sundanese literature, are full of tendencies, but also romantic. This romance that is full of commitment is interesting to study. Thus, the purpose of this paper is to analyze the romanticism of Muh. Rustandi Kartakusumah in three Sundanese literary works. The research method is descriptive analysis with a literature review technique. The romanticism of Muh. Rustandi Kartakusumah is traced in the romantic aspect of his two Sundanese novels and one short story. The romantic aspect contained in Muh. Rustandi Kartakusuma's Sundanese literary works is related to the elements of a love triangle and types of love. The elements of a love triangle are intimacy, passion, and commitment. The types are: love is like an addiction, love is like art, love is like a game, love is like a garden (must be cared for), love is belief, and love is sacrifice.
Tracing the "Islamic Golden Age" to Revitalize the Scientific Paradigm Kusumawardhana, Gelar Taufiq; Isana, Widiati; Isnendes, Chye Retty; Hidayat, Asep Achmad; Samsudin, Samsudin; Martinez, Rico
International Journal of Language and Culture Vol. 2 No. 1 (2024): International Journal of Language and Culture
Publisher : CV. Goresan Pena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63762/ijolac.v2i1.9

Abstract

This research aims to analyze the concept of the Islamic Golden Age abbreviated as IGA, which is agreed upon by Western scholars and Muslim scholars and occurred in the history of Islamic culture and civilization. This research examines the possibility of grounding the characteristics and scientific paradigm of IGA in modern situations through several focuses of study, namely (1) the background of the development of the IGA concept, (2) the stage of development of the IGA concept, (3) the position of scientific activities in the map of cultural constellation (culture) and civilization (civilization) IGA, and (4) the characteristics and scientific paradigm of IGA. These four things are considered to be able to trigger the development stage of scientists, sciences, and inventions. The method used in conducting the research is descriptive-analytic of literature sources. This is done as a mapping of the entire overview of the IGA concept. This research approach is a history approach, both through a diachronic history approach and a synchronic history approach. In addition, it refers to the development of theories obtained deductively through literature studies. The basis of the research is then strengthened by conducting a form of inductive reasoning on the data obtained in this research in order to solve the final conclusions that are based on the data obtained.
Mengenal Sistem Pendidikan pada Masyarakat Tradisional Sunda-Baduy Xiaomei, Du; Isnendes, Chye Retty
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 8 No. 1 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v8i1.5749

Abstract

Sistem pendidikan Masyarakat Baduy menjadi sorotan dalam konteks kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Artikel ini membahas bahwa meskipun Masyarakat Baduy umumnya memiliki keengganan terhadap pengaruh modernisasi dan pendidikan formal dari luar, sistem pendidikan mereka terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, mencerminkan nilai-nilai lokal yang kuat. Pendidikan di Masyarakat Baduy diintegrasikan dengan upacara adat, ritual keagamaan, dan praktik-praktik kehidupan tradisional, memberikan penekanan pada pemertahanan tradisi, budaya, dan nilai-nilai unik mereka. Meskipun demikian, Masyarakat Baduy menghadapi tantangan pendidikan akibat penolakan terhadap masuknya sistem pendidikan formal yang mengikuti standar nasional dan internasional. Kendala ini termasuk keterpencilan geografis, ketidaksetujuan terhadap nilai-nilai modern, dan keterbatasan sumber daya. Meskipun terlibat dalam pendidikan non-formal, akses ke pendidikan formal tetap menjadi isu penting yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan dan perkembangan Masyarakat Baduy.
Pandangan Perempuan Baduy Tentang Pernikahan dan Cinta dalam Era Globalisasi Die, Chen; Isnendes, Chye Retty
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 8 No. 6 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v8i6.5863

Abstract

Penelitian ini mengkaji dampak globalisasi terhadap pandangan perempuan Baduy mengenai pernikahan dan cinta. Masyarakat Baduy terdiri dari Baduy Dalam yang tertutup dan Baduy Luar yang lebih terbuka, menghadirkan perbedaan signifikan dalam menghadapi arus globalisasi. Studi ini menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis lapangan untuk memahami perubahan pandangan perempuan Baduy dan bagaimana mereka menjaga nilai-nilai tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan Baduy Dalam tetap memegang teguh adat tradisi tanpa pengaruh luar, sedangkan perempuan Baduy Luar mengalami perubahan pandangan yang lebih fleksibel terhadap pernikahan dan cinta, meskipun masih dalam kerangka adat. Penelitian ini menyarankan pelestarian budaya tradisional sambil menyesuaikan aspek-aspek modernisasi secara seimbang, terutama bagi generasi muda.