Ryan Nabela Maha Rani
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pijat Tui Na untuk Meningkatkan Nafsu Makan pada Balita Stunting di Desa Tolokan Lestari, Wahyu Indah; Ryan Nabela Maha Rani; Cahyaningrum; Moneca Diah Listiyaningsih
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 2 No. 1 (2023): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Based on the results of 2023 data, it shows that 17.7% of infants under 5 years of age (toddlers) are still experiencing nutritional problems. This figure consists of children under five who experience malnutrition by 3.9% and those who suffer from malnutrition by 13.8%. Significantly, there are 17 toddlers who are stunted. The incidence of malnutrition in Indonesia is still a major health problem. The incidence of malnutrition in Indonesia among toddlers in 2018 is still high, namely 17.7% compared to the 2019 RPJMN target of 17%. The high incidence of malnutrition has a negative impact, including the physical and mental growth and mindset of toddlers, which can lead to disability and death. This is due to the low knowledge of mothers about nutrition. Impact of stunting in Indonesia Health impact Failure to thrive (low birth weight, small, short, thin), cognitive and motor development barriers, metabolic disorders in adulthood, non-communicable diseases (diabetes, obesity, stroke, heart disease, etc.). Method This Community Service activity is in the form of providing counseling and training to mothers of toddlers who often experience stunting. The training activities were carried out in Tolokan Village, Kab. This Semarang activity was carried out using the lecture method, discussion and practice of implementing tuina massage. Participants in this activity were mothers of toddlers who experienced stunting and often participated in posyandu activities in Tolokan Village as many as 17 mothers of toddlers with stunting.   Abstrak Berdasarkan hasil data 2023 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%. Secara signifikan tolokan ada 17 balita yang mengalami stunting Angka kejadian gizi buruk di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama. Angka kejadian gizi kurang di Indonesia pada balita pada tahun 2018 masih tinggi yaitu 17,7% dibandingkan target RPJMN 2019 sebesar 17%. Tingginya angka kejadian gizi buruk berdampak negatif, antara lain pertumbuhan fisik mental dan pola pikir pada balita, yang dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian. Hal ini disebabkan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi. Dampak masalah stunting di Indonesia Dampak kesehatan Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus), hambatan perkembangan kognitif dan motoric, Gangguan metabolik pada saat dewasa risiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lain sebagainya). Metode Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah berupa pemberian penyuluhan dan pelatihan pada ibu balita yang sering mengalami stunting. Kegiatan pelatihan dilakukan di Desa Tolokan Kab. Semarang Kegiatan ini dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan praktik pelaksanaan pijat tuina. Peserta dari kegiatan ini ibu balita yang mengalami stunting dan sering mengikuti kegiatan posyandu di Desa Tolokan sebanyak 17 orang ibu balita dengan stunting. Sebelum dilakukan penyuluhan pijat tuina ibu yang memiliki balita dengan stunting tidak mengetahui tentang manfaat serta gerakan pijat tuina yaitu untuk meningkatkan nafsu makan. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhn tentang pijat tuina dan praktik kepada balita masing-masing didapatkan hasil bahwa ibu dapat mengulang kembali beberapa materi yang telah dipaparkan serta mempraktikkan beberapa gerakan yang sudah diajarkan oleh peneliti.
Pendidikan Kesehatan Gizi dan Pijat Oksitosin dalam Upaya Mengatasi Produksi ASI pada Ibu Post Partum Wahyu Indah Lestari; Widayati; Masruroh; Ryan Nabela Maha Rani; Nova Oktaviani; Nafa Nofitasari; Anissa Regita; Alya Fernanda Khairani; Vanisa; Eva Desita Sari
INDONESIAN JOURNAL OF COMMUNITY EMPOWERMENT (IJCE) Vol. 6 No. 2 (2024): Indonesian Journal of Community Empowerment November 2024
Publisher : UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35473/ijce.v6i2.3439

Abstract

WHO recommendations in order to achieve optimal growth and development are giving breast milk to babies immediately within 30 minutes after the baby is born, giving only breast milk (ASI) or exclusively breastfeeding from birth until the baby is 6 months old, providing complementary foods for breast milk ( MP-ASI) from when the baby is 6 months old to 24 months or more. Providing nutrition to newborns is done by providing good breast milk, namely exclusive breastfeeding, but sometimes mothers experience difficulties in giving breast milk because they think that the milk has not yet come out and they are still stiff in giving breast milk, especially for young mothers who are giving birth for the first time. Prevention can be done by providing health education about nutrition during breastfeeding and oxytocin massage therapy to increase breast milk production.  Prevention can be done by providing health education about nutrition during breastfeeding and oxytocin massage therapy to increase breast milk production. The results of this community service show that the average knowledge of postpartum mothers has increased, where the average post-test knowledge is greater than the average pre-test score. Therefore, postpartum mothers’ knowledge about nutrition and oxytocin massage has increased.   ABSTRAK Menurut WHO untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal yaitu memberikan air susu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara ekslusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulam sampai dengan 24 bulan atau lebih. Pemberian nutrisi pada bayi baru lahir dilakukan dengan cara pemberian ASI yang baik yaitu ASI Eksklusif, tetapi kadang ibu mengalami kesulitan dalam pemberian ASI karena anggapan ASI belum keluar dan masih kaku dalam pemberian ASI terlebih pada ibu muda yang pertama kali melahirkan. Pencegahan dapat dilakukan dengan diberikan pendidikan kesehatan tentang gizi selama menyusui dan terapi pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI. Hasil pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan ibu nifas mengalami peningkatan dimana rata-rata pengetahuan post retsnya lebih besar daripada nilai rata-rata pre test. Oleh karena itu, pengetahuan ibu nifas tentang gizi dan pijat oksitosin mengalami peningkatan.
Pelaksanaan Komunitas Praktik Kerja Lapangan Kebidanan Komunitas di Kelurahan Gogik Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Wahyu Indah Lestari; Aprillia, Rika; Jumilah Fitriana; Ryan Nabela Maha Rani; Yulinda Yasa Putri; Alya Fernanda Khairani; Ida Sofiyanti
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 4 No. 1 (2025): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Public health issues, particularly in the community midwifery sphere, remain an important concern that requires comprehensive treatment. This activity aims to improve community knowledge and behavior through communication, information, and education to target groups such as pregnant women, postpartum mothers, toddlers, and adolescents in Gogik Village. The methods used include interviews, observations, counseling, and direct practical training such as prenatal yoga, oxytocin massage, and nutrition education and child growth and development. The interview method was carried out directly with community leaders such as the Village Head and Village Midwife to obtain primary data, which was then followed by an assessment of the target through door-to-door interviews  with families. The work steps implemented in community midwifery practice include: initial meetings with midwives and village cadres, identification and assessment of problems from 2-7 June 2025 directly to 19 RT 1 RW, analysis and formulation of problems, determination of priorities and diagnosis of problems based on the data obtained, planning and implementation of activities carried out on June 21, 2025,  and evaluation of the results of activities carried out on the same day. The results of the activity show that there is an increase in understanding and active involvement of the community in maintaining maternal and child health. The education provided also helps the community in recognizing and overcoming basic health problems independently. Thus, a participatory and educational community midwifery approach has proven to be effective in improving the degree of public health in the intervention area. Based on all the activities that have been carried out, both physically and non-physically, it is hoped that the results achieved can provide real benefits to the community and can be maintained and developed sustainably.   Abstrak Masalah kesehatan masyarakat, khususnya dalam lingkup kebidanan komunitas, masih menjadi perhatian penting yang memerlukan penanganan komprehensif. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi kepada kelompok sasaran seperti ibu hamil, ibu nifas, balita, dan remaja di Kelurahan Gogik. Metode yang digunakan meliputi wawancara, observasi, penyuluhan, dan pelatihan praktik secara langsung seperti yoga prenatal, pijat oksitosin, serta edukasi nutrisi dan tumbuh kembang anak. Metode wawancara dilakukan secara langsung dengan tokoh masyarakat seperti Kepala Kelurahan dan Bidan Kelurahan untuk memperoleh data primer, yang kemudian dilanjutkan dengan pengkajian kepada sasaran melalui wawancara door to door kepada keluarga. Langkah kerja yang diterapkan dalam praktik kebidanan komunitas meliputi: pertemuan awal dengan bidan dan kader kelurahan, identifikasi dan pengkajian masalah mulai 2–7 Juni 2025 secara langsung ke 19 RT 1 RW, analisis dan perumusan masalah, penentuan prioritas dan diagnosis masalah berdasarkan data yang diperoleh, perencanaan dan implementasi kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2025, serta evaluasi terhadap hasil kegiatan yang dilakukan pada hari yang sama. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga kesehatan ibu dan anak. Edukasi yang diberikan juga membantu masyarakat dalam mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan dasar secara mandiri. Dengan demikian, pendekatan kebidanan komunitas yang dilakukan secara partisipatif dan edukatif terbukti efektif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah intervensi. Berdasarkan seluruh kegiatan yang telah dilakukan, baik secara fisik maupun nonfisik, diharapkan hasil yang dicapai dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat serta dapat dipertahankan dan dikembangkan secara berkelanjutan.  
Continuity of Care (COC) pada Ny L Umur 35 Tahun G2P1A0 di PMB Isnaningsih Ryan Nabela Maha Rani; Ninik Christiani
Prosiding Seminar Nasional dan CFP Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo Vol. 4 No. 1 (2025): Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Kebidanan Universitas Ngudi Waluy
Publisher : Universitas Ngudi Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Continuous midwifery care (continuity of care) is the provision of midwifery care from pregnancy, childbirth, postpartum, neonate until deciding to use family planning. This aims to help monitor and detect the possibility of complications that accompany each mother and baby from pregnancy until the mother uses family planning. The method of midwifery care at PMB Isnaningsih and through home visits by providing counseling according to the mother's needs. Midwifery care provided to Mrs. "L" lasted from pregnancy, childbirth, postpartum, neonate to family planning with a frequency of 2 pregnancy visits, 1 delivery, 2 postpartum, 2 neonates, and 1 family planning. In Mrs. "L" the pregnancy process went physiologically without any problems or complications although in TM II the mother experienced back pain. The entire delivery process took place normally and smoothly without any complications and management had been carried out according to the 60 APN steps. In midwifery care during the postpartum period, it was normal and smooth. In providing midwifery care for family planning, the mother has been given counseling and decided to use Injectable Family Planning. Continuous midwifery care (continuity of care) that has been carried out on Mrs. "L" during pregnancy, childbirth, postpartum period, newborns, and family planning, the examination results were within normal limits and there were no accompanying complications. It is expected that the midwife profession in providing continuous midwifery care (continuity of care) will always apply midwifery management, maintain and improve competence in providing care according to midwifery service standards.   Abstrak Asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) yaitu pemberian asuhan kebidanan sejak kehamilan, bersalin, nifas, neonatus hingga memutuskan menggunakan KB. Hal  ini  bertujuan  sebagai  upaya  untuk  membantu memantau dan mendeteksi adanya Kemungkinan timbulnya komplikasi yang menyertaisetiap ibu dan bayi dari masa kemamilan sampai ibu menggunakan KB. Metode asuhan kebidanan di PMB Isnaningsih dan melalui kunjungan rumah dengan memberikan konseling sesuai kebutuhan Ibu. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.”L” berlangsung dari masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus sampai KB dengan frekuensi kunjungan hamil sebanyak 2 kali, persalinan 1 kali, nifas 2 kali, neonatus 2 kali,serta KB sebanyak 1 kali. Pada Ny.”L” proses kehamilan berjalan dengan fisiologis tidak ada masalah maupun komplikasi walaupun pada TM II ibu mengalami nyeri punggung. Seluruh proses persalinan berlangsung normal dan lancar tanpa ada penyulit atau komplikasi dan penatalaksanaan telah dilakukan sesuai 60 langkah APN. Pada asuhan kebidanan masa nifas normal dan lancar. Dalam memberikan asuhan kebidanan KB ibu telah diberikan konseling dan memutuskan menggunakan KB Suntik Asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) yang telah dilakukan pada Ny. “L” saat hamil, bersalin, masa nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal dan tidak ada penyulit yang menyertai. Diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) selanjutnya selalu menerapkan manajemen kebidanan, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan asuahan sesuai standar pelayanan kebidanan.