Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

KONSEP TIRTHA SEBAGAI INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN TARI UDHAKANJALI Ruspawati, Ida Ayu Wimba
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 3 (2023): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air memiliki fungsi penting dalam proses ritual Hindu secara universal. Sebagai sebuah konsep filosofis, interpretasi tentang air dalam konteks sosio-religi masyarakat Hindu Bali sebagai sumber inspirasi untuk penciptaan tari terbuka untuk diselidiki lebih lanjut. Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki konsep tirtha dalam agama Hindu sebagai sumber inspirasi untuk karya-karya tari Udhakanjali. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsep filosofis dari tirtha dalam agama Hindu dan untuk mengidentifikasi dan menerjemahkan konsep ini ke dalam elemen-elemen artistik dari tarian. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dan pendekatan analisis tekstual. Sebagai sumber data, digunakan dokumentasi audiovisual dari Tari Udhakanjali dan literatur akademis yang meneliti konsep filosofis dari air, dilengkapi dengan wawancara dengan narasumber terkait. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa rumusan konsep tirtha sebagai inspirasi penciptaan Tari Udhakanjali terbentuk dari analisis tekstual terhadap pustaka suci Hindu dan analisis tekstual terhadap praktik sosio-religius masyarakat Bali tentang air. Pentingnya konsep filosofis air dalam Tarian Udhakanjali diwakili oleh tiga elemen artistik penting: (1) Bentuk Tarian, (2) Struktur Tarian, dan (3) Elemen Artistik. Sifat agung dan anggun dari Dewi Gangga merupakan inspirasi dari bentuk tarian kelompok yang terdiri dari sembilan orang. Struktur pertunjukan yang terdiri dari enam bagian mewujudkan prosesi pemujaan terhadap Dewi Gangga pada Puja Surya Sewana serta karakteristik air yang tenang namun dinamis. Gerakan, musik, tata rias, dan busana tarian ini berasal dari konsep tirtha, yaitu air sebagai persembahan dan anugerah. Temuan dari penelitian ini memberikan gambaran tentang bagaimana sebuah konsep filosofis religius yang abstrak dapat digunakan sebagai sumber inspirasi untuk penciptaan karya seni dengan cara mengkaji dari berbagai perspektif.
Penciptaan Karya Busana Chandra Edha Ramida : Tradisi Dudgeran di Kota Semarang Damayanti, Adinda Triska; Sari, Dewa Ayu Putu Leliana; Ruspawati, Ida Ayu Wimba
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 2 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Salah satu budaya nya adalah Tradisi Dugderan asal Semarang. Tradisi ini merupakan tradisi untuk memperingati bulan suci Ramadhan, sehari sebelum menjelang bulan Ramadhan setelah selesai shalat Ashar terdapat pengumuman mengenai ketetapan awal puasa Ramadhan setiap tahunnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Semarang. Alkisah, masyarakat Semarang waktu itu sering berbeda pendapat mengenai awal permulaan puasa Ramadan. sehingga Kanjeng Bupati berketetapan untuk meminta fatwa para ulama. Tradisi ini menjadi ide pemantik yang penulis pilih dan diwujudkan melalui karya busana. “Chandra Edha Ramida” yang berkolaborasi dengan CV. Terimakasih Banyak. Koleksi ini merupakan jenis busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture. Penciptaan karya busana ini menggunakan sepuluh tahapan yang bertajuk “Frangipani”, Tahapan-tahapan Rahasia dari Seni Fashion Art. Ide pemantik ini diimplementasikan melalui gaya ungkap analogi dan kata kunci yang terpilih yaitu : kepala naga diaplikasikan dengan motif, bedug diaplikasin dengan setengah lingkaran, kertas minyak diaplikasikan dengan mengambil warnanya, kembang api diaplikasikan dengan payet, dan sisik diaplikasikan dengan lukis prada dan payet. Karya busana ini mencakup elemen desain dan prinsip desain.
Istana Baso: Interesting Visual Of The Pagaruyung Palace Architecture Dalam Gaya Busana Feminine Dewi, Made Citra; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Ruspawati, Ida Ayu Wimba
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 1 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Istana Pagaruyung merupakan salah satu ikon budaya Indonesia yang memiliki signifikansi sejarah dan arsitektural yang tinggi. Jurnal ini bertujuan untuk menyajikan analisis historis dan arsitektural yang mendalam tentang Istana Pagaruyung sebagai representasi keagungan dan kekuatan Kerajaan Minangkabau di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan melibatkan studi literatur, pengamatan lapangan, dan analisis visual. Melalui analisis arsitektural, jurnal ini mendalami struktur bangunan Istana Pagaruyung, termasuk penggunaan material, teknik konstruksi, dan karakteristik arsitektur vernakular yang terdapat di dalamnya. Selain itu, aspek artistik dan simbolis dari ornamen dan dekorasi Istana Pagaruyung juga dieksplorasi secara mendalam. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan nilai arsitektural Istana Pagaruyung. Selain itu, jurnal ini memberikan wawasan tentang kekayaan budaya Minangkabau dan kontribusinya terhadap warisan arsitektural Indonesia. Studi ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pemeliharaan, restorasi, dan pengembangan budaya Istana Pagaruyung serta mendorong kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya bagi generasi sekarang dan masa depan.
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TARI SEKAR CEMPAKA DI SMA NEGERI SATU ATAP LEMBONGAN, KLUNGKUNG Surya, Ni Komang Okta Adi; Sustiawati, Ni Luh; Ruspawati, Ida Ayu Wimba
PENSI : Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Vol 2 No 1 (2022): Pensi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni - Juni 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/pensi.v2i1.1712

Abstract

Media audio-visual adalah media yang mengandalkan indera pendengaran dan indera penglihatan, salah satu fungsi media audio-visual adalah sebagai alat bantu pembelajaran, yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan dan didesain oleh guru. Media video merupakan salah satu jenis media audio visual. Mata pelajaran seni budaya dalam bidang seni tari di SMA Negeri Satu Atap Lembongan belum menggunakan media pembelajaran audio-visual. Hal ini berdampak pada jalannya materi seni tari dan berpengaruh kepada peserta didik yang kurang memahami materi sehingga pembelajaran terjadi kurang efektif , dengan adanya video pembelajaran tari Sekar Cempaka peserta didik akan lebih mudah memahami isi dari video tersebut. Penelitian ini difokuskan pada proses pembuatan video pembelajaran tari Sekar Cempaka, proses validasi uji ahli, proses uji perorangan, dan uji kelompok kecil. Penelitian ini berpendekatan penelitian pengembangan atau research and development. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa observasi, wawancara dan angket. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang dianalisis dengan skor dan data kualitatif berupa komentar dan saran dianalisis secara kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah proses pembuatan video, diawali dengan analisis materi tari Sekar Cempaka mencakup sejarah,sinopsis, fungsi, iringan, ragam gerak, struktur, pola lantai, tata rias, tata busana dan tari Sekar Cempaka secara keseluruhan yang dikemas dalam DVD. Setelah video pembelajaran terbentuk, selanjutnya dilakukan validasi oleh uji ahli. Hasil penilaian uji ahli seni tari, ahli media, guru seni budaya terhadap video pembelajaran tari Sekar Cempaka, bahwa video pembelajaran sangat layak dan tidak perlu direvisi. Selanjutnya dilakukan uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil pada siswa kelas XI IPA dan IPS SMA Negeri Satu Atap Lembongan. Hasil uji coba menunjukan bahwa video pembelajaran tari Sekar Cempaka dalam kategori sangat layak.
Tari Kreasi Natyaning Kawangen Sindi, kadek; Ruspawati, Ida Ayu Wimba; Adnyana, Anak Agung Ketut Oka
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 4 No 1 (2024): Jurnal IGEL Vol 4 No 1 2024
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/jijod.v4i1.3281

Abstract

TARI KREASI NATYANING KAWANGENOleh : Kadek Sindi NIM. 202001031Tari Kreasi Natyaning Kawangen adalah tari kreasi baru yang menceritakan tentang wujud dari salah satu sarana persembahyangan yaitu Kawangen yang merupakan salah satu wujud nyata (pengamalan) sujud bakti yang ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Alasan pencipta mengangkat tema ini karena pencipta ingin menampilkan keagungan atau keindahan Kawangen yang diwujudkan oleh seorang wanita karena memiliki penampilan yang indah. Pada proses penciptaannya, pencipta bekerjasama dengan Sanggar Warini dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dengan mengambil program Studi/Projek Independen. Penciptaan Tari Kreasi Natyaning Kawangen menggunakan metode penciptaan Angripta Sasolahan (menciptakan tari-tarian) oleh I Kt. Suteja dalam buku Catur Asrama Pendakian Spiritual Masyarakat Bali Dalam Sebuah Karya Tari. Di dalam buku tersebut dijelaskan lima tahapan penciptaan yaitu ngerencana, nuasen, makalin, nelesin, dan ngebah. Tari Kreasi Natyaning Kawangen merupakan tari kreasi yang dibawakan secara kelompok yang ditarikan oleh 6 orang penari wanitadengan struktur tarinya yaitu pepeson, pengawak, pengecet, pekaad yang berdurasi 12.16 menit. Pencipta berharap nilai-nilai yang terkandung dalam karya ini dapat menampilan keagungan dan keindahan Kawangen.Kata Kunci: Tari Kreasi, Natyaning Kawangen, Sarana Persembahyangan
TARI JEJANGERAN CARUB: MENGGAMBARKAN HARMONI ALAM DAN ANCAMAN PENCEMARAN LAUT Ruspawati, Ida Ayu Wimba
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 4 (2024): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Tari Jejangeran Carub sebagai media komunikasi dalam menyampaikan pesan keberlanjutan ekosistem laut kepada masyarakat pesisir Nusa Penida, Bali. Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan atas meningkatnya ancaman pencemaran laut, khususnya oleh sampah plastik, yang berdampak buruk pada tradisi mebulung (penanaman rumput laut), sebuah praktik ekonomi dan budaya penting bagi masyarakat setempat. Dengan menggunakan metode autoetnografi, penelitian ini mengintegrasikan pengalaman langsung penulis dengan kehidupan komunitas petani rumput laut di Nusa Penida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Jejangeran Carub efektif menyampaikan pesan sosial dan ekologis tentang pentingnya menjaga kebersihan laut. Tari ini tidak hanya berfungsi sebagai pertunjukan seni, tetapi juga sebagai alat edukatif yang meningkatkan kesadaran publik mengenai pelestarian lingkungan laut dan budaya lokal. penelitian ini membuktikan bahwa seni tradisional, seperti Tari Jejangeran Carub, dapat menjadi alat yang signifikan dalam mendorong kesadaran ekologis. Tari ini memperlihatkan peran seni pertunjukan dalam memperkuat identitas budaya dan mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pendekatan yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
Community Empowerment of Tanjung Benoa Village Bali Through Collaborative Workshop of Kamala Madya Dance Ruspawati, Ida Ayu Wimba; Widyastuti, Ida Ayu Gede Sasrani
International Journal of Multidisciplinary Sciences Vol. 3 No. 2 (2025)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37329/ijms.v3i2.3934

Abstract

The background of this study lies in the partner's need for additional dance materials to diversify tourist performances and enrich the artistic offerings of their community-run studio. The objective is to analyze the collaborative process between the choreographer (researcher) and the local art studio, Sanggar Sekar Segara Madu, in developing an original dance performance. This research aims to empower the art community in Tanjung Benoa Village through the collaborative creation of the Kamala Madya dance. A qualitative method was employed, using reflective narrative techniques and in-depth interviews with dancers and facilitators to gather data. The results show that the collaboration successfully produced the Kamala Madya dance, which is artistically valuable and culturally grounded in Hindu philosophical principles. The choreographer and composer translated creative concepts into choreography and music, while the partners contributed by designing costumes and mobilizing local dancer talent. This collaborative effort has positively impacted the local community by fostering cultural expression, strengthening local identity, and enhancing the studio’s repertoire. In conclusion, this study demonstrates how participatory choreography can be a powerful tool for community empowerment, with implications for sustaining local cultural industries and encouraging further research into collaborative arts practices and their role in preserving cultural heritage.
Penciptaan Tari Murdha Nata Anjali Mahottama dalam Program Nata Citta Swabudaya di Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung Gunarta, I Wayan Adi; Ruspawati, Ida Ayu Wimba
Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 4 No 2 (2025): Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/awjpm.v4i2.5389

Abstract

Keindahan alam, tradisi, seni, dan budaya di Desa Paksebali adalah potensi penting yang dapat dikembangkan menjadi wisata budaya. Dari keberadaan Desa Paksebali sebagai salah satu destinasi Desa Wisata, maka perlu diciptakan sebuah tari maskot yang dapat dijadikan sebagai ikon Desa Paksebali. Berdasarkan hal itu, melalui Program Nata Citta Swabudaya Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Seni Indonesia Denpasar bermitra dengan Desa Paksebali untuk berkolaborasi membangun penguatan ekosistem dan pemajuan seni budaya, salah satunya lewat penciptaan tari. Tari Murdha Nata Anjali Mahottama diciptakan untuk dapat berkontribusi dalam rangka menguatkan dan mempromosikan keberadaan Desa Paksebali sebagai destinasi wisata. Metode yang digunakan dalam proses penciptaannya terdiri dari tiga tahapan, yaitu: tahap penjajagan (exploration), tahap percobaan (Improvisation), dan tahap pembentukan (Forming). Ketertlibatan masyarakat setempat, khususnya para remaja putri sebagai penari dalam proses penciptaan Tari Murdha Nata Anjali Mahottama merupakan cara untuk mewujudkan ekosistem seni yang berkelanjutan dan alih keterampilan tari. Hasil kegiatan ini adalah terciptanya sebuah karya tari kreasi baru berjudul Tari Murdha Nata Anjali Mahottama yang ditarikan oleh tujuh orang penari putri, dengan diiringi gamelan Gong Kebyar. Tarian ini telah dipentaskan perdana pada hari Selasa, 27 Agustus 2024 bertempat di Wantilan Pura Puseh dan Pura Bale Agung, Desa Adat Sampalan, Desa Paksebali.
Tari Kreasi Mapepare Maharani, Putu Devia; Suryani, Ni Nyoman Manik; Ruspawati, Ida Ayu Wimba
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 1 No 2 (2021): Terbitan Kedua Bulan Oktober tahun 2021
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.593 KB) | DOI: 10.59997/journalofdance.v1i2.865

Abstract

Mapepare is a new dance creation that describes the activities of a group of Tenganan Pegringsingan women who offer Pepare offerings during Ngusaba Kasa in Tenganan Pegringsingan Village. Every ceremonial procession held in Tenganan Pegringsingan Village requires careful preparation, both physically and mentally, because if something unwanted happens in the procession, customary sanctions will be imposed. This applies in the procession of the Pepare offerings, if one of the people in charge of the Pepare offerings accidentally drops one of the elements in the Pepare ceremony, it will be subject to customary sanctions that apply in Tenganan Pegringsingan Village. The method of creation used in the Mapepare dance work is the method of creation by Alma M. Hawkins which includes the exploration, improvisation, and forming stages, so as to give birth to patterns of motion both in physical form, as well as exploration of ideas so that the concept of the work to be worked on appears. Mapepare dance works using the concept of a large group with seven female dancers. The movement patterns used are derived from movements in Balinese dance such as agem, away, badminton, and tangkep which are then redeveloped according to the ideas and themes used. The property used is the Pepare offering which was arranged by the dancers. The accompaniment music used is the Selonding gamelan. The overall duration of the work is 13 minutes, Mapepare dance works are perfomed at the Pelangi Budaya NusantaraStudio, Denpasar.Keywords: Mapepare, mesuunan, customary sanctions
Tari Legong Suddhamala Di Sanggar Semara Ratih Ubud Lestari, Ni Nyoman Gek Ayu Indah; Ruspawati, Ida Ayu Wimba; Suminto, Suminto
Jurnal IGEL : Journal Of Dance Vol 2 No 2 (2022): Terbitan Kedua Bulan November tahun 2022
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.526 KB) | DOI: 10.59997/journalofdance.v2i2.1881

Abstract

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka merupakan program belajar di luar program studi kurikulum baru yang dibuat oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Nadiem makarim) diterapkan pada 24 Januari 2020 guna untuk mencetak lulusan yang unggul dan menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Tari Legong Suddhamala merupakan tari hiburan yang diciptakan oleh Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., MA. pada tahun 2012 dengan musik iringan yakni gamelan Semarandana yang diciptakan oleh I Ketut Cater, S.Sn. Legong adalah tari klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak yang sangat kompleks. Sedangkan Suddhamala adalah kata dalam Bahasa Sanskerta yang mengandung arti penyucian atau peleburan. Tari Legong Suddhamala memiliki keunikannya tersendiri yakni memiliki gerakan yang murni dari tarian legong dan mengangkat sebuah kisah dari cerita Kunti Sraya mengenai pengeruwatan (penyucian). Dengan menggunakan metode kualitatif, maka akan mengacu pada teori estetika dan teori kontekstual. Dari hasil analisis data dan hasil temuan menunjukan struktur pertunjukan dalam membuat karya, sehingga terwujud suatu karya yang dihasilkan melalui proses penelitian.    Kata Kunci : Semara Ratih, Legong Suddhamala, Penyucian