Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Trends in Formulation of Night Cream Containing Essential Oil Isnaini, Nadia; Faradhila, Jihan; Maysarah, Hilda; Prajaputra, Vicky; Harnelly, Essy; Zulkarnain, Zulkarnain; Maryam, Siti; Muhammad, Syaifullah; Haditiar, Yudi; Desiyana, Lydia Septa; Sari, Febia
Journal of Patchouli and Essential Oil Products JOURNAL OF PATCHOULI AND ESSENTIAL OIL PRODUCT : VOLUME 2, ISSUE 2 (DECEMBER 2023)
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jpeop.v2i2.36090

Abstract

Night creams play a pivotal role in skincare routines by safeguarding against nocturnal moisture loss and promoting a smooth, wrinkle-free complexion. However, conventional formulations of night creams often incorporate synthetic active substances, potentially leading to adverse effects over prolonged use. Addressing this concern involves substituting these synthetic compounds with natural ingredients, particularly essential oils, renowned for their diverse skincare benefits encompassing anti-acne, anti-aging, anti-wrinkle, and moisturizing properties. A systematic review was conducted to establish a foundation for future investigations, focusing on the integration of essential oils in night cream formulations. The outcomes revealed that various night cream formulations, enriched with essential oils derived from natural ingredients such as rosemary oil, camellia oil, clove oil, geranium oil, lemongrass oil, rosehip oil, and sandalwood oil, demonstrate remarkable efficacy in preserving skin moisture. The versatility of essential oils has been showcased in the development of night creams, boasting diverse beneficial effects across skincare concerns. This systematic investigation highlights the potential of essential oil-based night creams, which have recently gained traction in the global market. The burgeoning introduction of these products signifies an escalating demand for such skincare solutions and points towards promising prospects for future advancements in essential oil-based night creams.Keywords: essential oils, formulation, natural product chemistry, night cream, patchouli oil, skincare
FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DAN UJI AKTIVITAS TERHADAP BAKTERI Staphyloccoccus epidermidis Rahmi, Putri; Ariska, Desy; Sari, Febia
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.4208

Abstract

Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) adalah tanaman obat yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai obat tradisional, dan memiliki senyawa aktif alkaloid, flavonoid, tanin dan terpenoid yang memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa formulasi gel ekstrak etanol daun binahong aktivitas antibakteri, dan untuk mengetahui perbedaan efektivitas gel ekstrak daun binahong terhadap bakteri Staphyloccoccus epidermidis. Penelitian ini bersifat eksperimental. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol 96%. Konsentrasi ekstrak etanol daun binahong yang digunakan sebesar F1 (5)%, F2 (10%), dan F3 (15%) dengan kontrol positif gentamisin sulfate 0,1% dan kontrol negatif berupa basis gel (blanko). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan melihat zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram. Hasil penelitian uji aktivitas antibakteri menunjukkan ekstrak etanol daun binahong F1 (5%) memiliki diameter zona hambat rata-ratanya yaitu sebesar 7,27 mm, F2 (10%) berdiameter sebesar 8,62, dan F3 (15%) berdiameter sebesar 9,13 mm. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphyloccoccus epidermidis.Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) ke dalam bentuk sediaan lain, seperti cream atau salep untuk pengobatan pada kulit yang terluka seperti luka bakar, luka terbuka.Kata kunci : Antibakteri, Daya hambat, Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Staphylococcusepidermidis.Binahong leaf (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) is a medicinal plant that is often used by the community as traditional medicine, and has active compounds of alkaloids, flavonoids, tannins and terpenoids that have antibacterial activity. This study aims to determine the antibacterial activity of the ethanol extract gel formulation of binahong leaves, and to determine differences in the effectiveness of the binahong leaf extract gel against the bacteria Staphyloccoccus epidermidis. This research is experimental. The extraction method used is maceration with 96% ethanol as solvent. The concentration of the ethanol extract of binahong leaves used was F1 (5)%, F2 (10%), and F3 (15%) with a positive control of 0.1% gentamicin sulfate and a negative control in the form of a gel base (blank). Antibacterial activity test using disc diffusion method by looking at the inhibition zone formed around the paper disc. The results of the antibacterial activity test showed that the ethanol extract of binahong leaves F1 (5%) had an average diameter of the inhibition zone of 7.27 mm, F2 (10%) had a diameter of 8.62, and F3 (15%) had a diameter of 9. 13 mm. The conclusion of this study is that the gel preparation of the ethanol extract of the leaves of binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) has antibacterial activity against the bacterium Staphyloccoccus epidermidis. It is recommended that further researchers formulate the leaves of binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) into other dosage forms, such as creams or ointments for the treatment of injured skin such as burns, open wounds.Keywords: Antibacterial, Inhibition, Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis), Staphylococcus epidermidis
UJI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL DAUN PUTRI MALU (Mimosa Pudica L.) PADA MENCIT GALUR WISTAR Ananda, Zulia; Meilina, Rulia; Sari, Febia; Husna, Asmaul; Watani, Nurul
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.4183

Abstract

Penggunaan obat herbal tidak selalu aman karena ia juga mengandung zat-zat kimia yang kebanyakan belum ditentukan keamanannya, zat yang beracun akan menimbulkan efek toksik bagi manusia, hal ini disebabkan oleh pemakaian dosis dan lamanya penggunaan obat yang tidak tepat. Obat tradisional digunakan akan menyebabkan terjadinya efek yang merugikan misalnya gangguan terhadap organ-organ vital, untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka tentu melalui beberapa tahap uji farmakologi, uji klinik dan uji toksisitas. Uji toksisitas subkronik merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama 14 hari. Tanaman Putri malu (Mimosa Pudica L.) bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit lain, seperti kencing batu, cacingan, insomnia, peradangan saluran napas dan herpes. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efek toksisitas subkronik pemberian berulang dan mengetahui batas keamanan dosis ekstrak daun putri malu. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan 25 mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok di setiap jenis dengan variasi dosis 350 mg/kgBB, 600 mg/kgBB, 750 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB, dan kelompok kontrol negatif. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu kematian mencit, perubahan berat badan, dan pengamatan terhadap organ hati dan ginjal. Hasil pengamatan menunjukkan tidak terdapat pengaruh toksik subkronis pada kulit, bulu, berat badan, berat organ hati, berat organ ginjal dan tidak terdapat perubahan warna organ hewan uji. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kandungan ekstrak daun putri malu tidak memiliki toksik subkronik terhadap kadar obat pada mencit galur wistar. Kesimpulannya yaitu pemberian berulang ekstrak putri malu (Mimosa pudica L.) tidak menimbulkan nekrosis terhadap histologi organ hati dan ginjal mencit galur wistar dan Tidak adanya kerusakan pada histologi organ hati dan ginjal mencit galur wistar walaupun adanya peningkatan dosis pemberian ekstrak putri malu (Mimosa pudica L.).Kata Kunci : Hati, Ginjal, mencit, daun putri malu, toksisitas subkronikThe use of herbal medicine is not always safe because it also contains chemical substances, most of which safety has not been determined, toxic substances will cause toxic effects for humans, this is caused by the use of inappropriate doses and duration of drug use. Traditional medicine used will cause adverse effects such as disturbance to vital organs, to advance to phytopharmaca products, of course through several stages of pharmacological testing, clinical trials and toxicity tests. Subchronic toxicity test is a test to detect toxic effects that appear after administration of test preparations with repeated doses given orally to test animals for 14 days. Putri shame plant (Mimosa Pudica L.) can be used to treat various other diseases, such as urinary stones, intestinal worms, insomnia, inflammation of the respiratory tract and herpes. The purpose of this study was to determine the effect of subchronic toxicity of repeated administration and to determine the safety limit of the dose of Putri malu leaf extract. This research was conducted by experimental method using 25 mice which were divided into 5 groups in each species with varying doses of 350 mg/kgBW, 600 mg/kgBW, 750 mg/kgBW, 1000 mg/kgBW, and a negative control group. Observations made in this study were the death of mice, changes in body weight, and observations of the liver and kidneys. The results showed that there was no sub-chronic toxic effect on skin, hair, body weight, liver weight, kidney weight and no change in the color of the test animal organs. From the results of the study, it can be seen that the content of the Putri malu leaf extract does not have subchronic toxicity to the drug levels in the wistar strain mice. The conclusion is that repeated administration of the Mimosa pudica (Mimosa pudica L.) extract did not cause necrosis of the liver and kidney histology of the Wistar strain mice and there was no damage to the liver and kidney histology of the Wistar strain mice even though there was an increase in the dose of the Mimosa pudica L mice extract. .).Keywords: Liver, Kidney, mice, Putri malu leaves, subchronic toxicity
KARAKTERISASI DAN SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK DAUN JAMBLANG (Syzygium Cumini L. (Skeels)) 0, mona asiah; sari, Febia
JURNAL ILMIAH FARMASI SIMPLISIA Vol. 4 No. 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Jurusan Farmasi, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/jifs.v4i2.749

Abstract

Jamblang (Syzygium cumini L. (Skeels)), is a plant that is thought to contain tannin compounds. Of the various types of polyphenols, tannin is an active ingredient that is used as a natural coagulant. Tannin, or known as tannic acid, is a water-soluble polyphenol that contains many functional groups such as hydroxyl or carboxyl (Bele et al., 2010). Characterization of simple drugs is important to do to determine the authenticity and quality of simple drugs which will later become standards if the simple drugs are used as test materials. The purpose of this study was to determine the characteristics of jamblang leaf simple drugs. The study began with sampling, determination, making simple drugs, characterization including macroscopic tests, microscopic tests, determination of water content, ash content, acid-insoluble ash content and phytochemical screening. Data were analyzed using descriptive methods. Macroscopic and microscopic characterization of jamblang leaves showed that jamblang leaves are single, thick leaves. The leaf blades are oval, the edges are flat, the leaf veins are pinnate, and the upper surface is shiny. Microscopic examination of jamblang leaves shows that jamblang leaves have a cuticle layer and have anomotetracyclic stomata. The water content of the ethanol extract of jamblang leaves is 5.98%, the total ash content is 4.15%, and the acid-insoluble ash content is 0.81%. The results of phytochemical screening of jamblang leaf extract contain steroids/triterpenoids, glycosides, saponins, flavonoids, tannins, and alkaloids.
Pencegahan Penyakit Degeneratif dengan Pemeriksan Diabetes di Lingkungan Fmipa Universitas Syiah Kuala Meutia, Rena; Fadhilah, Dhea Nur; Sabrina, Nur Irhamni; Sari, Febia; Meila, Okpri
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ilmu Kesehatan Vol 6, No 2 (2025): Edisi Juli
Publisher : LPPM Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jpmik.v6i2.6540

Abstract

Penyakit degeneratif merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi organ didalam tubuh yang terjadi pada jangka panjang akibat proses penuaan. Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degenaratif. Penyakit degeratif ini akan menyebabkan komplikasi yang parah seperti, komplikasi ginjal, jantung hingga mengalami kebutaan. Oleh karena itu, harus dilakukan kegiatan preventif dan edukasi dalam menurunkan tingkat peningkatan penyakit ini. Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Departemen Kesehatan, didapatkan hasil prevalensi di Indonesia penyakit diabetes melitus sebesar 6,9%. Tujuan pengabdian ini dilakukan yaitu untuk meningkatkan pemahaman tentang penyebab, akibat, pencegahan dan penanggulangan pada penyakit degeneratif diabetes melitus, serta melakukan pengecekan kadar guladarah pada peserta. Metode yang dilakukan mencakup melakukan pengecekan gula darah, edukasi tentang penyakit diabetes melitus, tentang pencegahan serta pengobatan. Kegiatan melibatkan seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada dilingkungan Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. Hasil yang diperoleh dari pengabdian ini menunjukkan dari keseluruhan peserta pada saat pengujian glukosa darah dari total 50 tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, seluruhnya didapatkan hasil masih dalam nilai normal. Edukasi yang dilakukan yaitu meliputi tentang penyakit diabetes mellitus, pencegahan penyakit dan pengobatan yang dapat dilak ukan. Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu, nilai glukosa darah pada seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala masih dalam keadaan normal dan tidak ada faktor resiko yang menyebabkan timbulnya penyakit diabetes melitus. Adapun saran dari pengabdian ini yaitu supaya kedepannya para peserta dapat lebih banyak yang ikut amtusias dalam pengabdian ini.
Pengembangan Potensi Ampas Kopi Gayo Robusta dan Bunga Kenanga Sebagai Body Scrub Antioksidan Di Kabupaten Aceh Besar Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Suci Nasution, Embun; Ronaldo Tanjung, Hari; Sari, Febia; Aprilia, Cut
Jukeshum: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): Edisi Januari 2024
Publisher : Universitas Haji Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51771/jukeshum.v4i1.779

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan workshop kepada masyarakat di desa Lampuuk, kecamatan Darussalam, kabupaten Aceh Besar, terkait inovasi dan strategi yang dapat dilakukan guna meningkatkan dan mengembangkan potensi bahan alam melalui workshop pembuatan body scrub antioksidan dari ampas kopi robusta gayo dan bunga kenanga, serta edukasi tentang branding profesi apoteker, antioksidan dan khasiatnya, marketing dan business plan sehingga masyarakat dapat mengembangkan produk dan menjualnya sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Metode yang digunakan pada pengabdian ini adalah metode modifikasi Community Based Interactive Approach (CBIA) dimana peserta yang merupakan perwakilan masyarakat secara aktif terlibat selama kegiatan berlangsung. Kegiatan ini dievaluasi melalui hasil pre-test dan post-test. Dari hasil analisis pre-test dan post-test diketahui bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Edukasi dan workshop yang diberikan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai profesi apoteker, cara pembuatan body scrub, antioksidan dan khasiatnya, serta marketing dan business plan.
Sosialisasi dan Workshop Pembuatan Permen Jahe (zingiber officinale rosc.) dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan dan Perekonomian Keluarga Sylvia Br. Ginting, Ovalina; Mira Rangkuty, Sailana; Sari, Febia; Sharfina, Dirayati
Jukeshum: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2024): Edisi Juli 2024
Publisher : Universitas Haji Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51771/jukeshum.v4i2.981

Abstract

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu komoditas rempah dan obat yang umum digunakan di Indonesia. Penggunaan jahe sangat sesuai untuk berbagai macam olahan karena selain mempunyai rasa dan aroma yang enak dan khas, juga memiliki fungsi sebagai obat yaitu untuk membantu memperbaiki keluahan pada pencernaan, menambah nafsu makan, memperkuat lambung, mencegah infeksi dan meningkatkan sistem imun tubuh. Secara umum, masyarakat Indonesia hanya memanfaatkan tanamna jahe sebagai bahan rempah atau bumbu untuk meningkatkan cita rasa makanan. Padahal tanaman jahe memilik khasiat dan manfaat yang sangat besar dalam hal kesehatan bahkan dalam meningkatkan perekonomian. Budidaya tanaman jahe yang mudah serta dapat dilakukan di pekarangan rumah dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan hasil olahan tanaman jahe menjadi produk yang bernilai ekonomis untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Salah satunya adalah permen jahe. Proses pembuatan permen jahe tergolong mudah dan murah, sehingga dapat diproses dalam bentuk produk rumahan. Permen jahe memiliki rasa yang khas dan umumnya banyak disukai oleh masyarakat. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini adalah Sosialisasi dan workshop pembuatan permen jahe di kelurahan Bela Rakyat, Kecamatan Kuala. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam melakukan usaha rumahan dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat.
FORMULASI SEDIAAN KRIM MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI (Hellianthus Annus L.) SEBAGAI ANTI BAKTERI Staphylococcus aureus Yulisma, Ardhana; Faurina, Dessy; Sari, Febia
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i1.4219

Abstract

Jerawat (acne vulgaris) merupakan penyakit kulit obstruktif dan inflamatif yang terjadi pada kelenjar pilosebasea (kelenjar minyak). Jerawat seringkali timbul akibat adanya kelebihan produksi minyak pada kelenjar sehingga menyebabkan pori-pori kulit tersumbat. Jerawat dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Munculnya jerawat sering terjadi pada masa pubertas, tubuh mengalami perubahan hormonal disertai peningkatan jumlah kelenjar minyak. Minyak biji bunga matahari memiliki kualitas sering digunakan sebagai minyak sayur bumbu salad, juga sebagai bahan baku industri kosmetik dan pelumas. Untuk mengetahui formulasi minyak biji bunga matahari sebagai krim anti jerawat tipe M/A dan dapat mengetahui aktivitas antibakteri minyak biji bunga matahari memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode sumuran.Krim antijerawat merk X digunakan sebagai kontrol positif. Penelitian ini bersifat eksperimental, sampel yang digunakan adalah minyak biji bunga matahari dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 20%. Teknik pengambilan sampel adalah secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim antijerawat memiliki tipe M/A dan memenuhi persyaratan homogenitas serta memiliki pH krim yang baik (4,5-6,5). Krim minyak biji bunga matahari dengan konsentrasi 20% memiliki aktivitas antibakteri yang paling efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jika dibandingkan dengan kontrol positif, maka kontrol positif lebih memiliki zona hambat yang lebih besar daripada konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 20%.Kata kunci  :  Antibakteri, krim antibakteri tipe M/A, minyak biji bunga matahari, Staphylococcus aureusAcne (acne vulgaris) is an obstructive and inflammatory skin disease that occurs in the Pilosebasea gland (oil gland). Acne often occurring due to the excess production of oil in the gland, causing clogged skin pores. Acne in general caused by Staphylococcus aureus, Propionibacterium acnes,and Staphylococcus epidermidis. The appearance of acne often occurs during puberty, the body experiences hormonal changes accompanied by an increase in the number of oil glands. Quality sunflower seed oil is often used as salad dressing oil, as well as a raw material for the cosmetics and lubricating industries. In order to prove the formulation of sunflower seed oil as an M / A type anti-acne cream and to find out the antibacterial activity of sunflower seed oil has antibacterial activity against Staphylococcus aureus using the well method. The brand X anti-acne cream is used as a positive control. This research method is experimental, the sample used is sunflower seed oil with a concentration of 0%, 5%, 10% and 20%. The sampling technique in this research is purposive sampling. The results showed that the anti-acne cream has the type M/A and meets the requirements of homogeneity and has a good cream pH (4.5-6.5). Sunflower seed oil cream with a concentration of 20% has the most effective antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria. When compared with positive controls, which is positive controls have more inhibitory zones greater than the concentrations of 0%, 5%, 10% and 20%.Keywords: Antibacterial, M / A type anti-bacterial cream, sunflower seed oil, Staphylococcus aureus.
FORMULASI SEDIAAN GEL ANTIACNE EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA (Laucaena glauca (L.) Benth) SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus epidermidis Rahmi, Putri; Sari, Febia; Zulaikha, Zulaikha
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.4209

Abstract

Petai cina merupakan sejenis tanaman perdu dari suku Leucaena (polong-polongan) yang sering dimanfaatkan dalam penghijauan. Daun petai cina (Laucaena glauca (L.) Benth) memiliki efektifitas sebagai antiinflamasi pada luka bengkak. Kandungan saponin dalam daun petai cina berperan penting sebagai pembentukan kolagen dalam menyembuhkan luka. Daun petai cina juga telah terbukti memiliki kandungan senyawa fenolik, terpenoid, steroid, tanin dan flavonoid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antibakteri gel ekstrak etanol dari daun petai cina terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini menggunakan difusi agar menggunakan kertas cakram dengan beberapa konsentrasi gel ekstrak etanol daun petai cina yaitu F1 (2%), F2 (4%) dan F3 (6%). Verile acne gel sebagai kontrol positif dan Aquadest sebagai kontrol negatif. Diameter zona hambat yang dihasilkan pada pengujian gel ekstrak daun petai cina terhadap Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi F1 (2%) mendapatkan nilai rata-rata sebesar 6,42 mm, F2 (4%) mendapatkan nilai rata-rata sebesar 8,91 mm da n F3 (6%) mendapatkan nilai rata-rata sebesar 9,20 mm. Sebagai kesimpulan gel ekstrak etanol daun petai cina memiliki aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan kekuatan zona hambat dalam kategori sedang.Kata kunci: Daun petai cina, antibakteri, gel ekstrak etanol, Staphylococcus epidermidisABSTRACTChinese petai is a type of herbaceous plant from the Leucaena tribe (legumes) which is often used in reforestation. Chinese petai leaves (Laucaena glauca (L.) Benth) have an anti-inflammatory effect on swollen wounds. The content of saponins in Chinese petai leaves plays an important role in the formation of collagen in healing wounds. Chinese petai leaves have also been shown to contain phenolic compounds, terpenoids, steroids, tannins and flavonoids. The purpose of this study was to examine the antibacterial activity of the ethanol extract gel from Chinese petai leaves against Staphylococcus epidermidis bacteria. This study used agar diffusion using disc paper with several concentrations of ethanol extract gel of Chinese petai leaves, namely F1 (2%), F2 (4%) and F3 (6%). Verile acne gel as a positive control and Aquadest as a negative control. The diameter of the inhibition zone produced in the test of Chinese petai leaf extract gel against Staphylococcus epidermidis with a concentration of F1 (2%) got an average value of 6.42 mm, F2 (4%) got an average value of 8.91 mm and F3 (6%) got an average value of 9.20 mm. In conclusion, the ethanol extract gel of Chinese petai leaves has activity in inhibiting the growth of Staphylococcus epidermidis bacteria with the strength of the inhibition zone in the moderate category.Keywords: Chinese petai leaf, antibacterial, ethanol extract gel, Staphylococcus epidermidis
Gampong Aware of Stunting Through Strengthening Health Posts Based on Technology Transfer in Alue Naga, Syiah Kuala District, Banda Aceh Desiyana, Lydia Septa; Sari, Febia; Marisa; Kadepa, Novince; Salsabila, Naila
Unram Journal of Community Service Vol. 6 No. 4 (2025): December: In Progress
Publisher : Pascasarjana Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ujcs.v6i4.1285

Abstract

Stunting is a chronic nutritional problem that has long-term impacts on a child's physical and cognitive development. The Indonesian Nutrition Status Survey (SSGI) and the Indonesian Health Survey (SKI) reported that the incidence rate of stunting in Banda Aceh in 2023 was 21.7% (Diskominfo Banda Aceh, 2024). This prevalence rate has decreased compared to the previous year, but the achievement in 2024 still does not meet the target set by the Aceh government, which is 14% (Aceh Social Service, 2024). This highlights the urgency of this activity. The goal of the service is to provide direct and interactive education to the community and to enhance the capacity of posyandu counselors through training, as well as to conduct technology transfer in the form of modules and educational videos about stunting. This service has carried out technology transfer in the form of modules and educational videos about stunting, which are used in training health post counselors with the aim of increasing the knowledge and skills of cadres in educating the community. The measurement results show that training and technology transfer in the form of modules and educational videos increased the knowledge, attitudes, and behaviors of cadres and the community (p<0.05). Strengthening the implementation of this service needs to be carried out through improvements in posyandu procedures and regular monitoring and evaluation. Replication of this service can also be implemented to support program expansion and sustainability.