Gagal ginjal kronis merupakan kondisi hilangnya fungsi ginjal secara progresif yang memerlukan hemodialisis. Data RSU Bhakti Asih menunjukkan peningkatan pasien hemodialisis dari 1.232 (2023) menjadi 2.262 (Januari-Oktober 2024), meningkat 83,59%. Pasien hemodialisis memerlukan mekanisme koping dan resiliensi yang baik dalam menghadapi kondisinya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mekanisme koping dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Tangerang tahun 2024. Desain penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSU Bhakti Asih Tangerang tahun 2024 dengan jumlah sampel penelitian berjumlah 62 responden dengan kriteria inklusi pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih dan usia <75 tahun. Sedangkan kriteria ekslusi pasien gagal ginjal kronik yang mengalami penurunan kesadaran, dalam keadaan tidak berdaya dan lemah seperti pada kondisi sesak nafas, sakit kepala atau pusing, mual dan muntah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner mekanisme koping (Brief COPE Inventory) dan kuesioner resiliensi (Connor-Davidson Resilience Scale). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki mekanisme koping adaptif (56.5%) dan tingkat resiliensi sedang (37.1%). Analisis bivariat dengan uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara mekanisme koping dengan resiliensi (p-value = 0.002). Kesimpulannya, terdapat hubungan positif antara mekanisme koping dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme koping yang adaptif dapat meningkatkan resiliensi pasien dalam menghadapi tantangan dan tekanan akibat penyakit.