Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

STUDI KOHOR ATMA JAYA ACTIVE AGING RESEARCH: GANGGUAN KOGNITIF LANJUT USIA Suswanti, Ika; Budiharsana, Meiwita Paulina; Turana, Yuda; Handajani, Yvonne Suzy
Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jpkmi.v7i1.8789

Abstract

ABSTRAK Gangguan kognitif merupakan bagian dari proses neurodegeneratif, saat ini belum ada  perawatan atau pengobatan untuk mencegah progresifitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko gangguan kognitif dalam studi prospektif. Penelitian dengan desain studi kohort prospektif pada 110 subjek dengan pengambilan sampel  dilakukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria memiliki kognitif normal, pendidikan lebih dari 9 tahun dan berusia di atas 60 tahun yang berasal dari wilayah binaan Atma Jaya Active Aging Research yaitu Penjaringan, Cideng dan Cengkareng pada tahun 2014-2015 sebagai baseline studi. Fungsi kognitif diperiksa ulang setelah follow-up 2,5 tahun. Subjek diidentifikasi gangguan kognitif jika memiliki skor Mini Mental State Examination kurang dari 24. Penelitian kami menemukan bahwa 16,4% subjek mengalami gangguan kognitif dengan rerata usia  68,6 ± 6,3 tahun, dan 63 perempuan (57,3%). Skor Instrumental Activity Daily Living yang lebih rendah di awal studi memprediksi penurunan kognitif setelah 2,5 tahun follow up secara independen (13,9 ± 2,6 vs 15,3 ± 1,4; p-value= 0,001). Analisis multivariat menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa skor Instrumental Activity Daily Living yang lebih rendah memprediksi 1,47 kali untuk mengalami gangguan kognitif pada lanjut usia dengan pendidikan diatas 9 tahun setelah 2,5 tahun follow up. Nilai Instrumental Activity Daily Living yang lebih rendah ditemukan sebagai prediktor gangguan kognitif pada lansia setelah 2,5 tahun follow up. Kata-kata kunci: Neurodegeneratif, penilaian, fungsional, klinis, kohor  ABSTRACT Cognitive impairment is a part of neurodegenerative process, currently there was no treatment or medication to prevent the progressivity. The aims of the study was to investigate the risk factors of cognitive impairment in prospective study. The study was a prospective cohort study design on 110 subjects with sampling conducted by purposive sampling based on the criteria of having normal cognitive, education more than 9 years and aged over 60 years. The study based from the Atma Jaya Active Aging Research in Penjaringan, Cideng dan Cengkareng in 2014-2015 as the study baseline. The cognitive function was re-examined after a follow up 2.5-year. Subjects identified cognitive impairment if had Mini Mental State Examination score less than 24. Our study found that 16.4% subjects was cognitive impairment with mean of age 68.6±6.3 years, and 63 (57.3%) female. Lower Instrumental Activity of Daily Living score at baseline predicted cognitive impairment at the present (13.9±2.6vs15.3±1.4; p-value= 0.001). Multivariat analyses using regression logistic showed that lower Instrumental Activity Daily Living score predicting 1.47 more likely to progress cognitive impairment in elderly after follow up 2.5 years. Lower of Instrumental Activity Daily Living score found as a risk factor of worse cognitive funtion in elderly after 2.5-year prospective study.   Keywords: Neurodegenerative, functional, assessment, clinical, follow up  
Effect of cognitive stimulation therapy in combination with other intervention modalities on cognitive ability in elderly with cognitive impairment: a quasi-experimental study Yuda Turana; Tara Puspitarini Sani; Virginia Geraldine Hanny Prasetya; Ika Suswanti; Lisye Konny; Magdalena Surjaningsih Halim; Yvonne Suzy Handajani
Universa Medicina Vol. 43 No. 1 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2024.v43.13-19

Abstract

BackgroundCognitive stimulation therapy (CST) has been proven to be beneficial in improving cognition and quality of life in people with mild cognitive impairment (MCI) and mild dementia (MD). This study investigates the benefit of more frequent exclusively CST intervention compared to less-frequent CST-exercise combination on cognitive ability among elderly people with cognitive impairment. MethodsA quasi-experimental controlled study involving 22 subjects aged = 60 years with cognitive impairment. They were divided into three groups: group A (6 months, weekly CST + exercise sessions, n=13), Group B (3 months, twice-weekly CST-only sessions, n=5), group C (3 months, no intervention, n=4) as control. The Modified Mini Mental State Examination Indonesian Version was used for evaluating the cognitive ability of the elderly subjects. Data were analyzed using one-way Anova and Kruskal-Wallis tests ResultsAll participants completed the study, the majority being female with mean age of 70.43 ± 6.97 years and differences in education level distribution across the three groups. The scores before and after the intervention showed a significant difference in the registration and construction domains (p<0.005). However, there was a greater improvement of the mean difference in cognitive scores in groups A and B compared to the control group, although the difference was not statistically significant (p >0.05). ConclusionA twice-weekly CST-only intervention and a once-a-week CST-exercise combination provide better cognitive improvement than no intervention (control). Therefore, elderly people with cognitive impairment should be encouraged to engage in physical activities, brain training, and group activities for promoting the brain’s ability.
Gambaran penggunaan kondom pada remaja aktif seksual pra-nikah di Indonesia Tahun 2009: Analisis data sekunder Hartati, Hendri; Suswanti, Ika
Bahasa Indonesia Vol 23 No 1 (2024): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v23i1.4723

Abstract

Pendahuluan: Peningkatan angka kejadian penyakit infeksi menular seksual salah satunya disebabkan oleh meningkatnya perilaku remaja yang aktif secara seksual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penggunaan kondom pada remaja aktif seksual di Indonesia tahun 2009. Metode: Penelitian menggunakan data sekunder dari survei kesehatan reproduksi remaja di sekolah  menengah atas di 4 provinsi di Indonesia yang dilakukan pada 2008-2009 oleh PPKUI atas dukungan Rutgers WPF Indonesia. Sebanyak 2315 siswa berpartisipasi dalam studi ini melalui pengisian angket (self administered questionaires). Hasil: Terkait perilaku seksual sebanyak 9% remaja laki-laki dan 3,7% remaja perempuan menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, dengan usia pertama kali melakukan hubungan seksual adalah 14,9 tahun. Penelitian kami menunjukkan 1,9% responden menggunakan kondom saat pertama kali hubungan seksual. Sementara, terkait sikap remaja terkait penggunaan kondom, 60% remaja di antaranya setuju penggunaan kondom dapat mencegah penyakit infeksi menular seksual, 60% remaja juga menyatakan adanya intensi menggunakan kondom kembali saat melakukan hubungan seks berikutnya.  Simpulan: Hubungan seks pranikah di kalangan remaja sekolah ditemukan meningkat, namun hanya sepertiga yang menggunakan kondom. Potensi penggunaan kondom di kalangan remaja tercermin melalui sikap positif terhadap manfaat penggunaan kondom untuk mencegah infeksi menular seksual. Selain itu, lebih dari separuh remaja yang pernah menggunakan kondom mempunyai niat untuk menggunakan kondom pada hubungan seksual berikutnya.
Analisa kesesuaian peresepan obat kronis pasien BPJS rawat jalan poliklinik syaraf dengan formularium nasional di rumah sakit X Tangerang Selatan Islam, Rachmawati Nur; Pranoto, Muhammad Eko; Suswanti, Ika
Indonesian Journal of Health Science Vol 4 No 5 (2024)
Publisher : PT WIM Solusi Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54957/ijhs.v4i5.1085

Abstract

The National Formulary is a list of selected drugs compiled by the National Committee which is used as a reference for writing prescriptions, so that it can improve the quality of health services, through increasing the effectiveness and efficiency of treatment so that rational use of drugs is achieved. This study aims to determine the percentage of conformity of drug prescribing in outpatients with neurological disease poly JKN participants with the National Formulary at Hospital X Tangerang Selatan in 2023. Quantitative research with descriptive with an observational data collection method based on prescription documents in July - December 2023. Sampling was done using stratified random sampling. The sample used was 298 prescription sheets with 1120 drug items written by neurological disease specialists who were processed and calculated referring to the percentage of suitability of drug types based on the National Formulary. The results of this study showed that the suitability of writing prescriptions based on the National Formulary was 72.0%, the drug that was often prescribed and in accordance with the National Formulary was Gabapentin 100mg by 12.2%. Meanwhile, drugs that are prescribed in accordance with the National Formulary but do not meet the restriction of 0.9% include Clopidogrel and Atorvastatin 20mg. The results of this study also show that there are 10 types of drugs with a total of 302 items (26.5%) that are still prescribed outside the National Formulary. Formularium Nasional adalah daftar obat terpilih yang disusun oleh Komite Nasional yang digunakan sebagai acuan penulisan resep, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan sehingga terscapai penggunaan obat rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase kesesuaian peresepan obat pada pasien rawat jalan peserta JKN poli penyakit syaraf dengan Formularium Nasional di Rumah Sakit X Tangerang Selatan pada tahun 2023. Penelitian kuantitatif dengan deskriptif dengan metode pengumpulan data secara observasional berdasarkan dokumen resep pada bulan Juli - Desember 2023. Pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 298 lembar resep dengan 1120 item obat yang ditulis oleh dokter spesialis penyakit syaraf yang diolah dan dihitung mengacu pada persentase kesesuaian jenis obat berdasarkan Formularium Nasional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesesuaian penulisan resep berdasarkan Formularium Nasional sebesar 72,0%, Obat yang sering diresepkan dan sesuai dengan Formularium Nasional adalah Gabapentin 100mg sebesar 12,2%. Sementara itu, masih di temukan obat yang diresepkan sesuai dengan Formularium Nasional namun tidak memenuhi restriksi sebesar 0,9% meliputi obat Clopidogrel dan Atorvastatin 20mg. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat 10 jenis obat dengan jumlah item 302 (26,5%) yang masih diresepkan diluar Formularium Nasional.
HUBUNGAN SELF-EFFICACY DAN WORK ENGAGEMENT PADA MAHASISWA/I ILMU FARMASI Yulia, Yulia; Rohanah, Rohanah; Qomariyah, Lailatul; Suswanti, Ika; Ma'muroh, Ma'muroh
Edu Masda Journal Vol 8, No 2 (2024): EDU MASDA JOURNAL
Publisher : STIKes Kharisma Persada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52118/edumasda.v8i2.234

Abstract

                                                     ABSTRACTWork engagement is positive feeling .Work on student is an idea to determine the level of involvement of student in the field of Pharmacy studies. The measuring tool for this research uses the Utrecht work engagement scale for students (UWES-S) 17 items and self-efficacy 10 items. The sample in this study consisted of 86 students from various levels of study in the Pharmaceutical Science department who were already working and were willing to voluntarily fill out a questionnaire distributed online. This research method is quantitative with a cross-sectional study design. The aim of this research is to determine the relationship between self-efficacy and work engagement as indicated by an increase in the cumulative achievement index of students in the field of Pharmacy. The results of this research show that the self-efficacy of Pharmacy Science students has a positive contribution to work engagement which is characterized by vigor, dedication, and absorption. Then, the research results also show that years of education provide a positive relationship with vigor dan dedication. Self-efficacy positive influence on the work involvement of Pharmacy students, where each individual Pharmacy student who has worked, has the ability to divide the time to complete their tasks and has a negative influence to postpone work. The limitation of this research is that it uses samples from certain types of studies.                                                    ABSTRAKWork engagement adalah perasaan positif seseorang terhadap pekerjaannya. Pekerjaan pada pelajar merupakan pikiran untuk menentukan tingkat keterlibatan mahasiswa/i bidang ilmu Farmasi terhadap studinya. Alat ukur penelitian ini menggunakan Utrecht Work Engagement Scale for Students (UWES-S) item 17 dan Self-Efficacy memiliki 10 item. Sampel dalam penelitian ini terdapat 86 mahasiswa/i berbagai tahun tingkatan studi di jurusan ilmu Farmasi yang sudah bekerja yang memiliki kesediaan yang secara sukarela untuk mengisi kuesioner yang disebarkan secara online. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self-efficacy dengan  work engagement yang ditunjukan dengan peningkatan nilai indeks prestasi kumulatif mahasiswa/i bidang ilmu Farmasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self-efficacy mahasiswa/i Ilmu Farmasi memiliki kontribusi positif terhadap work engagement yang ditandai dengan vigor, dedication, dan absorption. Kemudian, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tahun pendidikan memberikan hubungan positif yang ditandai dengan vigor dan dedication. Sehingga, sumber daya pribadi seseorang yang pada penelitian ini adalah self-efficacy terhadap keterlibatan kerja mahasiswa/i ilmu Farmasi memberikan pengaruh positif, dimana setiap individu setiap mahasiswa/i Ilmu Farmasi yang telah bekerja, memiliki kemampuan untuk membagi waktu menyelesaikan tugasnya dan memberikan pengaruh negatif untuk menunda pekerjaannya. Keterbatasan pada penelitian ini adalah menggunakan sampel pada jenis studi tertentu.
Comorbidities, social, and psychological factors associated with headache in adult Indonesians: data from the 5th Indonesian Family Life Survey (IFLS-5) Barus, Jimmy Fransisco Abadinta; Sudharta, Harvey; Suswanti, Ika; Sasmita, Poppy; Widyadharma, I Putu; Turana, Yuda
Universa Medicina Vol. 43 No. 2 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2024.v43.148-156

Abstract

BackgroundHeadache is a significant health problem worldwide, but national data on headaches in Indonesia are unavailable. Various risk factors have been identified as triggers or factors affecting its occurrence and severity. This study aimed to identify factors associated with headache occurrence in Indonesians aged 20 to 65 years. MethodsA cross-sectional study was conducted involving 26,263 participants aged 20 to 65 years. We covered any social, psychological, and comorbidity variables found in the fifth Indonesian Family Life Survey (IFLS) that could be linked to headaches. A multivariate-adjusted logistic regression model was used to estimate the odds ratios (ORs) and 95% confidence intervals (CI).  ResultsThe prevalence of those who had headache once in the past four weeks was 62.1%. Headache was associated with sleep disturbances (OR 2.24; CI 95% 2.11 – 2.36; p<0.001), depression (OR 1.79; CI 95% 1.67-1.92; p<0.001), hypertension (OR 1.79; CI 95% 1.64 – 1.96; p<0.001), female sex (OR 1.64; CI 95% 1.55 – 1.73; p<0.001), early adulthood (OR 1.32; CI 95% 1.24 – 1.42; p<0.001), hypercholesterolemia (OR 1.33; CI 95% 1.15 – 1.52; p = 0.001), poor/moderate sleep quality (OR 1.22; CI 95% 1.15 – 1.29; p<0.001), and low income (OR 1.12; CI 95% 1.05 – 1.19; p = 0.001). ConclusionsThis study demonstrated that sleep disturbances were the dominant risk factor of headache in subjects aged 20 to 65 years. Furthermore, sleep disturbance treatment should especially be considered in patients with a high level of headache.
DEVELOPMENT OF STANDARDIZED OLFACTORY TEST AS A COGNITIVE IMPAIRMENT SCREENING TOOL IN INDONESIAN ELDERLY: A PRELIMINARY STUDY Kristian, Kevin; Handajani, Yvonne Suzy; Widjaja, Nelly Tina; Suswanti, Ika; Turana, Yuda
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana Vol. 9 No. 1 (2024): BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN DUTA WACANA
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Kristen Duta Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/bikdw.v9i1.631

Abstract

The decline of olfactory function is an early indicator of neurodegenerative diseases, such as Alzheimer’s and Parkinson’s disease. An olfactory function assessment instrument using ten familiar scents with multiple-choice answers has been developed, but several items were inapplicable and had not been standardized. This study aimed to identify various scents that have not been standardized for the aging population with normal cognitive function. This research was a preliminary study with a descriptive cross-sectional approach conducted in Kalianyar village, Jakarta, involving 23 elderly participants with normal cognitive function. An instrument consisting of a list of scents was employed in two steps, with or without assistance. Initially, participants had one chance to smell and try to guess the type of scent given. If the scent was not guessed correctly, participants were then provided with multiple-choice options as a hint. Based on the assessment of twelve scents from the existing research, only nine scents were recognizable. Among them, coffee, lemongrass, oranges, eucalyptus, and menthol were the scents with the most correct answers without assistance. Additionally, there were four scents recognized with or without assistance, such as jasmine, lemon, aromatic ginger, and lime. This study found that only nine scents were familiar and had the potential to be utilized in the future as a screening tool for cognitive impairment.
Model Spasial Faktor Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Provinsi Jawa Barat: Analisis Data SDKI Tahun 2012 Safitri, Helmi; Suswanti, Ika
Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan Vol. 1, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berat badan lahir rendah merupakan salah satu penyebab meningkatnya kematian neonatus di beberapa negara berkembang. Selain itu, dapat memengaruhi perkembangan anak di masa dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kejadian BBLR melalui pendekatan spasial di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan menggunakan data SDKI 2012. Sampel penelitian ini berjumlah 753 individu dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. Variabel dependen adalah berat badan lahir rendah (kondisi bayi saat lahir g). Faktor risiko kejadian berat lahir rendah yang diteliti adalah kunjungan antenatal care, status merokok pada ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, pekerjaan, konsumsi zat besi dan komplikasi kehamilan. Analisis penelitian ini adalah analisis prediksi menggunakan regresi logistik dan analisis spasial menggunakan Geographically Weighted Regression. Hasil penelitian menunjukkan variabel kunjungan antenatal care, status merokok pada ibu dan komplikasi kehamilan membentuk model prediksi. Pada analisis spasial, model global spasial yang terbentuk adalah variabel konsumsi zat besi, sedangkan variabel kunjungan antenatal care, status merokok pada ibu, pendidikan ibu, status ekonomi, pekerjaan, dan komplikasi kehamilan merupakan model spasial lokal wilayah. Suplementasi besi merupakan salah satu intervensi yang dapat di lakukan secara global di seluruh provinsi Jawa Barat untuk menurunkan kejadian berat bayi lahir rendah. Pemerataan pembinaan kesehatan ibu hamil perlu ditingkatkan di wilayah dengan kejadian faktor risiko BBLR yang cukup tinggi.
Pendidikan Kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dan Pemanfaatan Rimpang sebagai Terapi Alternatif pada Anak Sekolah di Kota Tangerang Selatan Yulia, Yulia; Ika Suswanti; Rahesi, Inggri Dwi; Ma'muroh, Ma'muroh; Rohanah, Rohanah; Satriani, Satriani; Karditiawati, Anggraini; Qomariyah, Lailatul
Kontribusi: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2025): Mei 2025
Publisher : Cipta Media Harmoni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53624/kontribusi.v5i2.606

Abstract

Latar Belakang: Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang umum terjadi masyarakat, angka kejadiannya meningkat pada kelompok rentan seperti anak. Tujuan: Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait penyakit ISPA serta pemanfaatan rimpang sebagai alternatif pengobatan ISPA. Metode: Pendekatan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan sasaran 39 siswa yang berada dilingkungan yayasan x di wilayah tangerang selatan pada tahun 2025. Hasil: Setelah dilakukan penyuluhan lebih dari 90% siswa mengalami peningkatan pengetahuan dalam pertanyaan definisi, gejala dan cara pencegahan ISPA. Setelah dilakukan penyuluhan lebih dari 80% mengetahui kelompok usia rentan ISPA dan faktor penyebab ISPA. Kesimpulan: Pendidikan kesehatan meningkatkan pengetahuan siswa mengenai ISPA dan pemanfaatan rimpang sebagai alternatif pengobatan. Edukasi ini penting dilakukan secara berkelanjutan guna meningkatkan kesadaran dan pencegahan penyakit ISPA pada anak-anak.
Hubungan antara kualitas tidur dan depresi pada remaja: studi cross sectional Indonesian Family Life Survey 5 Suswanti, Ika; Yulia; Rahesi, Inggri Dwi; Nurmiwiyati; Sahara, Khalipatun
Bahasa Indonesia Vol 24 No 2 (2025): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v24i2.6539

Abstract

Pendahuluan: Kesehatan mental saat ini menjadi isu yang menarik untuk diteliti khususnya di kalangan remaja. Aspek biologis dan psikososial seringkali menjadi faktor penyebab depresi pada remaja. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dan aktivitas fisik terhadap kejadian depresi pada remaja berdasarkan data sekunder Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5.   Metode: Penelitian dengan design studi potong lintang menggunakan data sekunder IFLS-5 pada periode pengumpulan data tahun 2014 sampai 2015 yang melibatkan 3.580 remaja usia 14-19 tahun. Penilaian depresi menggunakan instrument Center for Epidemiological Studies Depression Scale (CESD-10) dengan kategori depresi apabila ditemukan skor lebih dari 10 poin. Variabel lain yang diukur meliputi karakteristik demografi (usia, tempat tinggal, jenis kelamin, tingkat pendidikan), aktivitas fisik, kualitas tidur dan indeks masa tubuh. Untuk melihat hubungan antara faktor risiko dengan kejadian depresi dilakukan analisis secara bivariat menggunakan Chi Square dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil: Mayoritas subjek penelitian adalah perempuan, tempat tinggal di urban, dan pendidikan SMA. Kejadian depresi pada remaja ditemukan sebesar 30,2%. Secara independen jenis kelamin perempuan, aktivitas fisik berat, serta kualitas tidur yang buruk (p<0,001) berkaitan dengan kejadian depresi pada remaja. Analisis multivariat menujukkan faktor kualitas tidur yang buruk meningkatkan kecenderungan 2,728 kali lebih tinggi untuk mengalami depresi. Sementara aktivitas fisik rendah meningkatkan 1,655 kali untuk terjadinya depresi pada remaja.   Simpulan: Angka kejadian depresi pada remaja mencapai 30,2%, memperbaiki pola hidup termasuk kualitas tidur dan aktivitas fisik menjadi faktor penting untuk mengurangi kecenderungan kejadian depresi pada remaja. Pentingnya intervensi berbasis pola tidur sehat dan peningkatan aktivitas fisik dalam upaya pencegahan depresi pada remaja.