Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Comorbidities, social, and psychological factors associated with headache in adult Indonesians: data from the 5th Indonesian Family Life Survey (IFLS-5) Barus, Jimmy Fransisco Abadinta; Sudharta, Harvey; Suswanti, Ika; Sasmita, Poppy; Widyadharma, I Putu; Turana, Yuda
Universa Medicina Vol. 43 No. 2 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2024.v43.148-156

Abstract

BackgroundHeadache is a significant health problem worldwide, but national data on headaches in Indonesia are unavailable. Various risk factors have been identified as triggers or factors affecting its occurrence and severity. This study aimed to identify factors associated with headache occurrence in Indonesians aged 20 to 65 years. MethodsA cross-sectional study was conducted involving 26,263 participants aged 20 to 65 years. We covered any social, psychological, and comorbidity variables found in the fifth Indonesian Family Life Survey (IFLS) that could be linked to headaches. A multivariate-adjusted logistic regression model was used to estimate the odds ratios (ORs) and 95% confidence intervals (CI).  ResultsThe prevalence of those who had headache once in the past four weeks was 62.1%. Headache was associated with sleep disturbances (OR 2.24; CI 95% 2.11 – 2.36; p<0.001), depression (OR 1.79; CI 95% 1.67-1.92; p<0.001), hypertension (OR 1.79; CI 95% 1.64 – 1.96; p<0.001), female sex (OR 1.64; CI 95% 1.55 – 1.73; p<0.001), early adulthood (OR 1.32; CI 95% 1.24 – 1.42; p<0.001), hypercholesterolemia (OR 1.33; CI 95% 1.15 – 1.52; p = 0.001), poor/moderate sleep quality (OR 1.22; CI 95% 1.15 – 1.29; p<0.001), and low income (OR 1.12; CI 95% 1.05 – 1.19; p = 0.001). ConclusionsThis study demonstrated that sleep disturbances were the dominant risk factor of headache in subjects aged 20 to 65 years. Furthermore, sleep disturbance treatment should especially be considered in patients with a high level of headache.
Depresi dan Pendidikan Sebagai Determinan Utama Kualitas Hidup Pada Lansia Elsiandi, Caroline Alvina; Turana, Yuda; Handajani, Yvonne Suzy; Barus, Jimmy Fransisco Abadinta
Bahasa Indonesia Vol 23 No 3 (2024): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v23i3.4822

Abstract

Pendahuluan: Kualitas hidup mencerminkan status kesehatan dan kesejahteraan lansia, namun kualitas hidup cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor (faktor sosiodemografi, depresi, dan fungsi kognitif)  yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan studi potong lintang yang dilakukan pada 205 responden berusia ≥60 tahun di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Jelambar dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Kualitas hidup dinilai dengan kuesioner World Health Organization Quality of Life – BREF (WHOQOL-BREF); depresi dinilai dengan Geriatric Depression Scale-15; fungsi kognitif dinilai dengan Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia; variabel lainnya menggunakan kuesioner. Regresi logistik multivariat digunakan untuk menganalisis hubungan antara kualitas hidup dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.  Hasil: Berdasarkan karakteristik sosiodemografi, sebagian besar responden adalah wanita (72,2%), dengan usia lebih dari sama dengan 70 tahun (57,1%), berpendidikan kurang dari sama dengan 12 tahun (56,1%), dan bertatus menikah (55,6%). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara depresi dengan kualitas hidup secara keseluruhan (p=0,014; OR=2,566), kepuasan terhadap kesehatan (p=0,007; OR=2,869), domain fisik (p=0,003; OR=3,049), domain psikologis (p=0,000; OR=4,458), domain hubungan sosial (p=0,000; OR=3,967), dan domain lingkungan (p=0,001; OR=3,407). Pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup secara keseluruhan (p= 0,002), kepuasan terhadap kesehatan (p= 0,016), domain fisik (p= 0,004), domain psikologis (p= 0,012), dan domain lingkungan (p= 0,008). Selain itu, usia hanya memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup secara keseluruhan (p= 0,004). Simpulan: Pendidikan rendah berpengaruh terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, kepuasan terhadap kesehatan, domain fisik, domain psikologis, dan domain lingkungan, sedangkan depresi menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup dan keempat domainnya serta lansia yang mengalami depresi lebih berisiko memiliki kualitas hidup yang buruk.
Gangguan Fungsi Kognitif Sebagai Faktor Risiko Utama Kejadian Depresi Pada Lansia Latasya, Chelsea Destania; Turana, Yuda; Handajani, Yvonne Suzy; Barus, Jimmy Fransisco Abadinta
Bahasa Indonesia Vol 23 No 2 (2024): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v23i2.4356

Abstract

Latar Belakang: Peningkatan prevalensi depresi pada lansia dapat berdampak pada tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini secara spesifik dilakukan untuk mengetahui persentase depresi beserta hubungannya dengan usia, jenis kelamin, pendidikan, sarkopenia, dan gangguan fungsi kognitif pada lansia yang memiliki latar belakang homogen di lingkungan perkotaan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan metode cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 s.d. Oktober 2022 di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Jelambar dan Kebon Jeruk, Jakarta Barat dengan subjek penelitian 203 lansia (≥60 tahun). Depresi dinilai dengan Geriatric Depression Scale-15; sarkopenia diukur menggunakan Bio-Impedance Analysis, handgrip dynamometer, dan stopwatch; fungsi kognitif dinilai menggunakan Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia; variabel lainnya menggunakan kuisioner.  Hasil: Terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan kejadian depresi pada lansia (p≤0,05; OR=2,523). Responden yang mengalami gangguan fungsi kognitif memiliki persentase depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gangguan fungsi kognitif. Akan tetapi, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, lama pendidikan, dan sarkopenia dengan kejadian depresi pada lansia. Simpulan: Lansia dengan gangguan fungsi kognitif 2,5 kali lipat lebih berisiko mengalami depresi. Oleh karena itu, peningkatan layanan kesehatan penting untuk mendeteksi dini kejadian depresi, terutama pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif. Terlepas dari kenyataan saat ini, bahwa gangguan fungsi kognitif tidak dapat diobati, masih banyak gaya hidup dan faktor lingkungan yang dapat dimodifikasi untuk menurunkan risiko.
Lingkar Pinggang Sebagai Faktor Risiko Utama Osteoartritis Lutut dan Peran Penting Depresi Felicia, Tesya; Kristian, Kevin; Handajani, Yvonne Suzy; Barus, Jimmy Fransisco Abadinta
Jurnal Kedokteran Meditek Vol 31 No 3 (2025): MEI
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36452/jkdoktmeditek.v31i3.3496

Abstract

Background: As the elderly population increases, the incidence of osteoarthritis (OA) also rises. In Indonesia, the prevalence of OA is 15.5% in men and 12.7% in women. Research on OA in Indonesia remains limited, particularly regarding population-based studies. Purpose: This study aimed to provide an overview of knee OA and its risk factors among older adults living in Pusaka Kebon Jeruk, West Jakarta. Methods: This cross-sectional study involved 100 respondents. Data were collected through interviews using questionnaires. Bivariate analysis was conducted using chi-square tests, and multivariate analysis was performed using multiple logistic regression (p<0.05). Results: The study found that 28% of the elderly had knee OA, with the majority aged 60-74 years (75%), female (71%), unemployed (82%), educated for 12 years or more (90%), and married (55%). Bivariate analysis identified waist circumference (p<0.001) and depression (p=0.032) as variables significantly associated with knee OA. Multivariate analysis indicated that waist circumference was the most significant factor affecting knee OA, with an odds ratio (OR) of 24.239. The prevalence of knee OA requires serious attention from the government and healthcare providers. Conclusion: Knee OA is significantly related to waist circumference and depression, with waist circumference being the most critical factor. Central obesity is associated with a higher risk of knee OA. Therefore, it is essential to prevent central obesity through a balanced diet and regular exercise.
DETEKSI DINI KELAINAN INTRA-ABDOMEN DAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PENAPISAN ULTRASONOGRAFI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MARFATI TANGERANG BANTEN Simargi, Yopi; Ronny, Ronny; Susilo, Fenny; Barus, Jimmy Fransisco Abadinta; Sidharta, Veronika Maria; Sudiyono, Nelson; Gracia, Isadora; Charlee, Michaela Alexandra; Kosim, Fellicia Angelitha; Indrawan, Novelya; Saputro, Aimee Aurelia; Adonai, Amabel
Mitramas: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitramas.v3i2.6182

Abstract

Populasi lansia di dunia meningkat secara pesat, yang berdampak pada meningkatnya prevalensi penyakit seiring berjalannya waktu. Nyeri pada regio abdomen dan muskuloskeletal merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia. Salah satu metode yang efektif untuk mendeteksi kondisi ini adalah dengan menggunakan ultrasonografi (USG). Oleh karena itu, kegiatan bakti sosial ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia dengan keluhan pada muskuloskeletal dan abdomen menggunakan USG. Kegiatan ini dilaksanakan di Panti Werdha Marfati, yang terdiri atas pemeriksaan kesehatan, USG, penatalaksanaan, serta kegiatan interaktif bersama lansia. Sebanyak 70 lansia diperiksa dalam kegiatan ini. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa kelainan terbanyak ditemukan pada regio abdomen (44,29%) diikuti dengan muskuloskeletal (14,29%). Kegiatan baksos ini bermanfaat untuk menapis kelainan regio abdomen dan muskuloskeletal. Selain itu, terdapat temuan tambahan kelainan organ tiroid dan mata melalui pemeriksaan USG. Hasil pemeriksaan yang dilakukan perlu ditindaklanjuti untuk memberikan manfaat yang lebih signifikan. Kegiatan pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan secara berkala dengan melibatkan departemen lain, sehingga penyakit lain dapat terdeteksi dan ditatalaksana sejak dini, sekaligus menjadi dasar untuk merancang program pencegahan terhadap penyakit tertentu
DETEKSI DINI KELAINAN INTRA-ABDOMEN DAN MUSKULOSKELETAL DENGAN PENAPISAN ULTRASONOGRAFI PADA LANSIA DI PANTI WERDHA MARFATI TANGERANG BANTEN Simargi, Yopi; Ronny, Ronny; Susilo, Fenny; Barus, Jimmy Fransisco Abadinta; Sidharta, Veronika Maria; Sudiyono, Nelson; Gracia, Isadora; Charlee, Michaela Alexandra; Kosim, Fellicia Angelitha; Indrawan, Novelya; Saputro, Aimee Aurelia; Adonai, Amabel
Mitramas: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitramas.v3i2.6182

Abstract

Populasi lansia di dunia meningkat secara pesat, yang berdampak pada meningkatnya prevalensi penyakit seiring berjalannya waktu. Nyeri pada regio abdomen dan muskuloskeletal merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh lansia. Salah satu metode yang efektif untuk mendeteksi kondisi ini adalah dengan menggunakan ultrasonografi (USG). Oleh karena itu, kegiatan bakti sosial ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia dengan keluhan pada muskuloskeletal dan abdomen menggunakan USG. Kegiatan ini dilaksanakan di Panti Werdha Marfati, yang terdiri atas pemeriksaan kesehatan, USG, penatalaksanaan, serta kegiatan interaktif bersama lansia. Sebanyak 70 lansia diperiksa dalam kegiatan ini. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa kelainan terbanyak ditemukan pada regio abdomen (44,29%) diikuti dengan muskuloskeletal (14,29%). Kegiatan baksos ini bermanfaat untuk menapis kelainan regio abdomen dan muskuloskeletal. Selain itu, terdapat temuan tambahan kelainan organ tiroid dan mata melalui pemeriksaan USG. Hasil pemeriksaan yang dilakukan perlu ditindaklanjuti untuk memberikan manfaat yang lebih signifikan. Kegiatan pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan secara berkala dengan melibatkan departemen lain, sehingga penyakit lain dapat terdeteksi dan ditatalaksana sejak dini, sekaligus menjadi dasar untuk merancang program pencegahan terhadap penyakit tertentu