Case self-harm in children is believed to be caused by trauma which triggers stress, and the lack of safe and comfortable conditions for children, one of which is in the school environment. This research aims to explore cases of self-harm in elementary school-aged children so that we can understand the triggering factors and the role of child-friendly schools in reducing this tendency. The method used is a case-study in qualitative research. The results of the research stated that cases of self-harm at the Rumah Belajar Cendekia Surabaya were generally caused by psychosocial factors. Due to the urge to conform to what his friends are doing, the child injures his wrist to prove that he is brave enough to feel pain so that he is not considered weak because he succeeds in following the trend. The child's social environment, especially the group of school friends, is the main trigger for self-harm in this case. Therefore, through it, schools can create a safe and comfortable school environment, so that children can grow and develop well, remembering that schools also ensure that children's rights are fulfilled and protect them from acts of violence, discrimination, or mistreatment. Not only does it affect children's academic achievement, but it also has a positive impact on children's mental health at school because the risk of self-harm behavior as a child's coping mechanism for dealing with emotional stress decreases. So it can be concluded that child-friendly schools have an important role in reducing self-harm tendencies in elementary children. ABSTRAK Kasus perusakan diri atau menyakiti diri sendiri (self-harm) pada anak diyakini disebabkan oleh trauma yang memicu stress, dan belum terciptanya kondisi yang aman dan nyaman bagi anak salah satunya di lingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami kasus self-harm pada anak usia SD/MI, sehingga dapat memahami faktor-faktor yang memicu kecenderungan self-harm pada anak dan peran Sekolah Ramah Anak dalam mengurangi kecenderungan self-harm pada anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa kasus self-harm di Rumah Belajar Cendekia Surabaya sebagian besar disebabkan oleh faktor psikososial. Karena adanya dorongan untuk menyesuaikan diri dengan apa yang dilakukan oleh teman-temannya, anak melukai pergelangan tangannya untuk membuktikan bahwa dirinya berani merasakan rasa sakit, sehingga dia tidak dianggap lemah karena berhasil mengikuti tren. Lingkungan sosial anak terutama kelompok teman sekolah menjadi pemicu utama terjadinya self-harm dalam kasus ini. Maka dari itu, melalui Sekolah Ramah Anak, pihak sekolah dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, mengingat sekolah juga memastikan terpenuhinya hak-hak anak dan melindunginya dari tindak kekerasan, diskriminasi maupun perlakuan yang salah. Tidak hanya berpengaruh pada prestasi akademis anak, hal tersebut juga berdampak baik terhadap kesehatan mental anak di sekolah karena beresiko munculnya perilaku self-harm sebagai mekanisme koping anak untuk mengatasi tekanan emosi yang menurun. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Sekolah Ramah Anak memiliki peran penting dalam rangka mengurangi kecenderungan self-harm pada anak usia SD/MI.