Fajrianti, Endah
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (Seft) Mempengaruhi Kualitas Tidur dan Kecemasan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Kota Bandar Lampung Fajrianti, Endah; Djamaludin, Djuniar; Chrisanto, Eka Yudha
Malahayati Nursing Journal Vol 7, No 2 (2025): Volume 7 Nomor 2 (2025)
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v7i2.16949

Abstract

ABSTRACT According to the World Health Organization (WHO) in 2020. Kidney disease is 1 of the 10 main causes of death in the world. This kidney disease has increased from being ranked 13th cause of death in the world to ranking 10th in 2019. According to data from the Indonesian Ministry of Health (2019). The prevalence of chronic kidney failure in Indonesia continues to increase from 2.0% in 2013 to 3.8% in 2018. Hemodialysis (HD) therapy in CKD patients takes a long time and can repeatedly cause physical and mental problems such as anxiety and quality problems. Sleep. One non-pharmacological intervention that can be used to overcome this problem is by using Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Therapy. SEFT therapy is a type of therapy that combines mind-body by pressing the body's meridian points.The effect of Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy on sleep quality and anxiety in chronic renal failure patients undergoing hemodialysis.This research uses the Quasy Experiment method with a One Group Pre-Post Test. This research was conducted on 30 respondents using purposive sampling technique. The research instrument used a sleep quality questionnaire, namely the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire and an anxiety questionnaire, namely the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire and research therapy used Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy. Data analysis used univariate and bivariate analysis with the t-dependent test.The results of statistical tests of sleep quality pre-test (8.60 ± 2.027) and post-test (4.77 ± 1.870) while of pre-test anxiety (21.37±4.664) and post-test (15.63±5.690).The p-value obtained is 0.000.There is a significant influence between  Spiritial Emotional Freedom Technique (SEFT) therapy on sleep quality and anxiety in chronic renal failure patients undergoing hemodialysis at Pertamina Bintang Amin Hospital, Bandar Lampung City. Keywords: Renal Failure, Hemodialysis, SEFT Therapy, Sleep quality, Anxiety       ABSTRAK Menurut World Health Organization (WHO) tahun (2020). Penyakit Ginjal merupakan 1 dari 10 penyebab utama kematian di dunia. Penyakit ginjal ini telah meningkat dari peringkat 13 penyebab kematian di dunia menjadi peringkat ke 10 pada tahun 2019. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia terus meningkat dari 2,0% pada tahun 2013 menjadi 3,8% pada tahun 2018.Terapi hemodialisa (HD) pada pasien GGK membutuhkan waktu yang lama dan berulang dapat menyebabkan masalah fisik dan mental seperti kecemasan dan masalah kualitas tidur. Salah satu intervensi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menggunakan Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Terapi SEFT ini merupakan jenis terapi yang menggabungkan mind-body dengan menekan titik-titik meridian tubuh. Diketahui pengaruh terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap kualitas tidur dan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Penelitian ini menggunakan metode Quasy Experiment dengan pendekatan One Group Pre-Post Test. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner kualitas tidur yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI) dan Kuesioner kecemasan yaitu kuesioner Hamillton Anxiety Rating Scale (HARS) dan terapi penelitian menggunakan terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji t-dependent. Hasil uji statistic nilai rerata pre-test kualitas tidur (8,60±2,027) dan post-test (4,77±1,870) sedangkan nilai rerata pre-test kecemasan (21,37±4,664) dan post-test (15,63±5,690). Diperoleh nilai p-value 0,000. Ada pengaruh yang signifikan antara terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dengan kualitas tidur dan kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa Kata Kunci: Gagal ginjal, Hemodialisa, Terapi SEFT, Kualitas Tidur, Kecemasan
Pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat pada penderita diabetes mellitus di Desa Sukajaya Lempasing Kabupaten Pesawaran Furqoni, Prima Dian; Juliawan, Ladin; Sintia, Monica Bela Dwi; Natalia, Mutiara; Adhani, Neisa; Istawala, Anggun; Prayogo, Idfy Dwi; Fajrianti, Endah; Alam, Rama Rajasa Ferlanda; Saraswati, Ika
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 5 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i5.1178

Abstract

Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease with a steadily increasing prevalence, particularly among the elderly. Data from the International Diabetes Federation (IDF) in 2022 showed that the number of diabetes sufferers in Indonesia reached 19.5 million people and is expected to increase to 28.6 million by 2045. Based on the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), the prevalence of DM in those aged 15 years and older increased to 10.9%, with the highest rate in the 55–74 age group. In Pesawaran Regency, Lampung Province, the prevalence of DM reached 1.0%. Initial findings in Mutun Hamlet 7 indicate that most elderly people do not understand the importance of a healthy lifestyle in diabetes management. Health education is an effective strategy to increase awareness and independence in the elderly. Purpose: Increase knowledge and awareness of a healthy lifestyle through communicative educational activities tailored to the characteristics of elderly people with diabetes mellitus. Method: This activity was part of the Gerontology Nursing professional practice program held on Monday, June 2, 2025, in Dusun 7 Mutun. The methods used were lectures, discussions, and leaflet distribution. Ten elderly people with a history of diabetes participated. Results: This outreach activity had a positive impact on increasing the elderly's understanding of the importance of maintaining a balanced diet, engaging in light physical activity, and independently monitoring their blood sugar levels. Participants demonstrated active participation and stated that they gained new knowledge that they could apply in their daily lives. Conclusion: Health education has proven effective in increasing the knowledge of elderly people with diabetes about healthy lifestyles and encouraging them to become independent in managing their disease. Keywords: Diabetes mellitus; Elderly; Health education; Healthy lifestyle Pendahuluan: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan prevalensi yang terus meningkat, terutama pada kelompok lanjut usia (lansia). Data International Diabetes Federation tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 19,5 juta orang dan diperkirakan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, prevalensi DM pada usia ≥15 tahun meningkat menjadi 10.9%, dengan angka tertinggi pada kelompok usia 55–74 tahun. Di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, prevalensi DM mencapai 1.0%. Temuan awal di Dusun 7 Mutun menunjukkan sebagian besar lansia belum memahami pentingnya pola hidup sehat dalam pengelolaan diabetes. Pendidikan kesehatan menjadi strategi efektif dalam meningkatkan kesadaran dan kemandirian lansia. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai pola hidup sehat melalui kegiatan edukasi yang komunikatif dan sesuai karakteristik lansia penderita diabetes mellitus. Metode: Kegiatan ini merupakan bagian dari praktik profesi Ners Keperawatan Gerontik yang dilaksanakan pada Senin, 02 Juni 2025, di Dusun 7 Mutun. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, serta pembagian leaflet. Jumlah peserta sebanyak 10 orang lansia dengan riwayat DM. Hasil: Kegiatan penyuluhan ini memberikan dampak positif terhadap peningkatan pemahaman lansia mengenai pentingnya menjaga pola makan seimbang, melakukan aktivitas fisik ringan, serta memantau kadar gula darah secara mandiri. Peserta menunjukkan partisipasi aktif dan menyatakan memperoleh pengetahuan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Simpulan: Pendidikan kesehatan terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan lansia penderita DM tentang pola hidup sehat dan mendorong lansia memiliki kemandirian dalam pengelolaan penyakit.
Penerapan senam sebagai upaya menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Sukajaya Lempasing Kabupaten Pesawaran Winarno, Rudi; Ladin, Juliawan; Sintia, Monica Bela Dwi; Natalia, Mutiara; Adhani, Neisa; Istawala, Anggun; Prayogo, Idfy Dwi; Fajrianti, Endah; Alam, Rama Rajasa Ferlanda; Saraswati, Ika
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 7 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i7.1202

Abstract

Background: Hypertension is a non-communicable disease that ranks among the leading causes of death worldwide. According to 2023 WHO data, the global prevalence of hypertension reached 33%, while in Indonesia it stood at 30.8%. In Pesawaran Regency, the Hanura Community Health Center reported 1,749 cases of hypertension, making it the fifth most common disease. In Dusun 7 Mutun, 58% of the 69 households are affected by hypertension. One non-pharmacological approach proven effective in lowering blood pressure is hypertension exercise. Purpose: Reducing Blood Pressure in Hypertensive Patients Through a Hypertension Exercise Intervention. Method: The intervention was conducted over three days (May 14–16, 2025) in Dusun 7 Mutun, Sukajaya Lempasing Village, Pesawaran Regency. Ten hypertensive respondents participated. The program included a brief educational session and practical hypertension exercises. Evaluation involved measuring participants’ blood pressure before and after the intervention (pre-test and post-test). Results: Obtaining a mean pre-test systolic blood pressure value of 155.5 mmHg with a standard deviation of 11,891 and a mean post-test value of 132.5 mmHg with a standard deviation of 11,365. While the mean pre-test diastolic blood pressure value was 96.0 mmHg with a standard deviation of 6,992 and a mean post-test value of 79.0 mmHg with a standard deviation of 7,379. Conclusion: Hypertension exercise has been proven effective as a non-pharmacological intervention for reducing blood pressure.   Suggestion: Hypertension exercise should be implemented on an ongoing basis as an integral part of the community’s healthy lifestyle. Keywords: Blood pressure; Hypertension; Hypertension exercise; Non-pharmacological intervention Pendahuluan: Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab utama kematian di dunia. Data WHO tahun 2023 mencatat prevalensi hipertensi secara global mencapai 33%, sedangkan di Indonesia mencapai 30.8%. Di Kabupaten Pesawaran, data dari Puskesmas Hanura mencatat 1,749 kasus hipertensi, menempati urutan kelima penyakit terbanyak. Dan di Dusun 7 Mutun, 58% dari 69 keluarga mengalami hipertensi. Salah satu pendekatan nonfarmakologis yang terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah adalah senam hipertensi. Tujuan: Menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi melalui intervensi senam hipertensi. Metode: Kegiatan dilakukan selama tiga hari (14-16 Mei 2025) di Dusun 7 Mutun, Desa Sukajaya Lempasing, Kabupaten Pesawaran. Melibatkan 10 responden penderita hipertensi. Intervensi dilakukan dalam bentuk edukasi singkat dan praktik senam hipertensi. Evaluasi dilakukan dengan mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi (pre-test dan post-test). Hasil: Mendapatkan nilai mean tekanan darah sistolik pre-test sebesar 155.5 mmHg dengan standar deviasi 11.891 dan nilai mean post-test sebesar 132.5 mmHg dengan standar deviasi 11.365. Sedangkan nilai mean tekanan darah diastolik pre-test sebesar 96.0 mmHg dengan standar deviasi 6.992 dan nilai mean post-test sebesar 79.0 mmHg dengan standar deviasi 7.379. Simpulan: Senam hipertensi terbukti efektif sebagai intervensi nonfarmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah. Saran: Senam hipertensi perlu diterapkan secara berkelanjutan sebagai bagian dari gaya hidup sehat masyarakat.
Edukasi kesehatan media leaflet tentang ketidakpatuhan terhadap pembatasan nutrisi dan cairan pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa Fajrianti, Endah; Kurniasih, Dennti; Chrisanto, Eka Yudha
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 7 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i7.1428

Abstract

Background: Chronic kidney disease (CKD) is a public health problem with increasing prevalence. Globally, CKD mortality rose from 19th to 9th, with a 95% increase in deaths between 2000 and 2021. In Indonesia, the prevalence of CKD jumped from 2.0% to 3.8% (2013–2018), with Lampung reaching 0.39%. CKD is progressive and irreversible, requiring end-stage patients to require hemodialysis, which results in significant protein-energy and amino acid losses. Excessive fluid and sodium intake triggers complications such as hypertension, edema, and heart failure, while dietary non-compliance increases toxin accumulation and the risk of death. Structured education through leaflets using simple language and informative visuals has been proven effective in improving patient knowledge and compliance. Purpose: To evaluate the effectiveness of health education through leaflets on improving fluid and nutritional dietary compliance in chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis. Method: The activity was conducted from May 3–9, 2025, in the Hemodialysis Room at Bintang Amin Hospital in Bandar Lampung, with two hemodialysis patients as respondents. The nursing intervention consisted of verbal health education and leaflets about diet according to physician instructions. Dietary understanding included respondents' compliance with nutrient and fluid intake restrictions during treatment. Respondent compliance was measured using a questionnaire. Pre-test and post-test compliance scores were analyzed to determine improvements in understanding and compliance following the educational intervention. Results: Pre-intervention adherence to diet and fluid management for both respondents was low. Data showed that Mrs. S's pre-test compliance score was 52.5% and post-test score was 85.0%, while Mrs. M's pre-test compliance score was 55.0% and post-test score was 90.0%. Conclusion: Providing health education has been shown to improve adherence to a restricted diet with nutrients and fluids in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis. This intervention strengthened patients' knowledge about dietary and fluid management, thereby reducing symptoms of weakness, shortness of breath, and decreased quality of life due to non-compliance. Recommendation: To maintain and improve long-term adherence, it is recommended to integrate regular education sessions at least once a month, vary the media (e.g., short videos or educational apps), involve families in the learning process, and conduct regular assessments of knowledge and adherence to tailor the material to the patient's individual needs. Keywords: Adherence;Education; Hemodialysis; Kidney failure; Nutrition and fluids Pendahuluan: Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang prevalensinya terus meningkat. Secara global, mortalitas PGK naik dari peringkat ke-19 menjadi ke-9 dengan kenaikan kematian 95% antara 2000 dan 2021. Di Indonesia prevalensi PGK melonjak dari 2.0% menjadi 3.8% (2013–2018), dengan Lampung mencapai 0.39%. PGK bersifat progresif dan irreversible, sehingga pasien stadium akhir memerlukan hemodialisis, yang sekaligus mengakibatkan kehilangan protein-energi dan asam amino signifikan. Asupan cairan dan natrium yang berlebih memicu komplikasi seperti hipertensi, edema, dan gagal jantung, sedangkan ketidakpatuhan diet meningkatkan akumulasi toksin dan risiko kematian. Edukasi terstruktur melalui leaflet dengan bahasa sederhana dan visual informatif terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas edukasi kesehatan melalui media leaflet terhadap peningkatan kepatuhan diet cairan dan nutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Metode: Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3–9 Mei 2025 di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Bintang Amin Bandar Lampung dengan dua pasien hemodialisis sebagai responden. Intervensi keperawatan berupa edukasi kesehatan yang disampaikan secara verbal dan leaflet tentang diet sesuai petunjuk dokter. Pemahaman diet meliputi kepatuhan responden dalam melakukan batasan terhadap asupan nutrisi dan cairan pada masa perawatan. Tingkat kepatuhan responden diukur dengan memberikan pernyataan dalam bentuk kuesioner. Nilai kepatuhan responden sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) di analisa untuk melihat peningkatan pemahaman dan kepatuhan responden setelah intervensi edukasi. Hasil: Pra-intervensi, kepatuhan diet dan pengaturan cairan kedua responden tergolong rendah. Data menunjukkan bahwa skor pencapain tingkat kepatuhan Ny. S pada pre-test sebesar 52.5 % dan post-test sebesar 85.0 %, sedangkan skor pencapain tingkat kepatuhan Ny. M pada pre-test sebesar 55.0 % dan post-test sebesar 90.0 %. Simpulan: Pemberian edukasi kesehatan terbukti meningkatkan kepatuhan tentang diet pembatasan asupan nutrisi dan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani hemodialisis. Intervensi ini memperkuat pengetahuan pasien tentang pengaturan pola makan dan cairan, sehingga menurunkan gejala kelemahan, sesak napas, dan penurunan kualitas hidup akibat ketidakpatuhan. Saran: Untuk mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan jangka panjang, disarankan mengintegrasikan sesi edukasi berkala minimal sekali sebulan, memvariasikan media (misalnya video pendek atau aplikasi edukasi), melibatkan keluarga dalam proses pembelajaran, serta melakukan evaluasi rutin pengetahuan dan kepatuhan untuk menyesuaikan materi dengan kebutuhan individu pasien.